Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru Honorer

Ada perbedaan yang kontras pada beberapa aspek

Medan, IDN Times - Sudah tak menjadi rahasia lagi jika upah guru honorer relatif sedikit. Bahkan banyak yang menilai jika beban kerja guru honorer tak sebanding dengan upah yang didapatkannya.

Di media sosial kita sering menemukan guru-guru honorer berkeluh-kesah tentang upahnya yang tidak banyak. Bahkan ada yang hanya mendapatkan Rp500 ribu perbulan. Di mana upah itu menurut sejumlah guru honorer dirasa tak cukup untuk menutupi biaya transportasi hingga biaya hidup lain.

Sehingga tak heran, jika para guru honorer memiliki pekerjaan sampingan seperti mendirikan bisnis sendiri hingga membuka les privat untuk anak-anak yang mau belajar di luar sekolah. Selain itu, ada juga yang memilih untuk menjadi tentor di sebuah bimbingan belajar (bimbel) lantaran mereka merasa ada perbedaan yang cukup kontras antara tentor bimbel dengan guru honorer.

1. Salary tentor bimbel lebih tinggi dibanding guru honorer

Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru Honorerilustrasi uang gaji (pixabay.com/Raten-Kauf)

Wulan, seorang tentor di salah satu perusahaan bimbel di Kota Medan, mengaku merasakan iklim yang kontras antara dunia bimbel dan sekolah. Dirinya yang juga pernah menjadi seorang guru honorer di salah satu sekolah ini, mengklaim jika menjadi tentor bimbel secara finansial lebih menjanjikan dibanding guru honorer.

"Sebenarnya bisa memilih di sekolah aja, tapi benefit yang didapat tetap aja upah guru honorer itu enggak pernah sampai UMR. Sedangkan di bimbel kita bisa mendapat salary sampai di atas UMR, tergantung kelas yang diajarkan. Makin banyak kelas yang diajarkan makin banyak pula salary yang didapat. Kalau ngajar di sekolah, udah seharian dari pagi sampai sore tapi enggak dapat UMR. Ssmentara kalau ngajar di bimbel jam kerjanya siang sampai maghrib aja bisa di atas UMR perbulannya. Makanya kemarin saya berani mengambil keputusan untuk berhenti mengajar di sekolah dan lebih memilih menjadi tentor bimbel saja," ungkap Wulan.

Upah guru honorer biasanya dihitung perjam pelajaran, sementara tentor bimbel dihitung per-standing. Untuk masing-masing sekolah biasanya juga menerapkan jumlah upah yang berbeda, sehingga tak heran jika upah guru honorer di sekolah swasta berbeda dan relatif lebih tinggi dibanding upah guru honorer sekolah negeri.

Jika perjam pelajaran upah guru honorer dihargai sekitar Rp60 ribu dan ia mendapat 24 jam pelajaran selama seminggu, maka gaji guru honorer hanya dihitung dalam satu minggu itu saja yang kemudian disebut sebagai gaji perbulan. Jadi upah yang didapat guru honorer dapat dihitung Rp60 ribu dikali 24 jam pelajaran, yang berarti Rp1,4 juta perbulan.

Tidak semua sekolah memberikan upah Rp60 ribu perjam pelajaran untuk guru honorer. Ada yang memberikan Rp40 ribu, hingga ada yang membayar dengan nominal Rp16 ribu. Salah satunya dirasakan Ana, seorang guru honorer yang kini juga merangkap sebagai tentor bimbel dengan alasan kebutuhan finansial.

"Saya seorang guru honorer yang juga memutuskan untuk menjadi seorang tentor freelance di salah satu bimbel. Saya mengajar di bimbel dari siang sampai sore dan bisa mendapatkan upah Rp150 ribu perhari. Jumlah ini tentunya sangat banyak dibanding gaji saya sebagai guru honorer yang dihargai Rp16 ribu perjam pelajaran. Dalam sebulan, upah saya sebagai guru honorer tidak sampai Rp1 juta, sementara di bimbel saya bisa mendapatkan upah yang lebih banyak. Inilah alasan mengapa saya juga memutuskan untuk menjadi tentor bimbel agar dapat menutupi biaya hidup saya," aku Ana.

 

2. Sistem pembelajaran di bimbel lebih fleksibel

Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru Honorerilustrasi perempuan sedang belajar (IDN Times/Siantita Novaya)

Selain perbedaan upah yang cukup kontras, alasan lain mengapa sejumlah sarjana pendidikan lebih suka menjadi tentor bimbel adalah kefleksibelan. Di bimbel meskipun memiliki SOP dan aturan tersendiri, namun dianggap lebih fleksibel dibanding sistem di sekolah.

"Kalau di sekolah tuh tentunya kurikulum yang menentukan jadwal kita bahkan rosternya yang kita pakai monoton, itu terus sampai 1 semester ke depan. Nah, kalau di bimbel, kita sendiri yang menentukan kapan kita mau masuk kapan enggak. Jadi setiap minggu itu jadwalnya update terus. Bahkan kalaupun misalnya lompat-lompat hari mau masuk juga oke oke aja," kata Wulan.

Hal senada juga diungkapkan Ana. Selain lebih fleksibel waktu, menjadi tentor bimbel juga lebih fleksibel dalam segi ajar. Namun meskipun lebih fleksibel, pembelajaran di bimbel justru lebih mendalam di banding di sekolah.

"Di bimbel ada SOP-nya tersendiri, di mana tentor harus ramah-tamah kepada murid dan cenderung menjalin hubungan sebagai kakak dan adik. Kefleksibelan ini dapat menciptakan suasana humble dan mau berbagi. Jika di sekolah seorang guru menjadi orang tua kedua, maka di bimbel kita seperti kakak yang harus ramah-tamah dan mengayomi," timpal Ana.

3. Tuntutan dan beban kerja guru honorer tak sebanding dengan upah

Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru HonorerSeorang guru mengahari para muridnya (dok. pribadi/Andriani)

Perlu diakui oleh Ana jika tuntutan sebagai seorang guru honorer relatif lebih besar dibanding dengan tentor bimbel. Sebagai guru honorer banyak hal yang harus dirinya persiapkan, salah satunya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus.

"Lebih lelah di sekolah sebenarnya. Gak hanya kedisiplinan, sebuah kerangka pembelajaran juga wajib dibuat oleh guru. Hal ini berbeda dengan bimbel, modul sudah ada, bahan juga dikasih. Untuk cari kunci jawaban juga ada diskusi per-bidang, ada kakak tentor yang merupakan penanggung jawab bidang studi yang bertugas membuat soal dan modul itu," terangnya.

Di sekolah Ana wajib membuat soal sendiri dan membuat RPP sendiri. Dirinya juga kebetulan masuk di kelas 11 dan kelas 12. Itu artinya, Ana harus mempersiapkan RPP dan soal-soal untuk banyak kelas dalam 1 semester. Tak jarang pula jika untuk mencetak banyaknya RPP tersebut Ana tidak mendapatkan subsidi dari sekolah.

Namun, meskipun Ana merasakan perbedaan tuntutan itu, bukan berarti di bimbel juga tidak ada tuntutan. Banyak SOP yang harus ditaati sebagai tentor bimbel, salah satunya adalah mengikuti diklat. 

"Di diklat para tentor diajarkan tentang SOP yang ada di bimbel. Kami dilatih dan diberi pemahaman materi. Kami juga belajar, bahkan pembelajarannya lebih mendalam. Tekanannya paling kami harus paham materi. Namun sejauh ini saya suka dengan pembekalan di bimbel, tuntutan dan upahnya juga lebih worth it," pungkas Ana.

4. Sistem kerja tentor bimbel dapat rolling ke seluruh cabang, sehingga menciptakan banyak suasana baru

Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru Honorerilustrasi guru yang hangat (pexels.com/Kampus Production)

Mungkin tidak semua bimbel menerapkan sistem rolling. Namun Wulan merasakan betapa serunya jika dirinya dapat mengajar di tempat yang berbeda-beda, apalagi dirinya yang cepat bosan dan selalu ingin mencari suasana baru.

"Banyak orang di sekitar saya yang mengira capek banget kalau kerjanya rolling, but not true! Memang iya ngajarnya itu rolling ke seluruh cabang, tapi perhari. Misalnya hari ini saya masuk di cabang A doang, besoknya saya masuk di cabang B doang, lusa saya masuk di cabang C doang, dan seterusnya," kata Wulan.

Selain itu, di bimbel Wulan dapat lebih merasakan hiruk-piruk pejuang SNBT atau ujian masuk di sekolah kedinasan. Iklim yang seperti itu tentunya dapat membuat peserta didik bahkan dirinya sangat update tentang kampus kedinasan & kampus PTN beserta passing gradenya.

Menjadi seorang tentor menurut Wulan memang memiliki banyak keuntungan baginya pribadi. Namun, bukan berarti Wulan mengesampingkan status guru honorer. 

"Sebenarnya, kalau untuk jangka panjang menurut saya sayang banget kalau tidak mengajar di sekolah (sebagai guru honorer), karena benefitnya adalah jenjang karir. Tapi, saat ini saya masih nyaman dan sangat menikmati menjadi tentor bimbel," pungkasnya.

Baca Juga: Unimed akan Sanksi Tegas Para Pelaku Bentrok Antar 2 Fakultas

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya