Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Penggunaan KB Spiral yang Perlu Diwaspadai

ilustrasi KB IUD (IDN Times/Novaya Siantita)

Medan, IDN Times – Penggunaan KB Spiral atau IUD (intrauterine device) adalah alat kontrasepsi jangka panjang. KB Spiral terbuat dari plastik dan tembaga yang berbentuk “T” berukuran kecil, yang dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter atau bidan.

Cara kerja KB Spiral bekerja dengan melepaskan bentuk sintetis dari hormon progesteron ke dalam rahim. Alat kontrasepsi ini dapat mencegah kehamilan selama 5 hingga 10 tahun.

Mayoritas orang yang menggunakan KB spiral tidak mengalami efek samping. Pun begitu, pengalaman setiap orang bisa berbeda. Ketika menggunakan KB spiral, tubuh pasti menganggapnya sebagai benda asing. Ini berpotensi menyebabkan efek samping jangka panjang.

1. Bisa berpotensi kista ovarium berkembang

ilustrasi IUD (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Penggunaan KB spiral memiliki potensi kista ovarium. Dilansir Halodoc, Sekitar 12 persen orang yang menggunakan KB spiral akan mengembangkan setidaknya satu kista ovarium.

Perkembangan kista ovarium ditandai dengan sakit perut dan terasa bengkak, terasa sakit saat buang air besar, mual dan muntah, nyeri saat haid, nyeri saat berhubungan.

Kista ini biasanya dapat hilang dalam waktu satu atau dua bulan, tapi terkadang membutuhkan perhatian medis. Segera temui dokter jika mencurigai adanya kista ovarium.

2. Penyakit radang panggul

ilustrasi konsultasi dengan dokter untuk melepas IUD (freepik.com/prostooleh)

Penyakit radang panggul merupakan kondisi yang relatif umum terjadi pada organ reproduksi wanita. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS). Tapi kamu juga bisa mengalami radang panggul meski tidak pernah mengidap IMS sebelumnya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mencatat, seseorang berpotensi mengalami penyakit radang panggul dalam 3 minggu pertama setelah KB spiral dimasukkan. Gejala penyakit radang panggul meliputi, Sakit perut (terutama di perut bagian bawah), nyeri saat berhubungan intim dan buang air kecil, keputihan berbau busuk, menstruasi tidak teratur, kelelahan, demam dan expulsion. 

3. Perforasi rahim

ilustrasi IUD, alat kontrasepsi dalam rahim, spiral (unsplash.com/Elen Sher)

KB spiral juga bisa berdampak pada perforasi. Perforasi adalah istilah untuk menggambarkan lubang atau luka yang terbentuk melalui jaringan atau permukaan yang padat. Contohnya seperti kulit, permukaan organ dalam, atau struktur lainnya.

Meskipun relatif tidak masuk akal, tapi ada kemungkinan KB spiral dapat melukai rahim sehingga memicu perforasi. Khususnya jika pemasangan KB spiral tidak di tempat yang tepat.

Potensi perforasi rahim berpotensi terjadi jika KB spiral dimasukkan saat seorang perempuan sedang menyusui. Jika perforasi terjadi, KB spiral dapat, tidak efektif dalam mencegah kehamilan, bekas  luka rahim secara permanen, merusak organ sekitar hingga menyebabkan infeksi. Jika ini terjadi KB spiral melukai rahim, maka alat kontrasepsi ini harus segera diangkat dengan pembedahan.

4. Potensi kehamilan

ilustrasi hamil (freepik.com/lookstudio)

Meskipun KB spiral merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, tapi kemungkinan untuk hamil tetap ada.

Peluang hamil setelah menggunakan KB spiral memang hanya 0,2 persen dari 100 pengguna KB spiral dalam satu tahun penggunaan.

5. Pergeseran atau Ekspulsi

ilustrasi hamil (pexels.com/ olia danilevich)

Dampak KB spiral selanjutnya adalah kemungkinan kecil ekspulsi IUD dari tempatnya. Ekspulsi adalah keluarnya material IUD yang dapat terjadi pada waktu haid.

Kondisi ini umumnya terjadi akibat ukuran IUD yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga berkaitan dengan jenis bahan IUD yang penggunanya pakai. Namun, rahim secara alami dapat mengeluarkan KB spiral  dengan mendorongnya keluar.

Penggunaan menstrual cup, berusia di bawah 20 tahun, dan belum pernah hamil dapat meningkatkan risiko pergeseran ini.  Jika dokter tidak segera mengembalikan posisi KB spiral dalam uterus, kondisi pergeseran tersebut bisa mengurangi efektivitas kontrasepsi ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Prayugo Utomo
EditorPrayugo Utomo
Follow Us