Sandyakala Nusantara, Drama Surealis yang Angkat Kisah Putri Hijau

Gairah anak muda melestarikan budaya lewat drama pertunjukan

Deli Serdang, IDN Times - Legenda Putri Hijau yang selama ini dikenal banyak masyarakat Sumatra Utara merupakan suatu cerita rakyat yang berasal dari suku Melayu.

Namun, sekelompok anak muda yang berasal dari program studi Sastra Indonesia Unimed membranding legenda Putri Hijau yang ternyata juga merupakan khazanah cerita rakyat dari Suku Karo lewat suatu pertunjukan drama.

Legenda Putri Hijau disajikan dengan sentuhan drama surealis dalam event Sandyakala Nusantara, menghadirkan kisah yang menceritakan perjalanan seorang anak muda yang tidak memahami pentingnya menghargai kebudayaan.

Akibat keangkuhannya, secara magis tokoh utama masuk ke dalam dunia Putri Hijau dan benar-benar menyaksikan pahitnya kisah yang berasal dari tanah Karo itu.

1. Naskah drama diangkat dari hasil riset

Sandyakala Nusantara, Drama Surealis yang Angkat Kisah Putri HijauSandyakala Nusantara pakai konsep surealis yang dikemas dengan tirai dan bayangan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Drama ini menjelaskan magisnya sesuatu yang menimpa seorang anak muda sehingga terseret ke dalam dunia surealis. Di sana ia berjumpa sosok Putri Hijau dan melihat dengan jelas pertempuran antara kerajaan Aceh dan kerajaan Aru.

Sebelum mengeksekusi pertunjukan, mahasiswa telah melakukan riset terlebih dahulu mengenai legenda Putri Hijau yang berasal dari suku Karo. Meskipun bertema surealis, namun pertunjukan tersebut tetap memiliki pedoman dari sastra lisan yang berkembang di tengah masyarakat.

"Jadi untuk naskah, awalnya mahasiswa melakukan riset dahulu yang mereka lakukan di museum Karo. Saya juga kaget, ternyata ada legenda Putri Hijau yang berasal dari suku tersebut. Sebab, selama ini masyarakat Medan hanya mengenal legenda Putri Hijau itu, ya, berasal dari suku Melayu," kata Andika Syahputra selaku sutradara pertunjukan drama Putri Hijau. 

Banyak detail-detail legenda Putri Hijau yang sengaja tak dieliminasinya. Mereka sengaja mempertahankan kisah asli Putri Hijau namun dikemas dengan sentuhan modern.

"Awalnya kisah Putri Hijau berbentuk novel, jadi saya dan teman-teman mencoba mengadaptasi legenda tersebut memakai aliran surealis dalam drama. Agar nyentrik juga," aku Andika.

2. Dikemas secara modern agar sebuah legenda tak membuat kesan yang bosan

Sandyakala Nusantara, Drama Surealis yang Angkat Kisah Putri HijauPemeran drama Putri Hijau sedang berakting (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Melihat animo anak muda yang menganggap jika cerita sejarah merupakan salah satu hal yang membosankan, Sandyakala Nusantara mencoba mendobrak sesuatu yang dianggap membosankan tersebut menjadi berkelas dan atraktif.

"Kami sengaja mengemas bagaimana legenda Putri Hijau ini dengan sentuhan modern. Agar sejarah tersebut dapat disampaikan dengan cara yang tidak membosankan. Jadi pembaharuan dan perkawinan zaman ini yang membuatnya unik," aku Andika.

Pria berusia 23 tahun itu juga mengungkapkan jika apa yang telah disajikan merupakan bentuk kreatif yang dipersembahkan oleh anak-anak muda. Hal itu disebutnya sebagai salah satu bentuk bahwa anak muda seperti mereka juga peduli kepada kebudayaan.

"Kami ingin menyampaikan jika legenda atau cerita sejarah itu bagus dan kaya. Sebagai anak muda, janganlah kita melupakan sejarah. Soalnya banyak anak muda sekarang yang lalai ataupun malas ketika belajar sejarah," ungkapnya.

3. Drama sebagai momentum mengelola ego anak muda

Sandyakala Nusantara, Drama Surealis yang Angkat Kisah Putri HijauSandyakala Nusantara, drama surealis yang diadakan di Unimed (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Tak hanya melibatkan kalangan mahasiswa yang ada di Unimed, mahasiswa yang mengikuti kampus merdeka dan berasal dari luar pulau juga berpartisipasi aktif dalam drama pertunjukan ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan program pemerintah sekaligus mewujudkan kolaborasi antar suku bangsa.

"Inti dari merdeka belajar ini, kan, mereka bisa belajar di mana saja dan sama siapa saja. Mereka juga bisa berkolaborasi dan berkomunikasi melalui pertukaran budaya dan sebagainya," ucap Hera Chairunissa selaku kepala program studi Sastra Indonesia Unimed.

Bagaimana anak muda bisa mengelola emosi juga merupakan salah satu detail yang berhasil didapatkan jika berdrama. Hera mengatakan jika hal ini merupakan salah satu keuntungan Sandyakala Nusantara selain merevitalisasi budaya.

"Kita dapat memanajemen suatu emosi dan memanajemen keegoisan kita, jadi masing-masing harus bisa meredam ego demi dapat menunjukan suatu pertunjukan yang spektakuler," pungkasnya.

Eko Agus Herianto Photo Community Writer Eko Agus Herianto

Bagian dari IDN Times regional Sumut, menggemari dunia kesusastraan dan kesenian.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya