TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kolaborasi Rani Jambak dan Musisi Brasil Garap Lagu Distortion Journey

OneBeat Virtual 2021 hadirkan 35 musisi muda dari 17 negara

Kolaborasi dan pertukaran budaya global melalui musik, dalam OneBeat Virtual 2021 (Dok. Istimewa)

Medan, IDN Times - Rani Jambak, kembali lagi performance dalam kolaborasi dan pertukaran budaya global. Ia menjadi salah satu musisi muda inovatif dan berbakat dari dua anak muda Indonesia yang lolos terpilih, dalam program kolaborasi dan pertukaran budaya global OneBeat.

Program ini adalah prakarsa pertukaran budaya melalui residensi musik dan menjadi bagian dari diplomasi budaya, yang didanai oleh Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, yang diproduksi oleh Bang on a Can's Found Sound Nation.

Kegiatan ini mempertemukan beragam talenta musisi muda berbakat, dari berbagai penjuru dunia dalam sebuah program kolaborasi residensi.

Sebelum era pandemik, sejak 10 tahun yang lalu OneBeat dicetuskan, biasanya OneBeat dilaksanakan “secara fisik” di New York, Amerika Serikat. Peserta dari seluruh dunia yang lolos seleksi akan diundang ke New York selama satu bulan, untuk berproses bersama, bertukar ide dan gagasan, dan berkolaborasi untuk menghasilkan karya-karya dalam koridor besar tematik tertentu.

1. Rani Jambak mewakili Indonesia dari Kota Medan pada sesi pertama OneBeat

Kolaborasi dan pertukaran budaya global melalui musik, dalam OneBeat Virtual 2021 (Dok. Istimewa)

Tahun 2021 ini, karena kondisi pandemik maka OneBeat dilaksanakan dalam platform virtual, dan dilakukan dalam dua sesi. Untuk sesi pertama, terdapat 35 musisi muda inovatif dari 17 negara yang tahun ini terlibat dalam kegiatan residensi virtual, dari tanggal 12 Juli - 6 September 2021. Selama 7 minggu, para musisi ini secara virtual bertemu, berdiskusi intens, bekerja, dan berkolaborasi secara online, berproses bersama merealisasikan tema program tahun ini dalam karya-karya mereka.

Untuk sesi pertama OneBeat ini, dari Indonesia terdapat dua orang musisi muda berbakat yang lolos seleksi, yaitu Rani Jambak dari Medan, dan Rangga Purnama Aji dari Jogja.

Baca Juga: Mencari Makna Hidup Lewat Musik ala Rani Jambak

2. Melalui musik isu tahun ini mengenai kondisi dunia yang berduka akibat pandemik

Kolaborasi dan pertukaran budaya global melalui musik, dalam OneBeat Virtual 2021 (Dok. Istimewa)

Tahun ini OneBeat mengangkat isu mengenai kondisi dunia yang berduka akibat pandemik, perawatan, dan penyembuhan melalui musik, serta bagaimana dunia bisa terus menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan berbagai kenyataan yang berubah dengan cepat.

Musik dan suara dianggap sebagai salah satu jalan, untuk mendorong terbangunnya mode saling terkoneksi dan menjalin hubungan dengan orang lain, sebagai tindakan penyembuhan kolektif dan pribadi.

Menurut Rani Jambak, dalam program residensi ini ada berbagai program yang harus ditempuh peserta, antara lain yaitu latihan-latihan untuk merangsang kreativitas, berupa meditasi, zumba, sound healing, sound painting, master class dari berbagai musis.

"Proses kolaborasi, penyampaian ide, yang selama 2 bulan proses ini dilakukan dengan sangat intens, semua peserta diajak untuk bisa berpikir bersama, untuk menggali kira-kira apa yang bisa dilakukan dalam aktivitas proses kreatif berkesenian mereka untuk berpartisipasi dalam isu besar yang diangkat," kata Rani.

