TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Say I Love You, Film Perjuangan Generasi Millennial yang Menginspirasi

Sudah tayang di bioskop 4 Juli 2019

Dok. IDN Times/IStimewa

Jakarta, IDN Times - Banyak hal baru dicapai SMA Selamat Pagi Indonesia (SMA SPI) seusai menerima penghargaan Kick Andy Heroes 2018 tahun lalu.

SMA SPI yang didirikan di Kota Batu, Malang oleh Julianto Eka Putra memang dikenal karena pilihan mereka untuk secara khusus merekrut ratusan siswa dari kalangan tidak mampu di seluruh Indonesia untuk diberi pendidikan gratis, sekaligus dibekali keahlian (life-skill) menjadi pengusaha yang independen.

Kini, kisah dan perjuangan Julianto Eka Putra dan siswa-siswi SMA SPI yang inspiratif ini diangkat menjadi film berjudul “Say I Love You” yang disutradarai Faozan Rizal (sebelumnya Habibie - Ainun) dan dibintangi Aldi Maldini, Dinda Hauw, Rachel Amanda, Verdi Solaiman, Teuku Rifnu Wikana, Butet Kartaredjasa, Olga Lydia dan bintang-bintang lainnya.

Film ini sudah menghiasi layar perak Indonesia, mulai 4 Juli 2019 dan diharap mampu menghibur dan menginspirasi penonton Indonesia di masa liburan sekolah tahun ini.

Baca Juga: Bupati JR Saragih Berhentikan 992 Guru Fungsional, Ini Alasannya

1. Brandon Chia terharu dengan perjuangan Julianto Eka

Dok. IDN Times/IStimewa

PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI), perusahaan social network marketing dimana Julianto Eka Putra bergabung sebagai Top Leader, memutuskan untuk mendukung penuh produksi film ini.

Sejak Julianto mengonseptualisasi impiannya mendirikan sekolah untuk kalangan tidak mampu ini, HDI memang selalu berada di sampingnya untuk memberi dukungan awal bagi Julianto.

Ditemui di jumpa pers “Say I Love You” di Kota Kasablanka, Brandon Chia, CEO HDI sekaligus Executive Producer “Say, I Love You” menceritakan keharuannya mendampingi Julianto di saat-saat kritis, saat berusaha mewujudkan impiannya mendirikan sekolah gratis untuk kalangan tidak mampu.

“Julianto begitu yakin bahwa salah satu upaya mengurangi jumlah anak putus sekolah di Indonesia adalah dengan mendirikan sekolah gratis yang bisa melatih anak-anak untuk siap memasuki dunia kerja sesudah setelah lulus, sehingga rantai kemiskinan dan putus sekolah ini berakhir di mereka. Kami bangga berada di sisinya saat berusaha mewujudkan mimpi, dan kami bangga membagikan kisahnya ke hadapan Anda,” ungkap Brandon Chia dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Kamis (4/7).

2. SMA SPI telah menjelma menjadi institusi pendidikan berprestasi yang bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia

Dok. Istimewa/atiqohhasan.com

Memang perjalanan Julianto Eka Putra mendirikan SMA SPI bukan jalan yang tidak berliku dan berbatu. Saat memulai SMA SPI, Julianto mengalihkan fokus karir dan waktunya sebagai pengusaha dan salah satu top leader HDI di Indonesia, ke arah baru, yaitu SMA SPI ini.

Keputusan kontroversial ini mendapat tentangan, bahkan dari istrinya. Namun, sebaliknya mendapat dukungan penuh dari HDI, termasuk saat membeli 4 ha tanah, tempat SMA SPI akhirnya didirikan.

Para enterpriser HDI juga diajak menyumbangkan 5  persen pendapatannya untuk membantu berdirinya sekolah ini. Peletakan batu pertamanya dimulai pada tahun 2005, sedangkan tahun 2007 angkatan murid pertama mulai masuk. HDI tidak pernah menyangka bahwa SPI akan tumbuh sebesar seperti sekarang ini, karena pada awalnya sekolah ini diciptakan sebagai sekolah gratis bagi anak yatim piatu.

Tapi kini SMA SPI telah menjelma menjadi institusi pendidikan berprestasi yang bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia.

3. Julianto Eka Putra mengakui bahwa tujuan sekolah didirikan tidak lain untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung

Dok. IDN Times/IStimewa

Setelah sekolah mulai berdiri, Julianto menghadapi masalah lain. Keputusannya merekrut siswa-siswi dari kalangan tidak mampu bukannya tanpa konsekuensi. Karena berangkat dari keluarga tidak mampu, maka kesenjangan antar siswa-siswi yang masuk ke SMA SPI sangat terasa.

