Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung Warenhuis. Artinya "toko serba ada". Dibangun pada tahun 1916 sebagai simbol kemajuan ekonomi kota.(instagram.com/bobbynst)

Medan lebih dari sekadar durian dan Bika Ambon. Kota ini menyimpan banyak sudut bersejarah untuk dijelajahi. Kabar baiknya, beberapa bangunan kuno itu kini bertransformasi menjadi kafe unik yang asyik untuk bersantai.

Kamu bisa menikmati kopi sambil menyerap atmosfer masa lalu. Sebuah pengalaman yang tak biasa.

Oleh karenanya, mari kita jelajahi daftar kafe di Medan dengan latar belakang sejarah yang mengejutkan, Check it out.

1. D'Heritage Cafe: Nongkrong Mewah di Bekas Balai Kota

D'Heritage menawarkan pengalaman bersantap yang menawan di gedung putih klasik di area lobi Grand Cityhall Hotel Medan(https://jelajah-indonesia.co.id)

Pernah membayangkan menyeruput kopi di tempat para pejabat Belanda dan dua belas wali kota Medan pernah bekerja? D'Heritage Cafe mewujudkan imajinasi itu. Kafe ini bersemayam di Balai Kota Lama Medan, sebuah bangunan ikonik dari tahun 1908.

Gedung ini adalah pusat pemerintahan kota. Titik nol kilometer Medan. Arsitekturnya megah bergaya Eropa, dihiasi pilar-pilar tinggi dan jendela melengkung yang anggun. Satu detail unik: lonceng di menara jamnya merupakan sumbangan dari saudagar legendaris Tjong A Fie pada tahun 1913. Kini, gedung bersejarah ini menjadi bagian dari Grand City Hall Hotel, dengan suasana 'jadul tapi mewah' yang dipercantik oleh foto-foto Medan tempo dulu yang akan membawa kamu kembali ke masa lalu.

Alamat: Jl. Balai Kota No. 1 (di dalam Grand City Hall Hotel), Medan.

Jam Buka: Setiap hari, 08:00–22:00 WIB.

2. Titik Temu: Ngopi Kekinian di Kantor Pos Seabad

Titik Temu menempati gedung Kantor Pos dan Telegraf Medan yang bersejarah, diresmikan pada tahun 1911.(instagram.com/titiktemucafe.medan)

Berbeda dari D'Heritage, Titik Temu menawarkan suasana yang lebih komunal dan kreatif. Lokasinya ada di Pos Bloc. Kafe populer ini menempati gedung Kantor Pos dan Telegraf Medan yang bersejarah, diresmikan pada tahun 1911. Dahulu, ia adalah pusat komunikasi vital era kolonial.

Setelah 111 tahun, bangunan ini direvitalisasi menjadi Pos Bloc, sebuah ruang kreatif bagi UMKM dan komunitas seni. Titik Temu sendiri berada di lantai dua. Andalan mereka? Kopi Mandailing dari tanah Sumatra. Gaya modern-klasiknya menjadikannya tempat favorit anak muda untuk bekerja atau sekadar menikmati pemandangan kota.

Alamat: Jl. Balai Kota No. 2 (di dalam Pos Bloc Medan Lt. 2), Medan.

Jam Buka: Buka setiap hari.

3. Gedung Warenhuis: Dari Supermarket Pertama Jadi Pusat Seni

Gedung Warenhuis. Artinya "toko serba ada". Dibangun pada tahun 1916 sebagai simbol kemajuan ekonomi kota.(instagram.com/bobbynst)

Inilah ikon kota yang bangkit dari tidur panjangnya. Gedung Warenhuis. Artinya "toko serba ada". Pada masanya, ini adalah supermarket pertama dan termodern di Medan, dibangun pada tahun 1916 sebagai simbol kemajuan ekonomi kota.

Teknologinya pun canggih, dilengkapi kaca anti-serangga dan bunker bawah tanah. Sayangnya, kejayaannya hanya bertahan 23 tahun sebelum tutup. Setelah lama terbengkalai, Warenhuis kini hidup kembali sebagai pusat kuliner, seni, dan arsitektur. Tempat ini menjadi kanvas baru bagi anak muda, dengan berbagai tenant kuliner seperti MalAgri Coffee.

Alamat: Jl. Hindu, Kesawan, Medan.

Jam Buka: Bervariasi tergantung tenant.

4. Nusa Dua Coffee & Resto: Oasis di Lahan Bekas RS Tembakau

Nusa Dua Coffee & Resto dibangun di atas lahan bekas Rumah Sakit Tembakau Deli.(instagram.com/nusadua.coffee)

Sejarah kafe ini tidak menempel pada dindingnya, melainkan pada tanah tempatnya berdiri. Nusa Dua Coffee & Resto dibangun di atas lahan bekas Rumah Sakit Tembakau Deli. Rumah sakit ini adalah yang pertama di Sumatra, didirikan pada 1885 oleh Deli Maatschappij, raksasa perkebunan tembakau. Sebuah bukti kemajuan industri yang membentuk Medan.

Kini, di atas lahan itu berdiri sebuah kafe modern yang tenang. Nuansanya terasa vintage. Nusa Dua adalah permata tersembunyi yang menawarkan kontras menawan antara ketenangan masa kini dan gema sejarah masa lalu.

Alamat: Jl. Putri Hijau Dalam (di seberang Samsat), Medan.

5. Avros Café Kesawan: Belajar Sejarah Sambil Minum Kopi

Avros Café Kesawan berlokasi di dalam Museum Perkebunan Indonesia-2, sebuah cagar budaya di kawasan Kesawan.(instagram.com/avros_cafe)

Ingin pengalaman ngopi yang benar-benar berbeda? Kunjungi Avros Café Kesawan. Kafe ini unik karena berlokasi di dalam Museum Perkebunan Indonesia-2, sebuah cagar budaya di kawasan Kesawan.

Di sini, kamu bisa menikmati kopi sambil dikelilingi artefak dan cerita sejarah industri perkebunan. Arsitektur Belanda dan perabotan kayu jati klasik menciptakan suasana yang sangat otentik. Ini adalah cara paling nikmat untuk 'mencerna' sejarah.

Alamat: Jl. Pemuda No. 2, Aur, Medan Maimun, Medan.

Jam Buka: Setiap hari, 09:00–21:00 WIB.

6. Tip-Top Restaurant: Mesin Waktu Kuliner Sejak 1934

Tip-Top adalah restoran tertua di Medan. Saksi bisu perjalanan kota selama hampir satu abad. (instagram.com/tiptopmedan)

Jika kafe lain menempati bangunan bersejarah, Tip-Top adalah sejarah itu sendiri. Inilah restoran tertua di Medan. Saksi bisu perjalanan kota selama hampir satu abad.

Awalnya bernama "Jangkie" pada 1929, lalu pindah ke lokasinya sekarang pada 1934 dan berganti nama menjadi Tip-Top. Keistimewaannya? Konsistensi. Restoran ini mempertahankan suasana kolonial, resep otentik, hingga beberapa alat masak dari zaman dahulu. Makan di sini terasa seperti masuk ke mesin waktu. Kamu wajib mencoba Bistik Lidah legendaris dan es krim yang dibuat dengan mesin kuno.

Alamat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 92, Kesawan, Medan.

Reservasi: +6261 4514 442.

Itulah beberapa kafe di Medan yang menawarkan lebih dari kopi. Mereka menyajikan sepotong cerita dari masa lalu yang dapat jadi penambah wawasanmu. Jadi, kapan kamu akan memulai wisata sejarah sambil bersantai?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team