ilustrasi wisuda (pexels.com/Denniz Futalan)
Sebagai orangtua, kita gak boleh terlalu takut tidak akan mampu menyekolahkan anak. Optimisme anak terbangun melalui optimisme orangtua. Kita harus selalu yakin bahwa biaya masih bisa dicari.
Kalau bukan sepenuhnya biaya dari kita, ada beasiswa atau mengajukan permohonan keringanan biaya untuk keluarga yang layak menerimanya. Jangan ragu dalam menetapkan jenjang pendidikan minimal untuk anak-anak. Contohnya, anak-anak paling tidak harus menjadi sarjana.
Sejak dini beri tahu anak bahwa kelak ia harus berkuliah. Masa sekolahnya masih panjang, tetapi itu bukan proses yang membosankan bila anak telah menemukan kesenangan dalam belajar. Dengan memberitahukan standar minimal pendidikan yang mesti dicapai, anak sudah punya arah buat dituju.
Ini bukan mimpi yang muluk bagi siapa pun. Anak perlu tahu titik start dan finish dalam pendidikan formalnya agar mudah baginya membayangkan perjalanannya nanti bergerak dari mana ke mana. Tidak ada kata terlalu dini untuk membicarakan tentang masa depan dengan anak asalkan cara penyampaiannya cukup mudah dimengerti.