TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Akhir Tahun Jadi Waktu yang Tepat untuk Rebalancing Portofolio

Portofolio dibuat untuk menetapkan tujuan invetasi

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Medan, IDN Times- Berinvestasi di pasar modal dalam satu periode memerlukan strategi untuk memeriksa portofolio yang disusun seorang investor, bisa saja komposisinya berubah karena nilai instrumen yang bergerak dinamis seiring waktu. Ketika seseorang berinvestasi, seringkali tiap aset memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan komposisi aset-aset penyusun portofolio menjadi berubah, sehingga tidak sesuai dengan yang apa yang awalnya diharapkan. Lebih lanjut, simak penjelasannya di sini!

Baca Juga: BEI Sumut: Investasi Saham Lebih Mudah Dipelajari Gen Z

1. Portofolio memiliki peran penting dalam investasi

Pixabay.com/Rawpixel

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumatra Utara, Muhammad Pintor Nasution mengatakan, istilah portofolio dalam investasi mungkin tidak asing bagi sebagian besar masyarakat. Kedua hal ini saling berkaitan dan memiliki peran penting dalam dunia pasar modal.

"Portofolio investasi adalah kumpulan aset yang bisa berupa berbagai jenis aset seperti saham, obligasi atau surat utang negara, reksa dana, uang tunai, atau jenis investasi lainnya," katanya, Senin (19/12/2022).

Berdasarkan kepemilikan, portofolio investasi bisa dimiliki oleh individu, lembaga keuangan, perusahaan, atau manajer investasi. Di dalam portofolio investasi bisa terdapat portofolio investasi yang lebih kecil, jika seorang investor berinvestasi ke banyak jenis instrumen dengan karakter yang berbeda-beda.

2. Portofolio dibuat untuk menetapkan tujuan invetasi

Ilustrasi Investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Pintor menjelaskan, portofolio dibuat untuk menetapkan tujuan invetasi dan menyesuaikan antara profil risiko investor, dengan jangka waktu investasi dan hasil investasi yang diharapkan. Contoh, seorang investor merencanakan berinvestasi dalam jangka waktu lima tahun dengan tujuan untuk biaya sekolah anak.

"Bagi hasil yang diharapkan sebesar 50 persen selama lima tahun, sehingga nilai uang yang dialokasikan akan cukup untuk kebutuhan yang direncanakan, termasuk memperhitungkan angka inflasi biaya pendidikan di masa datang," jelasnya.

Berdasarkan hasil diskusi dengan penasihat investasi di perusahaan sekuritas tempat investor membuka rekening, individu tersebut disarankan untuk mendistribusikan dana sebesar 70 persen pada instrumen saham, 20 persen pada surat utang negara dan obligasi korporasi, selebihnya 10 persen ditempatkan di deposito.

"Jika investor tersebut menempatkan  senilai Rp100 juta di awal tahun, sebesar Rp70 juta akan dialokasikan untuk  saham, kemudian sebesar Rp20 juta  dialokasikan pada obligasi, dan selebihnya sebesar Rp10 juta ditempatkan pada rekening deposito bank," ujarnya. 

Baca Juga: Mengenal Obligasi dan Sukuk, Ini Penjelasan BEI Sumut

Berita Terkini Lainnya