Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cuplikan Panggang Paccak (instagram.com/sibolga story)

Pernahkah kamu membayangkan berdiri di sebuah kota kecil yang di satu sisi diapit oleh Samudra Hindia yang megah dan di sisi lain dipeluk oleh perbukitan hijau? Selamat datang di Sibolga, kota terkecil di Indonesia yang terletak di pesisir barat Sumatera Utara. Udara di sini terasa unik, perpaduan aroma asin laut dengan wangi rempah yang menguar dari dapur-dapur warganya.

Sibolga bukan sekadar kota pelabuhan biasa ia adalah "Negeri Berbilang Kaum," tempat berbagai etnis seperti Pesisir, Batak, Minang, hingga Tionghoa hidup berdampingan secara harmonis.

Mengapa ini penting untuk kamu tahu? Karena untuk benar-benar mengenal jiwa sebuah tempat, cara terbaik adalah melalui makanannya. Kuliner di Sibolga adalah sebuah cerita dalam piring. Setiap hidangan adalah saksi bisu dari sejarah panjang perdagangan, akulturasi budaya, dan kekayaan alamnya yang melimpah. Mencicipi makanan khas di sini bukan hanya soal memanjakan lidah, tetapi juga sebuah perjalanan untuk memahami bagaimana identitas sebuah kota terbentuk dari perpaduan rasa.

Dari sekian banyak hidangan lezat, ada tiga kuliner legendaris yang menjadi jantung dari petualangan rasa di Sibolga. Masing-masing memiliki kisah, keunikan, dan cita rasa yang tak akan kamu temukan di tempat lain. Siap untuk berpetualang? Mari kita mulai!

1. Nasi tue, doa manis yang sarat makna

Cuplikan Nasi Tue ( tiktok.com/Novi Handayanii 293)

Ini bukan sekadar hidangan penutup, melainkan sebuah sajian yang penuh dengan makna tradisi dan doa. Perkenalkan, Nasi Tue. Hidangan ini terbuat dari pulut atau beras ketan yang legit, sering kali dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, lalu disiram dengan kuah kental yang manis dan harum dari santan, gula merah, dan daun pandan.

Yang membuat Nasi Tue begitu istimewa adalah penambahan daging buah durian segar ke dalam kuahnya, yang memberikan lapisan rasa legit dan aroma yang begitu kaya. Namun, keistimewaan Nasi Tue tidak berhenti pada rasanya. Nama "Tue" sendiri berasal dari kata dalam dialek Pesisir yang berarti "Tuai" atau panen. Awalnya, hidangan ini adalah wujud syukur para petani atas hasil panen yang melimpah. Seiring waktu, perannya meluas menjadi sajian wajib dalam berbagai perayaan besar, terutama saat upacara lamaran dan pernikahan adat.

Menyajikan Nasi Tue dalam sebuah perayaan adalah sebuah tindakan simbolis. Rasa manisnya yang dominan bukanlah kebetulan, melainkan sebuah doa dan harapan agar perjalanan hidup ke depan akan selalu "manis" seperti hidangan itu sendiri. Jadi, saat kamu mencicipi Nasi Tue, kamu tidak hanya menikmati kelezatan ketan dan durian, tetapi juga ikut merasakan harapan, syukur, dan tradisi hangat masyarakat Sibolga yang diwariskan dari generasi ke generasi.

2. Ikan panggang paccak, saat aroma serai menari di atas bara

Editorial Team

Tonton lebih seru di