Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Kenapa Burger Setengah Matang Lebih Berbahaya dari Steak

ilustrasi burger with cheese (unsplash.com/Riku Lu)

Buat kamu yang suka daging, pasti pernah galau antara memilih steak rare atau burger setengah matang. Keduanya memang terdengar menggoda karena rasa juicy dan teksturnya yang lembut. Tapi tahukah kamu kalau memilih burger setengah matang bisa membawa risiko kesehatan yang jauh lebih besar dibandingkan steak yang juga dimasak tidak matang sempurna?

Meski terlihat serupa, ternyata cara pengolahan daging steak dan burger punya perbedaan besar yang memengaruhi tingkat keamanannya saat dikonsumsi. Nah, buat kamu yang masih suka pesan burger medium rare di restoran, ada baiknya simak dulu alasan-alasan kenapa burger setengah matang jauh lebih berbahaya dibandingkan steak.

1. Proses penggilingan menyebarkan bakteri ke seluruh bagian daging

ilustrasi daging burger (unsplash.com/Ian)

Kalau kamu makan steak, biasanya daging hanya dipotong dari satu bagian otot dan dimasak utuh. Bakteri biasanya hanya ada di permukaan daging, jadi saat steak dipanggang, panas bisa langsung membunuh bakteri tersebut di bagian luar.

Tapi beda cerita dengan burger. Menurut para ahli keamanan pangan, seperti dijelaskan oleh Ted Siegel dari Institute of Culinary Education, proses penggilingan daging burger justru menyebarkan bakteri yang tadinya hanya di permukaan ke seluruh bagian daging. Jadi, meskipun permukaan burger matang, bagian dalamnya bisa tetap mengandung bakteri berbahaya kalau gak dimasak sampai benar-benar matang.

2. Suhu aman burger jauh lebih tinggi dibanding steak

ilustrasi daging steak (pexels.com/Xuân Thống Trần)

Kalau kamu biasa masak steak dengan tingkat kematangan rare atau medium rare, kamu masih aman selama permukaan daging matang sempurna. Steak cukup mencapai suhu internal 145°F (sekitar 63°C) untuk aman dikonsumsi.

Sementara itu, menurut Academy of Nutrition and Dietetics, daging burger harus dimasak sampai suhu internal 160°F (sekitar 71°C) agar benar-benar aman dari bakteri berbahaya. Ini artinya, burger setengah matang belum tentu sudah mencapai suhu aman, dan kamu berisiko terkena kontaminasi seperti E. coli atau Salmonella.

3. Risiko keracunan makanan lebih tinggi pada burger setengah matang

ilustrasi sakit perut (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi sakit perut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Salah satu sumber utama keracunan makanan adalah konsumsi daging yang dimasak kurang matang. Menurut para pakar keamanan makanan, burger setengah matang menjadi salah satu menu yang paling sering dihindari karena tingkat risikonya yang tinggi.

Ini karena bakteri yang tersebar dalam seluruh bagian daging bisa tetap hidup apabila gak dimasak sampai matang sempurna. Kalau kamu merasa pernah sakit perut atau mual setelah makan burger setengah matang, besar kemungkinan itu disebabkan oleh daging yang belum mencapai suhu ideal untuk membunuh semua bakteri di dalamnya.

4. Daging giling bisa berasal dari banyak potongan daging berbeda

ilustrasi burger with cheese (unsplash.com/Veneco Siebritz)

Dalam satu porsi burger, daging yang kamu makan bisa berasal dari berbagai potongan dan bahkan dari beberapa hewan berbeda. Proses pencampuran ini meningkatkan potensi kontaminasi silang, karena jika ada satu bagian saja yang mengandung bakteri, semuanya akan ikut terkontaminasi.

Sementara steak berasal dari satu potongan otot utuh, jadi jauh lebih mudah untuk mengontrol dan memastikan kualitas serta kebersihannya. Jadi dibandingkan steak, burger lebih sulit dijamin keamanannya saat dimasak setengah matang.

5. Burger lebih sulit dimasak merata dibanding steak

ilustrasi makan burger (unsplash.com/tommao wang)

Saat kamu memanggang steak, bentuknya yang utuh dan tebal membuatnya lebih mudah untuk dikontrol tingkat kematangannya. Tapi burger, karena bentuknya yang lebih pipih dan terdiri dari daging giling, bisa terlihat matang di luar tapi masih mentah di dalam. Ini yang bikin burger agak tricky untuk dimasak dengan aman kalau gak pakai termometer.

Menurut para ahli dari Academy of Nutrition and Dietetics, cara terbaik untuk memastikan burger benar-benar matang adalah dengan menggunakan termometer daging. Sayangnya, gak semua orang punya atau menggunakan alat ini saat memasak di rumah, apalagi saat makan di luar.

Jadi, meskipun steak dan burger sama-sama terbuat dari daging sapi, cara pengolahan dan risiko konsumsinya sangat berbeda. Steak masih aman disantap dalam kondisi rare, asalkan bagian luar sudah dimasak dengan benar. Tapi burger? Kamu sebaiknya selalu pilih yang matang sempurna untuk menghindari risiko keracunan makanan yang bisa berbahaya.

Kalau kamu pecinta burger, bukan berarti kamu harus berhenti menikmatinya. Cukup pastikan burger-mu matang dengan baik, dan jangan tergoda memesan versi setengah matang hanya demi tekstur yang lebih lembut. Kesehatanmu jauh lebih penting daripada sekadar kenikmatan sesaat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us