Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERD

GERD menganggu kualitas hidup sehingga kamu kurang produktif

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal National Library of Medicine tahun 2017 berjudul “Gender Is A Risk Factor in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease” membuktikan bahwa GERD (Gastroesophageal reflux disease) atau yang dikenal sebagai penyakit asam lambung lebih banyak dialami wanita daripada pria. Penemuan ini dikaitkan dengan hormon wanita dan hiatal hernia, yaitu kondisi lambung menonjol ke dalam rongga dada melalui diafragma, serta  akibat hormon kehamilan.

Fakta lainnya mengungkapkan, berdasarkan laporan dalam Journal Watch yang dipublikasikan tahun 2006 berjudul “Gerd in Women” bahwa wanita yang menderita GERD lebih cenderung menderita penyakit non-erosif, yaitu tidak mengikis lapisan lambung. Sementara pria  lebih cenderung menderita esofagitis erosif, yaitu radang atau iritasi dinding esofagus (kerongkongan) dan mengenai hal ini beberapa dokter berpendapat bahwa ini disebabkan oleh perbedaan sensitivitas gejala atau pola perilaku mencari pelayanan kesehatan.

Terlepas dari semua itu, tahukah kamu bahwa GERD menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya yang berdampak negatif pada produktivitas. 

1. Penderita GERD sering merasa kelelahan

Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERDPenderita GERD sering merasa kelelahan tak berkesudahan (pexels,com/Andrew Neel)

Dilansir MedicalNewsToday, kelelahan pada penderita GERD tidaklah sama dengan rasa lelah bagi orang yang sehat. Pada orang sehat, rasa lelah dapat dihempaskan dengan tidur yang berkualitas dan istirahat yang cukup. Sebaliknya, pada penderita GERD, tidur yang cukup dan istirahat tidak akan menghilangkan rasa lelah karena kelelahan yang dirasakan setiap hari secara berkelanjutan. 

Oleh karena itu, bagi penderita GERD rasa lelah seperti ini berdampak negatif pada aktivitas keseharian sebab menghilangkan energi untuk lebih produktif dalam sehari-hari. Selain itu, rasa lelah bagi orang normal dapat diidentifikasi dengan mudah, sementara bagi penderita GERD hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan yang memerlukan diagnosis dokter. 

Kondisi ini dikaitkan dengan  fibromyalgia yang sering hadir bersamaan dengan GERD. Fibromyalgia yaitu sensasi sakit pada seluruh tubuh seperti nyeri sendi atau otot, disertai kelelahan, gejala somatik dan kognitif atau psikiatris, serta tubuh lelah  saat bangun tidur. Fibromyalgia juga dapat hadir bersamaan dengan kelainan autoimun, seperti rheumatoid arthritis (RA) dan lupus eritematosus sistemik.

Selain itu, kelelahan yang menyertai penyakit GERD juga bisa disebabkan oleh tidur yang tidak berkualitas sepanjang malam. Pasalnya penderita GERD sering mengalami gangguan tidur pada malam hari seperti sering batuk atau heartburn, sensasi panas di dada. Saat dalam posisi tidur terlentang, material lambung yang salah satunya terdiri dari asam lambung, tidak berada dalam tempatnya, melainkan bergerak naik ke pipa makanan. Sehingga, memperparah gejala heartburn dan batuk-batuk. Dengan gejala yang semakin parah, maka akan menyulitkan penderita tidur nyenyak yang berkualitas dan berdampak pada gejala kelelahan.

2. Penderita GERD cenderung mengalami depresi

Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERDpenderita GERD sering merasa depresi (pexels.com/Gerd Altmann)

Berdasarkan laporan dalam Journal of Neurogastroenterology and Motility yang dipublikasikan tahun 2018  berjudul “Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study” bahwa gejala refluks, yaitu kondisi ketika asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan, dapat memicu kecemasan dan depresi. Pasalnya, otak dan saluran pencernaan saling terkait satu sama lainnya, dimana stres dan emosi dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna, dan keadaan organ saluran cerna dapat mempengaruhi suasana hati. Dalam laporan yang sama, terungkap juga bahwa : 

  • Pada tikus percobaan, stres psikologis terbukti mengganggu persimpangan ketat epitel esofagus yang kemudian berdampak merusak fungsi pelindung mukosa esofagus sebagai antirefluks. 
  • Kecemasan dan depresi juga menyebabkan gangguan kecemasan hipokondriasis yang kemudian meningkatkan sensasi gejala refluks.
  •  Tingkat keparahan refluks secara signifikan berkorelasi dengan tingkat kecemasan pada pasien GERD.