Mereka hadir dengan berbagai masalah bawaan yang berbeda-beda, mulai dari gangguan fisik karena menderita malnutrisi sejak kecil, hingga masalah-masalah psikologis seperti rasa rendah dan tidak percaya diri yang akut, hingga masalah kecanduan alkohol oplosan serta berbagai luka batin yang harus disembuhkan satu persatu oleh Julianto Eka Putra dan para guru SMA SPI..

Mengenang perjalanan awalnya saat mendirikan SMA SPI, Julianto Eka Putra mengakui bahwa tujuan sekolah didirikan tidak lain untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung.

“Saya ingin mengajak mereka mengubah nasib dengan membangun motivasi dan kemauannya. Saat awal berdiri, SPI hanya terdiri dari 30 anak berasal dari Sumatera hingga Papua yang berbeda-beda karakter dan kelebihan, tetapi juga memendam duka dan luka yang berbeda-beda. Kami belajar bersama-sama, saling menerima perbedaan, saling menyembuhkan dan berjuang bersama mencapai tujuan-tujuan bersama,” papar Julianto.

Sejak awal berdiri hingga kini, SMA SPI selalu menyimpan cerita yang dapat memotivasi dan menginspirasi, Itulah sebabnya HDI memutuskan untuk mendukung produksi film ini.

Film ini menggambarkan generasi milenial yang ulet dan gigih, meskipun berlatar belakang keluarga tidak mampu, bahkan beberapa di antaranya tidak punya orang tua dan keluarga. Mereka harus berjuang sangat keras melewati rintangan untuk sampai di posisi mereka sekarang ini.

4. Total ada 250 siswa yang sedang bersekolah di SMA SPI saat ini

Dok. IDN Times/IStimewa

Kini SMA SPI sudah menginjak tahun ke-12, areanya berkembang hingga lebih dari 21 ha. Dalam penerimaan siswa baru, SMA SPI masih membaginya berdasarkan kuota daerah, kuota agama dari 5 agama dan 5 pulau terbesar Indonesia. Sekarang, setiap tahun SMA SPI menerima sekitar 80 siswa, hingga totalnya 250 siswa yang sedang bersekolah di SMA SPI saat ini.

Para siswa-siswi diajarkan mandiri dan kini memiliki sekitar 20 divisi usaha yang dikelola sendiri oleh para siswa, mulai divisi agribisnis, wahana taman hiburan, perhotelan, hingga divisi produksi film. Kisah Julianto jatuh bangun mendirikan SMA SPI dengan dukungan HDI ini yang melatari Julianto Eka Putra dan SMA SPI dianugerahi penghargaan Kick Andy Heroes 2018 dan menjadi kisah utama yang diangkat ke layar perak melalui film “Say, I Love You”.

“Kebetulan saya mengenal beberapa siswa-siswi ini dengan baik dan saya menyaksikan betapa luar biasa transformasi yang mereka lalui untuk mengatasi kurang percaya diri, maupun luka batinnya yang lain. Bagi saya, sangat menakjubkan melihat perubahannya di kehidupan nyata dan membagikan pengalaman itu lewat layar perak kepada para penonton. Mungkin Anda berpikir, bagaimana caranya anak-anak semuda ini dan latar belakang sesulit itu bisa mengatasi semua tantangan dan menjadi orang-orang berharga seperti saat ini. Pesan itu yang ingin kami sampaikan dengan sederhana: Tidak ada yang tidak mungkin!” tegas Brandon Chia.

“Nilai yang ingin kami sampaikan pada publik sebenarnya sederhana saja. Mungkin pada awalnya Anda tidak memiliki apa-apa dan kurang beruntung dalam hidup ini. Mungkin Anda merasa bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa Anda raih. Tapi ketahuilah, dengan sikap, pola pikir, dan pemikiran yang tepat, keajaiban bisa terjadi. Selamat Pagi Indonesia adalah bukti nyata dari ketiga hal tersebut dan kami merasa bahwa kisah luar biasa ini harus diceritakan tidak hanya ke seluruh Indonesia tapi juga ke seluruh dunia.” ungkap Brandon menambahkan.

Baca Juga: Berwajah Blasteran, Ternyata 4 Artis Ternama Ini Berdarah Batak

Berita Terkini Lainnya