3. Rani Jambak tampil berkolaborasi bersama Victor Angeleas berjudul "Distortion Journey”

Kolaborasi dan pertukaran budaya global melalui musik, dalam OneBeat Virtual 2021 (Dok. Istimewa)

Rani Jambak tampil berkolaborasi bersama Victor Angeleas, pemain mandolin dari kota Brasilia, Brasil, dengan karya berjudul "Distortion Journey”. Victor adalah lulusan jurusan musik dari University of Brasilia.

Ia adalah multi-instrumentalis, komposer, dan produser yang banyak memenangkan penghargaan menjabat sebagai profesor di Music School of Brasilia, salah satu lembaga pendidikan musik publik terbesar di Amerika Latin.

Dan juga Elective Class Performance, 3 September 2021, yaitu penampilan dari kelas pilihan peserta. Experiments in song writing and production, yang menampilkan penyanyi Kolombia Ana Milena Lozada, pemain perkusi Utah dan pemain synth modular Gavin Ryan, produser Indonesia Rani Jambak, pemain perkusi dan produser Brasil Alexandre Baros, dan bassis Kolombia Miguel Velasquez Matija dengan produser yang berbasis di Brooklyn, Christopher Botta.

Eksperimen gabungan dari video musik dan dokumenter, dipimpin oleh pemain perkusi yang berbasis di Recife Alexandre Baros dan produser Indonesia Rani Jambak, menampilkan karya pertama dari produser global ini yang telah dikembangkan bersama selama 6 minggu terakhir dalam proses OneBeat Virtual.

Sementara itu, musisi Indonesia lainnya, Rangga Purnama Aji, dengan tema Resonation to Infinity and Beyond, yang menampilkan artis suara dan live coder Indonesia Rangga Purnama Aji, pemain cello NYC Dara Hankins, produser Rusia Ilia Symphocat, produser Bolivia Marco Flores Zapana dan pemain cello Rusia Alina Anufrienko dengan UMLILO yang berbasis di Johannesburg.

Untuk jadwal selanjutnya yaitu, Building Radio pada 4 September 2021, yaitu menampilkan seluruh rangkaian materi kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh seluruh peserta OneBeat Virtual dalam 2 bulan ini.

Kegiatan ini dipimpin oleh produser Brasil Marcioz, MC Tshephang Mabizela a.k.a SOAW yang berbasis di Johannesburg, pemain biola kontemporer Teagan Faran, pemain synthesizer Amy Reid, dengan produser dan artis suara Brasil Luisa Puterman.

4. Distortion Journey gambarkan sebuah perjalanan kehidupan terdistorsi oleh kondisi pandemik

Kolaborasi dan pertukaran budaya global melalui musik, dalam OneBeat Virtual 2021 (Dok. Istimewa)

Distortion Journey merupakan hasil diskusi panjang Rani Jambak dan Victor Angeleas selama hampir dua bulan, menggambarkan bagaimana sebuah perjalanan kehidupan yang terdistorsi oleh kondisi pandemik. Mereka berbicara mengenai bagaimana membuat ritual penyembuhan diri, agar lebih bahagia, dan lebih banyak cinta. Mereka menemukan bahwa lawan kata dari “cinta” itu ternyata bukan “benci”, melainkan “ketakutan”. Ketakutan membuat manusia tidak bisa merasakan keindahan.

Konsep karya mereka adalah menyimpulkan dari semua hasil diskusi panjang mereka dalam bentuk musik yang menjadi proses “healing”. Proses healing membangkitkan memori-memori yang baik dan buruk, merangkaikan pengalaman-pengalaman personal dari apa yang dihirup, dicium, didengar, dilihat, dirasakan, dibawa melalui soundscape negara masing-masing, dan dikolaborasikan dalam sebuah karya komposisi bersama.

"Dalam ritual itu ada proses perjalanan memori dan bagaimana kita saat ini benar-benar hidup dalam keadaan sekarang. tidak berekspektasi untuk masa depan, namun juga tidak tenggelam dalam kenangan masa lalu," tambahnya.

Baca Juga: Cara Rani Jambak Memahami Identitas Bangsa Sebagai Komponis

Berita Terkini Lainnya