TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Psikologi dalam Mengatur Uang, Biar Lebih Hemat!

Ternyata psikologi penting dalam finansial

Ilustrasi uang rupiah (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Apakah kamu pernah kehabisan uang padahal baru pertengahan bulan? Kalau mau minta orang tua lagi rasanya malu, tapi kalau tidak minta jajan tidak akan dapat. Anak-anak yang tinggal di perantauan benar-benar relate, bukan? Akhirnya kita memutuskan untuk belajar lebih hemat dan bekerja paruh waktu untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Dan ternyata menurut Morgan Housel dalam bukunya The Psychology of Money, kebiasaan dan karakter seseorang tetap mempengaruhi cara mereka membelanjakan uang dengan bijak. Oleh karena itu, pada artikel kali ini akan diulas beberapa highlight dari buku The Psychology of Money. Dan berikut lima poin utama dan yang menarik dalam buku ini.

1. Kaya tidak sama dengan kekayaan 

ilustrasi kaya (pexels.com/cottonbro studio)

Meskipun kaya dan kekayaan memiliki terjemahan yang sama dalam bahasa indonesia. Namun pada dasarnya kedua kata ini adalah hal yang berbeda. Kaya adalah kata yang tepat untuk membelanjakan uang untuk membeli mobil, perhiasan, dan hal-hal lain untuk dipamerkan oleh semua orang.

Pada saat yang sama, kekayaan adalah kekayaan dimana uang disimpan dalam bentuk tabungan atau investasi, sehingga tidak terlihat oleh banyak orang. Dari sini kita bisa belajar bahwa banyak orang terkadang ingin menjadi kaya karena ingin membuat orang lain terkesan dengan apa yang mereka miliki. Jika kamu melanjutkan dengan pola pikir ini, seseorang dapat jatuh ke dalam jurang keserakahan.

Baca Juga: Turun Lagi, Ini Harga Rincian Emas Antam Butik Medan 

2. Merasa cukup dan bersyukur adalah kuncinya 

ilustrasi tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam bukunya, Morgan bercerita tentang Raja Gupta yang membeli saham secara ilegal. Tindakan kejam itu terjadi 16 detik setelah dia menerima kabar bahwa Warren Buffett berinvestasi sekitar $5 miliar. Meskipun dia tahu itu ilegal, Raja Gupta tetap melakukannya, mengira dia akan mendapat untung lebih dari satu juta dolar. Akibat perbuatannya, Raja Gupta dijatuhi hukuman penjara.

Di sini kita belajar bahwa keserakahan dan kecemburuan membuat kita sembrono dalam mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang. Termasuk keputusan yang berbahaya yaitu masalah uang. Untuk menghindarinya, kita juga harus menghindari kecemburuan sebanyak mungkin. Dengan cara apa? Merasa puas dan bersyukur. Ada cara orang bisa menjadi kaya bukan dengan meningkatkan penghasilannya, tapi dengan meningkatkan rasa syukurnya.

3. Menghasilkan uang dan menyimpan uang adalah dua hal yang berbeda 

menabung (pexels.com/maitree rimthong)

Dalam bukunya, Morgan menulis bahwa mendapatkan uang adalah satu hal, menyimpannya adalah hal lain. Seringkali kita selalu belajar bagaimana cara menambah penghasilan, menambah uang dengan berbagai cara untuk memperkaya diri. Ini karena ada banyak cara untuk mendapatkan lebih banyak uang sementara hanya ada satu cara untuk menghemat uang dan itu adalah gaya hidup sederhana.

Mendapatkan banyak uang untuk menjadi kaya dan menyimpan uang untuk menjadi kaya adalah dua pendekatan yang sangat berbeda dan kontradiktif. Jika kita ingin menghasilkan lebih banyak uang, kita harus optimis dan mengambil risiko yang berbeda. Sedangkan jika kita ingin berhemat, kita harus memiliki gaya hidup sederhana dan rasa takut. Seperti rasa takut kehabisan uang dalam sekejap atau rasa takut lainnya yang bisa menguras uang kita. Itu sebabnya kami selalu berhati-hati saat kamu menggunakannya.

4. Keputusan mengenai uang terkadang dibuat tanpa laporan keuangan 

ilustrasi belanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seringkali keputusan kita tentang penggunaan dana tidak didasarkan pada laporan keuangan atau informasi tertentu. Mereka lebih mungkin terpengaruh oleh iklan, provokasi atau emosi tertentu seperti kebanggaan, haus akan validasi atau kecemburuan.

Tidak jarang keputusan penting dibuat saat makan malam atau selama rapat. Ketika orang berkumpul dan saling mempengaruhi. Jalan ini jelas tidak baik untuk kita. Uang yang seharusnya kita belanjakan untuk keperluan dan kebutuhan malah bisa dihabiskan untuk hal-hal lain yang kurang bermanfaat yang membawa kita ke arah konsumtif.

Baca Juga: 5 Catatan Penting dalam Mengatur Keuangan di Kondisi Krisis

Verified Writer

Rendy Firmansyah

Seorang mahasiswa yang mencoba menekuni bidang kepenulisan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya