Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu Bekas

Biji kopi full arabica diambil langsung dari petani Gayo

Medan, IDN Times - Para pengusaha coffee shop, biasanya banyak membuat konsep industrial sebagai tempat nongkrong yang nyaman. Namun, di tengah maraknya usaha kopi ini ada tampilan berbeda yang disediakan anak Medan bernama Ihza Oloan (25),

Tampilan yang dimaksud berbeda yaitu, konsep coffee shop yang menarik untuk konsumen ataupun penikmati kopi ditempatnya. Konsep ini outdoor, dengan nuansa kayu seperti dari tempat duduk dan meja.

Tempat ini bernamakan Gudang Kita, terletak di Jalan Karya No.338, Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat. Ihza bercerita soal ide awal pembuatan konsep coffee shop yang bermodalkan sisa gudang kayu. Simak rangkuman cerita anak muda asal Medan ini kepada IDN Times.

1. Tempat ini ditandai dengan watermark area ketam potong sebagai tanda gudang kayu

Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu BekasGudang Kita, salah satu Coffee Shop dengan konsep outdoor nuansa kayu (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dirinya mengakui bahwa, usaha yang dirintis saat ini hanya menggunakan bahan apa yang ada di tempat tersebut. Modalnya gak terlalu besar seperti coffee shop-coffee shop premium.

"Jadi ini adalah salah satu tempat bernama Gudang Kita, ini benar-benar dari gudang. Dulunya ini gudang kayu untuk area ketam potong. Itu masih ada, sengaja gak aku lepas sebagai watermark dari tempat ini. Menandakan bahwa tempat ini benar-benar dulunya bekas gudang," ucap Ihza yang merupakan alumni dari Universitas Syiah Kuala tahun 2015, jurusan Pertanian.

2. Kafe dibangun dengan tumpukan kayu yang tak terpakai dan tak tertata

Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu BekasGudang Kita, salah satu Coffee Shop dengan konsep outdoor nuansa kayu (IDN Times/Indah Permata Sari)

Ihza mengatakan, tempat ini awalnya dibangun dengan penuh tumpukan kayu yang tak terpakai, tak tertata, bahkan pondasinya pun sudah tak layak.

Dari semangatnya, dengan ketiadaan modal yang besar bukan menjadi penghambat bagi Ihza. Kayu-kayu sisa ini diolah dan dijadikan tempat duduk serta meja. Tampak bekas gudang kayu ini tak banyak yang diubahnya. Namun, jika diteliti ada lagi menarik perhatian yaitu, tepas rumbia yang menutup sebagai pengganti seng.

"Jadi kebetulan di daerah sini memang ada pengrajin tepas atau rumbia yang bertumpuk dengan harga yang sangat murah. Jauh dibawah harga seng untuk penutup," bebernya.

Hal ini juga yang merupakan prinsipnya untuk bisa mensejahterakan para pelaku usaha untuk sama-sama berkembang.

Kafe ini baru dibuka pada 17 April 2021. Namun, sudah menarik perhatian para penikmat kopi. Terutama dari kalangan millennial. Misalnya komunitas-komunitas motor yang menjadi tempat ini untuk berkumpul.

Baca Juga: Enak Buat Nongkrong, Ini 5 Coffee Shop Hits di Kota Medan

3. Buka coffee shop, ingin sejahterkan para petani

Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu BekasGudang Kita, salah satu Coffee Shop dengan konsep outdoor nuansa kayu (IDN Times/Indah Permata Sari)

Menurutnya, salah satu alasan ia membuka coffee shop dikarenakan melihat fenomena saat ini yang kopi banyak digandrungi kaum millennial. Dis amping itu, Ihza juga berpikir untuk bisa memajukan para petani kopi dan petani lainnya di tengah maraknya minat pecinta kopi.

"Jadi aku bangun coffee shop sebagai media seperti homebase ataupun central kitchen. Aku juga punya prinsip untuk gak mau hanya sekedar mensejahterakan petani kopi saja. Tapi kita juga mau petani yang lain ikut sejahtera. Makanya beberapa juga di tempat kita yang menghasilkan dari UMKM petani di sekitar sini. Seperti tebu dan nira sebagai bahan baku yang di mix sama kopi," ujarnya.

Tanpa disadari, Ihza membangun pola pikir yang berbeda kepada para konsumen yakni tak hanya kopi saja tapi ada tebu dan nira sebagai minuman yang juga dikreasikan dengan kopi.

"Orang-orang yang gak sering minum tebu jadi minum tebu lagi. Orang-orang yang ada di Sumatra lupa dengan nira jadi minum nira lagi. Ini merupakan menu signature kita disini. Nira dan tebu jadi best bahan baku dasarnya. Jadi kopi malah sekedar topingnya. Biji kopinya dari full arabica. Gayo langsung dari petani," jelasnya.

4. Target konsumen adalah kaum millennial agar bisa melakukan edukasi

Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu BekasGudang Kita, salah satu Coffee Shop dengan konsep outdoor nuansa kayu (IDN Times/Indah Permata Sari)

Secara pribadi, ia mengatakan, target Gudang Kita ini adalah para kaum millenial. "Karena saat ini kayaknya lebih baik edukasi Millenial daripada mengedukasi orangtua. Kan gak mungkin mengguru-gurui orangtua. Setidaknya kita bisa mengedukasi kaum millenial terkait kopi atau petani," ujar Ihza.

Nah, untuk harga mulai juga bervariasi dan bisa dijangkau kok. Mulai dari Rp9 ribu hingga Rp30 ribu (menu manual brewing) untuk menghargai baristanya.

5. Rencana ke depan akan kumpulkan UMKM untuk maju bersama-sama

Gudang Kita, Coffee Shop Unik dari Tumpukan Kayu BekasGudang Kita, salah satu Coffee Shop dengan konsep outdoor nuansa kayu (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sementara itu, menurutnya pasar di Medan saat ini terkhusus di tempatnya, masih banyak yang memesan menu minuman manis daripada kopi.

"Kalau pribadi aku dari tempat ini melihat pasar Medan lebih suka everything sweets. Jadi yang benar-benar manis semua. Kalau dari 10 customer yang datang 2 yang benar datang karena kopi," jelasnya.

Ke depannya Ihza akan menambah makanan atau jajanan pasar tradisional, seperti getuk. Serta bisa mengumpulkan UMKM-UMKM di Medan untuk naik dan berkembang sama-sama.

Baca Juga: Cozy dan Instagramable, Ini 5 Coffee Shop Baru di Medan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya