TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Remehkan Penyakit Paru-paru, 5 Hal Ini Bisa Dilakukan

Hindari paparan polutan dan miliki asuransi kesehatan

ilustrasi paru-paru (unsplash.com/averey)

Medan, IDN Times - Dua tahun terakhir, kesehatan paru menjadi topik hangat seiring merebaknya virus COVID-19. Virus ini dapat mengganggu sistem pernafasan dengan tingkat keparahan yang berbeda pada penderitanya.

Pasien yang sudah sembuh pun ada yang masih merasakan gejala COVID dalam jangka waktu lama (long COVID) yang menyerang otak dan paru-paru. Mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit paru harus ekstra waspada terkena infeksi COVID-19 karena berisiko memerparah penyakit paru yang ada dan butuh penanganan medis.

Senior Manager Medical Underwriter Sequis, dr Fridolin Seto Pandu mengatakan bahwa, penyakit paru dapat menyerang siapa saja. Terutama, mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti perokok aktif juga bagi yang sering terpapar asap rokok, mudah terkena penyakit Bronchitis Kronis dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).

Selain itu juga, mereka yang aktivitasnya sering terpapar debu atau zat kimia dalam waktu lama dapat mengalami iritasi dan peradangan pada paru karena debu dan zat kimia bisa masuk ke saluran pernafasan. Sehingga, menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Mereka yang tinggal di daerah perkotaan rentan terpapar polusi udara dari emisi gas buang kendaraan, asap pembakaran sampah, dan pabrik serta asap dan uap dari dapur.

“Jangan remehkan penyakit paru walau beberapa penyakit masih bisa disembuhkan, seperti infeksi Bronchitis akut, Pneumonia, ISPA, TB. Tetapi, tingkat kesembuhan atau keparahan pasien dipengaruhi oleh sistem imun, usia, dan keberadaan penyakit penyerta (komorbiditas)," jelas dr. Fridolin.

Namun, ada juga penyakit paru yang sangat sedikit kemungkinannya untuk sembuh karena sudah terjadi dalam jangka panjang. Jenis pengobatan dan masa pengobatan tergantung tingkat kritisnya. Jika pun dapat sembuh kemungkinan sudah terdapat penurunan dari fungsi paru tersebut. Seperti, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) atau kanker paru.

Penyebab utama, penyakit ini dapat berbeda-beda tapi umumnya terjadi karena merokok dalam jangka waktu lama (tahunan) dan terpapar polusi udara menahun.

1. Hindari tidur di lantai tanpa alas

Tempat tidur dengan kanopi dalam desain kamar tidur mungil. // via architecturaldigest.com

Cara terbaik menjaga kesehatan paru menurut dr. Fridolin adalah menghindari penyebab penyakit-penyakit tersebut. Salah satunya tidur di lantai. 

“Jangan tidur di lantai tanpa alas," jelasnya.

Baca Juga: Pertama Kali, Mikroplastik Ditemukan di Paru-paru Manusia

2. Disarankan berhenti merokok

ilustrasi perokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemudian disarankan untuk berhenti merokok, hindari asap rokok serta paparan polutan lainnya. "Sebaiknya berhenti merokok, dan hindari asap rokok serta paparan polutan lainnya," tambahnya.

3. Diminta untuk tak bepergian malam hari

AFP/straitstimes.com

Selain itu, diminta juga untuk tidak berpergian pada malam hari atau bergadang. "Baik juga jika tidak bepergian pada malam hari atau jika tidak dapat dihindari maka gunakan pelindung yang aman, seperti pakaian lebih tebal atau jaket saat berkendara. Gunakan juga masker KN95 atau KF94 saat di ruang publik, “ sebutnya.

4. Jaga kebersihan udara di rumah

Ilustrasi pasangan sedang bersih-bersih (pexels.com/Annushka Ahuja)

Dr. Fridolin juga menyarankan agar, masyarakat menjaga kebersihan udara di rumah dengan membersihkan pendingin, jendela, ventilasi, dan memastikan sirkulasi udara di rumah tetap lancar.

Kebersihan diri juga penting diperhatikan, misalnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terutama sebelum,  sesudah makan, dan setelah buang air. Ia juga mengingatkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan imunitas sehingga perlu aktif bergerak, rutin berolahraga, dan menyeimbangkan waktu bekerja dengan beristirahat, memperhatikan asupan gizi serta menghindari stres berlebih.

Meskipun telah menjaga kesehatan dengan baik. Tetapi, banyak faktor luar yang masih dapat mengganggu kerja sistem paru.  Faktor luar ini tidak dapat kita kontrol. Misalnya saja, penyebaran polusi yang semakin tinggi sementara Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin sedikit.

Baca Juga: Sungai Deli Tercemar Mikroplastik, Ini Bahayanya untuk Kesehatan

Berita Terkini Lainnya