ilustrasi galamai khas Payakumbuh (commons.wikimedia.org/S Kartika)
Dibalik penampilannya yang sederhana, terdapat proses yang rumit dan lama tetapi punya sejuta makna. Mengutip dari penelitian yang berjudul Tradisi dan Makna Filosofi Kuliner Minangkabau yang diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan dan Perhotelan (2021), semua proses pembuatan galamai, dipercaya mirip dengan sifat masyarakat Payakumbuh. Saat pengadukan, agar mendapatkan tekstur dan rasa yang pas maka diperlukan keseimbangan, kearifan, dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang arif, bijaksana, dan baik dalam memimpin Payakumbuh.
Galamai yang tak bisa langsung dimakan saat adonan matang dan harus dipotong dulu punya makna bahwa enak tidak bisa langsung diputus, manis tidak bisa langsung ditelan. Galamai juga menggambarkan filosofi masyarakat Minangkabau, yaitu 'tagang bajelo-jelo, kandua badantiang-dantiang'. Arti dari frasa tersebut adalah, ‘keras tapi penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, lunak tapi punya prinsip yang tegas’.
Tekstur galamai yang lengket dan susah dipisahkan juga melambangkan persatuan dan kehidupan masyarakat Payakumbuh yang hidup guyup rukun dan tidak membeda-bedakan.
Walaupun terlihat sederhana, ternyata galamai punya makna yang mendalam baik dari saat pembuatannya maupun saat galamai itu sudah jadi. Kalau ke Payakumbuh, jangan lupa bawa galamai sebagai oleh-oleh, ya!