Dalam sebuah studi cross-sectional tahun 2019 yang dipublikasikan dalam jurnal Library of Medicine berjudul  “Depression and Anxiety in Patients with Gastroesophageal Reflux Disorder With and Without Chest Pain” untuk mempelajari korelasi kecemasan dan depresi pada pasien GERD, dengan atau tanpa nyeri dada. 

Para peneliti menemukan bahwa 112 dari 258 relawan yang didiagnosa GERD mengeluhkan nyeri dada dengan 41.4% pasien mengalami depresi, 34.4% pasien mengalami kecemasan dan 27.13% pasien mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Bahkan, para peneliti juga menemukan bahwa kecemasan dan depresi banyak terjadi pada penderita GERD yang mengeluhkan nyeri dada. 

Para peneliti berhipotesis tentang alasan penderita nyeri dada rentan mengalami masalah kesehatan mental. Yaitu, pasien mungkin beranggapan nyeri dada sebagai gejala penyakit serius yang diderita, yang kemudian berkontribusi terhadap kecemasan dan depresi. 

Jadi, bagaimana kamu bisa lebih produktif saat kondisi mental terguncang karena stress? Maka, mulailah dengan memperbaiki perutmu.

Baca Juga: Mirip Influenza, Ini 5 Gejala Menandakan Penyakit GERD

3. GERD sebagai gejala awal demensia pada lansia

Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERDilustrasi lansia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernahkah kamu merasakan sensasi sakit perut, mendadak mules saat merasa sangat senang atau tak sabar menanti sesuatu? Atau pernahkah kamu merasa sakit perut setelah peristiwa yang membuat stress? Merasa mual pada situasi tertentu? Hal ini dapat dijelaskan secara medis, karena emosi sangat sensitif terhadap saluran pencernaan. Kamu juga perlu tahu bahwa proses emosi terletak di otak, yaitu amygdala, insular cortex dan periaqueductal grey.

Memikirkan mangga mentah yang rasanya asam, apakah air liurmu terasa asam dan mencair? Ini membuktikan bahwa saluran pencernaan saling terkoneksi dengan otak. Sehingga, saluran pencernaan yang bermasalah dapat mengirimkan sinyal ke otak, dan begitu pula sebaliknya. 

Oleh karena itu, gangguan pada saluran pencernaan seseorang dapat menjadi penyebab  atau  akibat dari kecemasan, stres, atau depresi. Hal itu dikarenakan otak dan saluran pencernaan berhubungan erat, dilansir Harvard Health Publishing.

Begitu pula GERD dan demensia saling terkait satu sama lain karena otak dan saluran pencernaan saling terkait. Bahkan, dilansir laman Frontier pasien GERD berpotensi besar mengalami demensia, terutama pada usia di atas 70 tahun. Dikatakan demikian karena cedera terus-menerus pada saluran pencernaan dapat menyebabkan peradangan yang kemudian memicu disregulasi sitokin dalam tubuh manusia. Sitosin itu sendiri memiliki peran penting yang mempengaruhi perjalanan penyakit demensia. 

Penuaan memang sering dikaitkan dengan faktor resiko demensia, tetapi tahukah kamu ternyata berdasarkan penelitian, yang dilansir laman Frontiers, keterkaitan GERD dan demensia pada usia diatas 70 tahun memiliki skor tertinggi. Pasalnya, menurut hipotesis para ahli proses degenerasi saraf dan penuaan yang kemudian memicu GERD dianggap sebagai gejala awal demensia pada lansia. 

Asumsi lainnya adalah, proses penuaan berdampak pada penurunan stabilitas mikrobiota usus, juga menyebabkan ketidakseimbangan spesies bakteri tertentu di usus. Padahal, Zat yang diproduksi oleh mikrobiota usus, memiliki pengaruh terhadap perkembangan demensia. 

4. Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala GERD

Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERDilustrasi gangguan pendengaran (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gangguan pendengaran tentu mengganggu dalam aktivitas keseharianmu, sebab telinga salah satu organ penting agar kamu dapat berkomunikasi dan menerima informasi. Namun, apa jadinya jika kamu pendengaranmu terganggu? 

Gangguan pendengaran tidak berarti sumber penyakit berasal dari telingamu, sebab GERD bisa menjadi salah satu sumber yang menyebabkan pendengaran seseorang terganggu, yang dalam istilah medis diistilahkan tinnitus

Dilansir MedicalNewsToday, tinnitus merupakan gejala, bukan penyakit. Tinnitus bisa terjadi karena ada masalah pada sistem pendengaran, yang meliputi telinga, saraf pendengaran yang menghubungkan telinga bagian dalam dan otak, serta area otak yang memproses suara.

Gejala tinnitus bisa berupa telinga berdenging, tetapi bisa juga muncul sebagai suara mendesis, berdengung, menderu, atau bunyi klik. Suara yang muncul bisa keras atau pelan dan bernada rendah atau tinggi, juga bisa terjadi pada satu atau kedua telinga. 

Mengapa bisa terjadi tinnitus pada penderita GERD? Ini terjadi karena material lambung naik menempati telinga tengah, lalu menyebabkan infeksi telinga, gangguan pendengaran, dan disfungsi saluran eustachius.

5. Karies gigi dan bau mulut banyak terjadi pada penderita GERD

Tidak Produktif, 5 Kualitas Hidup yang Terganggu Akibat GERDilustrasi karies gigi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Untuk lebih produktif, selain pencernaan yang sehat, mulut dan gigi juga perlu sehat. Selama produktivitas, kamu akan sering berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Kamu juga memerlukan otakmu untuk berpikir dengan jernih. Namun rupanya, mulutmu bau dan gigimu berlubang sehingga sering sakit dan membuatmu tidak fokus selama produktivitas. 

Kamu perlu tahu, karies gigi sering membuat bau mulut. Selain menjaga kebersihan mulut dan gigi, ada faktor-faktor lainnya yang tanpa disadari membuat gigi rentang terkena karies dan akhirnya berlubang, seperti kurang minum air putih dan kurangnya konsumsi sayur dan buah, tentu selain faktor-faktor lainnya. 

Namun, tahukah kamu, ternyata penderita GERD juga berpotensi terkena karies gigi dan bau mulut, sebab GERD meningkatkan paparan asam pada mulut. Oleh karena itu, GERD dapat menurunkan pH air liur (pH=5,5) ke tingkat di bawah pH kritis dimana kristal hidroksiapatit dalam email gigi larut.

Bahkan, dengan pH perut kurang dari 2,0; refluks lambung berpotensi menyebabkan erosi gigi, mengutip jurnal National Library of Medicine tahun 2014 berjudul “Dental Erosion in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) in a Sample of Patients Referred to the Motahari Clinic, Shiraz, Iran”.

Dilansir laman Ehrenman & Khan Pediatric Dentistry, bau mulut dan gigi berlubang lebih banyak terjadi pada anak-anak penderita GERD daripada anak-anak yang tidak menderita GERD. Dampaknya, anak-anak penderita GERD memiliki gigi yang lebih sensitif, sehingga menimbulkan rasa sakit dan membuat mereka tidak ingin menyikat gigi. 

Namun, membersihkan gigi tetap penting dan harus dilakukan secara teratur. Gunakan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi yang dirancang untuk gigi sensitif dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman.

Siapa sangka sakit gigi, tubuh lelah tak berkesudahan, depresi, dementia, gangguan pendengaran kesemuanya terkait dengan GERD. Kesemuanya ini mengganggu produktivitas mu bukan? Kamu jadi tidak fokus, tidak bersemangat, cenderung malas dan mengantuk?  Yuk, perbaiki perutmu agar produktivitas tidak terganggu sehingga kamu lebih bersemangat dalam keseharianmu. 

Baca Juga: Operasi GERD: Tujuan, Jenis, Prosedur, Risiko

Sari rachmah hidayat Photo Community Writer Sari rachmah hidayat

pecinta alam

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya