Kenalkan Keuangan Digital pada UMKM, AFPI Ajak Puluhan Fintech ke Karo

Ingin kenalkan Fintech pada pelaku UMKM

Karo, IDN Times – Puluhan startup Financial Technology (Fintech) mengunjungi tiga pelaku UMKM di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024). Yakni Amors Farms, Pengrajin Tenun Trias Tambun, dan Pengrajin Bambu Deppur.

Kegiatan bertajuk Fintech P2P Lending yang digelar oleh Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) ini bertujuan untuk memperkenalkan Fintech atau keuangan berbasis teknologi kepala pelaku UMKM. Selama ini pelaku UMKM hanya mengenal bank dan koperasi untuk melakukan pinjaman. Lewat kegiatan ini, AFPI ingin membuka wawasan para pelaku UMKM bahwa mereka bisa melakukan pinjaman hanya lewat startup atau aplikasi dengan jumlah pinjaman mencapai Rp10 miliar,

Ketua Umum AFPI & CEO DanaRupiah, Entjik S Djafar menjelaskan lewat kegiatan ini juga ingin menyampaikan bahwa startup Pembiayaan Berbasis Teknologi di Indonesia sangat mendukung dan membuka ruang kepada pelaku UMKM khususnya yang belum terjamah oleh Bank.

“Tentu dari mulai edukasi dan pemahaman kepada mereka kita lakukan, karena kita tahu bahwa layanan fintech ini mungkin masih terlalu baru di telinga masyarakat. Oleh karena itu, ini lah tugas kami untuk terus memperkenalkan bahwa ada layanan yang begitu mudah dalam mendukung pengembangan bisnis UMKM yang dimiliki oleh masyarakat Sumatera Utara,” ungkapnya.

1. Amors Farm kembangkan budidaya Anggrek dan membuat pupuk cair

Kenalkan Keuangan Digital pada UMKM, AFPI Ajak Puluhan Fintech ke KaroPuluhan startup Financial Technology (Fintech) mengunjungi pelaku UMKM Amors Farms di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pemilik Amors Farm, Amors Surbakti mengaku sangat senang mendapat kunjungan dari pelaku Fintech, terlebih sebagian besar berasal dari Jakarta. Menurutnya pertanian keluarganya sudah berlangsung selama 3 generasi di Gundaling, Brastagi, Karo. Dampaknya, kualitas sudah menurun serta sangat rentan hama. Sehingga tidak cocok lagi ditanami jeruk atau tanaman buah.

Selama tiga tahun terakhir, Amors Farm membuka usaha budi daya Anggrek yang diberi nama Rambals Orchid yang dikelola oleh adik perempuannya, Agi Grasia Surbakti. Sedangkan Armors Surbakti sendiri mengembangkan bisnis pupuk cair untuk anggrek dan tanaman lainnya.

Agi Grasia Surbakti bercerita mulai mendirikan usaha anggrek sejak tahun 2020. Kala itu, Indonesia tengah dilanda Covid-19 dan penjualan buah dari hasil kebun orangtuanya turun drastis.

Agi pun memutar otak untuk membuat usaha sendiri. Akhirnya ia memilih usaha anggrek karena ia dan ibunya suka menanam anggrek sejak lama. Sebagian besar anggrek yang dibudidaya dara 27 tahun ini berasal dari Bandung. Ada pula yang impor dari Australia.

"Anggrek ini adalah tanaman yang paling sulit dirawat. Butuh waktu delapan tahun dari bibit hingga bisa berbunga, jadi tantangannya berat. Awal mulanya sangat susah hidup di sini (Brastagi)," ujarnya.

Namun sembari membudidaya anggrek, Agi dan abangnya, Amors Surbakti yang merupakan alumni Fakultas Pertanian bereksperimen membuat pupuk agar anggrek bisa tumbuh subur di Brastagi. Setelah beberapa kali eksperimen akhirnya berhasil dan ditemukan pupuk yang bisa membuat anggrek dari Bandung dan Australia tumbuh dan berbunga di Karo.

"Hasilnya juga beda ya dari aslinya. Bunga anggrek yang kami tanam di sini warnanya lebih cerah dibanding yang ditanam di daerah asalnya," terang Agi.

Kini usaha anggrek, Ramblas Orchid dan usaha pupuk cair, Amors Farm tumbuh bersama. Pembeli anggrek pada umumnya juga membeli pupuk cair dari Amors Farm. Bahkan permintaan pupuk cair jumlahnya lebih besar dibanding penjualan anggrek. Karena pupuk cair produksi Amors Farm bukan hanya untuk anggrek, tapi ada juga yang dibuat untuk tanaman buah.

“Kita berterima kasih dengan kunjungan dari Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) ke tempat kami, dengan edukasi ini kami tahu apa dan manfaat dari layanan fintech ini, karena selama ini kalau untuk pembiayaan kami selalu pengajuan ke pinjaman bank, jadi sekarang sudah paham dengan layanan pinjaman digital fintech lending ini, sehingga kedepannya bisa juga membantu pengembangan bisnis kami,” ujar Agi.

