6 Strategi Mencegah Keputusan Impulsif untuk Resign

Memutuskan untuk resign seringkali bukan Hal mudah Terlebih jika keinginan itu muncul secara impulsif karena tekanan atau ketidakpuasan sesaat di tempat kerja. Keputusan yang tergesa-gesa untuk meninggalkan pekerjaan bisa berdampak besar pada stabilitas finansial dan perkembangan karir jangka panjang.
Agar tidak terjebak dalam tindakan impulsif yang beresiko penting untuk mempertimbangkan strategi-strategi tertentu yang dapat membantu menenangkan pikiran. Berikut ini adalah enam strategi yang bisa kamu terapkan saat dorongan untuk resign tiba-tiba datang.
1. Identifikasi alasan yang memicu keinginan untuk resign

Keinginan untuk berhenti dari pekerjaan bisa kapan saja terjadi. Apalagi jika didukung adanya keinginan dari dalam hati untuk keluar dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Tentu saja sebelum mengajukan resign hendaknya dirimu mempertimbangkan dengan bijak.
Lakukan refleksi untuk mengidentifikasi penyebab utama keinginan untuk resign. Seperti beban kerja, hubungan dengan rekan kerja, atau ketidakpuasan terhadap tanggung jawab. Menyadari penyebab ini akan membantumu menentukan apakah masalahnya bisa diselesaikan tanpa resign.
2. Berikan waktu untuk berpikir

Saat emosi sedang mendominasi seseorang pasti lebih cenderung mengikuti nafsu sesaat. Apalagi jika hal ini berkaitan dengan keputusan yang ingin segera diambil. Banyak orang yang tidak bisa berpikir jernih saat kondisi ini terjadi.
Jangan lupa untuk memberi dirimu waktu sebelum mengambil keputusan untuk resign. Misalnya saja kamu mempertimbangkannya dua minggu hingga dua bulan. Dengan menunda keputusan kamu memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan opsi lain atau mencari solusi yang lebih baik.
3. Diskusi dengan mentor atau rekan kerja

Keinginan untuk resign memang seringkali terjadi ketika ada yang tidak cocok dengan lingkungan pekerjaan. Akan tetapi hal ini tentu harus dipikirkan matang-matang. Mengambil keputusan secara impulsif itu tidak dibenarkan karena termasuk perilaku yang kurang bijak.
Untuk mengatasi hal ini terjadi Bicaralah dengan seseorang yang kamu percayai. Misalnya saja seperti mentor, teman kerja, atau yang lainnya. Perspektif dari orang lain bisa membantu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda sehingga bisa memberikan solusi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
4. Evaluasi karir jangka panjang

Keputusan impulsif sering terjadi ketika seseorang tidak bisa berpikir dengan jernih. Tentu saja hal ini bisa sangat merugikan jenjang karirmu di masa mendatang. Maka dari itu pikirkan dengan bijak mengenai keputusan dan pertimbangan yang sedang dilakukan.
Pikirkan tentang tujuan karir jangka panjang dan Bagaimana peran saat ini mendukung pencapaian tujuan tersebut. Terkadang tantangan di pekerjaan adalah bagian dari proses pembelajaran yang dapat bermanfaat dalam jangka panjang.
5. Cari solusi alternatif di tempat kerja

Salah satu alasan terbesar seseorang untuk resign karena tidak menemukan kenyamanan di lingkungan kerja. Baik dengan orang-orangnya maupun pekerjaan yang diemban. Ini bisa memicu keputusan resign secara impulsif jika tidak di komunikasikan.
Coba temukan solusi alternatif untuk masalah yang dihadapi seperti mengajukan rotasi posisi, meminta beban kerja yang lebih sesuai, atau berbicara dengan atasan untuk mendiskusikan masalah. Kadang perubahan kecil bisa membuat perbedaan besar.
6. Buat rencana cadangan yang realistis

Sebelum resign pastikan dirimu memikirkan langkah apa yang dilakukan setelah mengundurkan diri dari pekerjaan. Tujuannya setelah resign kamu tidak menganggur begitu lama. Dirimu masih tetap punya tujuan lain yang ingin dicapai.
Buat rencana cadangan atau persiapan matang jika keinginan untuk resign masih kuat. Pastikan kamu memiliki dana darurat yang cukup dan potensi peluang kerja baru agar keputusan risen menjadi lebih matang dan tidak impulsif.
Dengan menerapkan strategi-strategi di atas kamu bisa lebih bijaksana dalam mempertimbangkan keputusan untuk resign dan mencegah keputusan yang didasari emosi sesaat.