TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kelebihan MPASI Fortifikasi untuk Pencegahan Stunting dan Wasting

MPASI fortifikasi juga dalam pengawasan ketat dari BPOM

Ilustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Medan, IDN Times- Masalah gizi pada anak jadi perhatian khusus pemerintah dan tenaga kesehatan di Indonesia. Indonesia masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, seperti stunting, wasting, dan underweight.

Belum selesai dengan ketiga masalah tersebut, anak Indonesia sudah mulai mengalami malnutrisi tipe lain yaitu gizi berlebih atau obesitas.

"Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, sebanyak 21,6 persen balita, atau 1 dari 5 anak mengalami stunting, sementara 7,7 persen Balita, atau 1 dari 12 anak mengalami wasting," kata Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Rini Sekartini dalam rilis yang diterima IDN Times, Senin (30/10/2023). 

1. Soal stunting dan wasting

Foto balita penderita gizi buruk sedang dirawat beberapa waktu lalu. (Dok/Dikes Bima)

Stunting, lebih dari sekedar perawakan pendek, yaitu kondisi malnutrisi akibat dari kekurangan asupan nutrisi, atau penyakit yang kronik mengakibatkan kegagalan seorang anak untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya.

Penelitian menunjukkan bahwa akibat dari stunting tidak hanya sebatas perawakan pendek, seorang anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, performa di sekolah yang menurun, kemampuan fisik yang lebih rendah, dan lebih mudah untuk jatuh sakit. Pada jangka panjang dan level nasional, hal ini akan berakibat pada menurunnya kemampuan ekonomi negara.

Wasting, atau lebih kita kenal sebagai gizi kurang hingga gizi buruk, menandakan kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut. Wasting terutama pada anak berusia kurang dari dua tahun akan berdampak jangka panjang yang buruk.

"Pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak, otak berkembang dengan sangat pesat. Bila seorang anak mengalami wasting hingga gizi buruk, maka perkembangan otak akan terganggu. Pada jangka panjang perkembangan otak yang terganggu ini akan mengakibatkan menurunnya kecerdasan seorang anak dan menurunnya kualitas hidup saat dewasa nanti," kata dokter spesialis anak itu.

Baca Juga: Manfaat Ikan Sidat, Bisa Menjadi MPASI Bayi

2. Upaya mencegah malnutrisi pada 1.000 HPK

Unsplash/@nci

Langkah pencegahan terjadinya kondisi malnutrisi menjadi sangat penting untuk menyelamatkan anak Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, karena periode ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada 1.000 HPK di antaranya adalah inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, lengkapi imunisasi, dan yang sering menjadi periode kritis adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan. Sehingga sangat penting untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkannya dalam kurva pertumbuhan.

"Seringkali seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Akan tetapi, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal," bebernya.

3. Sejak pemberian MPASI, Ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa

ilustrasi bayi memulai MPASI (pexels.com/Andrea Piacquadio)

WHO sudah mengeluarkan edaran, bahwa MPASI yang baik adalah diberikan pada waktu yang tepat, yaitu pertama saat bayi berusia 6 bulan atau sebelum itu bila kebutuhan nutrisi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI, kedua jumlah yang cukup, yaitu mencukupi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi; yang ketiga aman, yaitu proses pembuatannya higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih; keempat sesuai, baik teksturnya yang sesuai dengan kemampuan usia bayi, diberikan sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi, serta diberikan dalam frekuensi yang benar.

"Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti. Kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi. Zat besi adalah salah satu elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting," kata perempuan yang fokus pada bidang tumbuh kembang anak dan kesehatan anak di Indonesia.

Baca Juga: 5 Cara Menghilangkan Bekas ASI di Pipi Bayi Secara Alami

Berita Terkini Lainnya