2. Pengrajin Tenun Trias Tambun kini mempekerjakan 38 karyawan

Kenalkan Keuangan Digital pada UMKM, AFPI Ajak Puluhan Fintech ke KaroPuluhan startup Financial Technology (Fintech) mengunjungi pelaku UMKM Pengrajin Tenun Trias Tambun di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Usai dari Brastagi, rombongan AFPI mengunjungi Pengrajin Tenun Trias Tambun di Jalan Desa Singa, Lau Cimba, Kabanjahe, Karo. Tempat ini merupakan sentra pembuatan ulos yang cukup besar. Sedangkan galeri ulosnya berada di pasar Kabanjahe.

Trias Tambun memiliki 32 mesin tenun, per hari satu mesin bisa memproduksi satu ulos. Dengan total pekerja sebanyak 38 orang.

Sang Pemilik, Kristina Barus bercerita awalnya dimulai dari satu mesin dan masih menumpang di rumah orangtua. Kemudian usaha yang dibangun Kristina bersama suaminya yang merupakan lulusan sekolah tekstil berhasil mengembangkan bisnis ulos ini.

“Kami mulai usaha ini tahun 1996 dari satu mesin, kemudian dapat pinjaman dari Askrindo Rp20 juta, waktu itu sudah sangat banyak ya, kemudian dapat bantuan mesin lagi dari dinas sebanyak 4 unit, pelan-pelan kami bisa seperti sekarang ini,” ujarnya.

Kini, rumah tenun Trias Tambun sudah mempekerjakan 32 penenun semuanya adalah Perempuan, serta 6 pekerja laki-laki yang membantu proses produksi hingga pemasaran.

Kristina mengaku sudah beberapa kali mendapat pembiayaan dari perbankan, namun istilah Fintech baru kali ini ia dengar. Berkat kunjungan ini, Kristina jadi tahu bahwa ada startup yang bisa memberikan pinjaman usaha kepada UMKM.

“Kalau aplikasi-aplikasi saya gak ngerti, anak saya yang mengerti, termasuk untuk membuat motif ulos ini pun mesin kami sudah pakai aplikasi, itu semua anak saya yang pertama membuatnya dan dia masih pantau terus sampai sekarang dari Bandung. Tapi terima kasihlah sudah datang ke sini, saya jadi tahu ada aplikasi yang bisa kasi pinjaman, ini sangat membantu UMKM tentunya,” ujar Kristina.

3. Pengrajin Bambu Deppur, bawa ilmu dari Solo ke Tanah Karo

Kenalkan Keuangan Digital pada UMKM, AFPI Ajak Puluhan Fintech ke KaroPuluhan startup Financial Technology (Fintech) mengunjungi pelaku UMKM Pengrajin Tenun Trias Tambun di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Kunjungan terakhir adalah ke Pengrajin Bambu Deppur yang berada di Jalan lintas Sibayak, Desa Daulu, Brastagi, Kabupaten Karo. Chandra Purba selaku pendiri Deppur mengaku belajar tentang mengayam bambu saat merantau ke Solo.

Kemudian ia pulang ke Tanah Karo, kampung halamannya dan menjadi pengrajin Bambu memanfaatkan sumber daya alam dari ladang bambu yang ditanam kakeknya. Hasil kerajinan tangan Chandra sangat beragam. Dari mulai gantungan kunci, hiasan dinding, hiasan lampu, cangkir, dan lain sebagainya.

“Satu batang bambu itu bisa untuk satu minggu. Bagian tunggulnya bisa untuk asbak, bagian batangnya bisa untuk cangkir, dan bagian lain bisa untuk anyaman. Jadi semua bagian bambu ini bermafaat, gak ada yang dibuang,” terangnya.

Hasil anyaman bambu Chandra sudah di pesan dari berbagai kota di Sumut. Sering juga ia mengisi pelatihan untuk pelaku UMKM lain untuk berbagi ilmu. Tak hanya bambu, Chandra juga mengolah limbah botoh air mineral menjadi alat musik atau biasa disebut botol berbicara.

Entjik S Djafar menambahkan pada momentum Fintech P2P Lending Day ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi masyarakat mengenai manfaat dan cara menggunakan pendanaan serta pinjaman fintech peer-to-peer (P2P) lending sebagai alternatif pendanaan.

“Khususnya bagi usaha mikro serta pelajar di Kota Medan. Peserta kegiatan ini antara lain Penyelenggara Fintech P2P Lending, perusahaan ekosistem pendukung fintech, UMKM, industri jasa keuangan, dan mahasiswa Sumatera Utara,”tambahnya.

Di Sumatera Utara per Februari 2024, jelasnya, penyaluran khusus fintech lending secara akumulasi pinjaman mencapai Rp19,5 triliun, dengan akumulasi lender 77.651 dan akumulasi borrower 3.178.464.

“Artinya, angka ini cukup berpotensi bahwa memang perkembangan UMKM di Sumatera Utara cukup bagus, kita hadir untuk memudahkan mereka,”ucap Entjik.

Ia berharap lewat kegiatan ini, para peserta Fintech P2P Lending Day bisa menyalurkan pendanaan pada para UMKM yang dikunjungi serta UMKM lain di Sumatera Utara.

“Mereka kan sudah lihat langsung proses kerja UMKM-nya, bagaimana produksi omzet mereka, jadi ini bisa jadi bahan pertimbangan bagi Fintech untuk pembiayaan sektor UMKM,” jelasnya.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya