3 Risiko Kesehatan pada Anak karena Konsumsi Gula Berlebih

Hati-hati dengan jajanan yang beredar

Konsumsi gula per hari yang berlebih pada anak dapat mendatangkan berbagai risiko kesehatan. Konsumsi gula yang berlebihan, salah satunya dari camilan anak yang kerap dikonsumsi sehari-hari. Banyaknya camilan anak yang beredar di pasaran, yang tanpa disadari tinggi akan kandungan gula.

Pada camilan anak, seperti susu dan yogurt beraroma mengandung hampir dua kali lipat kadar gula total rata-rata dari produk tanpa rasa. Adapun, kue dan biskuit mengandung gula rata-rata 30,0g/100g dan 36,6g/100g. Sementara, sereal sarapan anak-anak menunjukkan kadar gula rata-rata mencapai 26,4g.

Mengutip laman American Heart Association, batasan gula tambahan/hari untuk anak-anak kurang dari enam sendok teh atau sekitar 25g. Jika dalam sehari anak sering mengonsumsi camilan-camilan tersebut, maka dapat dipastikan melebihi konsumsi gula tambahan per hari yang direkomendasikan.

Berikut ini terdapat beberapa risiko kesehatan pada anak karena konsumsi gula yang berlebih.

1. Meningkatkan risiko obesitas pada anak

3 Risiko Kesehatan pada Anak karena Konsumsi Gula Berlebihilustasi anak yang mengalami obesitas karena konsumsi gula berlebih (pexels.com/@ketut-subiyanto/)

Mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula meningkatkan risiko obesitas pada anak. Peningkatan berat badan terjadi ketika jumlah kalori yang masuk lebih besar daripada jumlah kalori yang dibakar untuk beraktivitas. Kandungan gula dalam makanan manis akan menumpuk menjadi lemak perut.

Jenis lemak ini berbahaya karena bisa membuat otak selalu menerima sinyal lapar, sehingga timbunan lemak dibagian perut semakin banyak (obesitas sentral). Sebuah studi dalam Arch Argent Pediatr tahun 2024, menganalisa obesitas yang disebabkan minuman manis pada populasi berusia 0--17 tahun di Rio Negro Argentina.

Hasilnya, konsumsi minuman manis rata-rata 348ml/hari. Serta, ada lebih dari 6.600 kasus kelebihan berat badan pada anak dan remaja karena mengonsumsi minuman manis.

2.Mengalami gigi berlubang

3 Risiko Kesehatan pada Anak karena Konsumsi Gula Berlebihilustrasi anak mengalami gigi berlubang karena konsumsi gula berlebih (pexels.com/@cottonbro/)

Mengonsumsi makanan dan minuman manis dikaitkan dengan kejadian gigi berlubang. Ketika bakteri mengolah gula tersebut sebagai sumber energinya, maka akan terbentuknya zat asam yang dapat membuat gigi rusak dan keropos. Kejadian gigi keropos diakibatkan oleh terkikisnya enamel di gigi yang disebabkan zat asam.

Akibatnya, lapisan yang terkikis ini bisa semakin lebar dan membentuk lubang jika masih tidak sadar akan kesehatan dan kebersihan gigi. Mengutip laman Cleveland Clinic, berikut empat cara untuk membantu mencegah gigi berlubang pada anak.

  • Menyikat gigi dan membersihkannya dengan benang gigi

Menyikat gigi dan membersihkannya dengan benang gigi membantu menghilangkan plak dan asam yang menyebabkan gigi berlubang.

  • Beri anak makanan yang tepat

Bakteri penyebab gigi berlubang tumbuh subur pada makanan yang dimakan anak. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang, seperti jus buah, permen, kue, biskuit, kerupuk, keripik, dan pretzel.

  • Jangan bertukar ludah dengan bayi

Sumber umum bakteri tersebut adalah mulut orang tua. Orang tua memasukkan bakteri mulut ke dalam mulut bayi saat melakukan hal-hal seperti berbagi peralatan makan dan cangkir.

  • Jadwalkan pemeriksaan gigi setiap enam bulan

Anak-anak harus menjalani pemeriksaan setelah gigi pertama mereka tumbuh atau pada usia satu tahun, mana saja yang lebih dulu.

3. Berisiko mengalami diabetes tipe 2

3 Risiko Kesehatan pada Anak karena Konsumsi Gula BerlebihiIustrasi kadar glukosa darah yang tinggi akibat konsumsi gula berlebih (pexels.com/@artempodrez/)

Pola makan yang tinggi gula dikaitkan dengan peningkatan insiden diabetes tipe 2 karena adanya hubungan antara asupan tinggi gula dan obesitas. Hubungan antara konsumsi gula dan diabetes bersifat langsung dan tidak langsung. Minuman manis dengan gula secara langsung dikaikan dengan insiden diabetes tipe 2.

Serta, konsumsi gula juga menyebabkan obesitas, salah satu faktor risiko utama diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 terjadi sebagai akibat dari kurangnya produksi insulin, atau reseptor insulin menjadi tidak peka dan akibatnya tidak lagi merespon insulin. Insulin merupakan hormon yang berperan penting dalam mengatur kadar glukosa darah.

Sering kali kombinasi dari kedua faktor ini yang menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai diabetes tipe 2. Membaca label informasi nilai gizi pada kemasan menjadi salah satu cara terbaik untuk memantau asupan gula tambahan. Total gula, yang mencakup gula tambahan, sering kali dicantumkan dalam gram.

Perhatikan jumlah gram gula/sajian serta jumlah total sajian. Berikut nama-nama untuk gula tambahan.

  • Brown sugar
  • Corn sweetener
  • Corn syrup
  • Fruit juice concentrates
  • High-fructose corn syrup
  • Honey
  • Invert sugar
  • Malt sugar
  • Molasses
  • Molekul gula sirup yang diakhiri dengan “osa” (dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa)

Oleh karena itu, orang tua harus memerhatikan batasan asupan gula pada anak, baik dari makanan ataupun minuman. Mengurangi jumlah atau frekuensi konsumsi makanan dan minuman dengan gula tambahan akan meminimalkan risiko kesehatan pada anak.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Sikat Gigi Ultrasonik, Tingkatkan Kesehatan Gigi!

Ari Photo Community Writer Ari

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya