Migor di Sumut Surplus tapi Harga Meroket, Hati-hati Jebakan Batman

Pengamat nilai jadi strategi pemerintah awasi kelangkaan

Medan, IDN Times- Pemerintah memutuskan mengembalikan harga minyak goreng (Migor) dengan mekanisme pasar dan mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET). Beberapa daerah juga disebut surplus minyak goreng.

Sumut sendiri dari data Kemendag mengalami surplus minyak goreng. Per 16 Maret 2022 tercatat ada 60,7 juta liter minyak goreng di Sumut. Itu melebihi kebutuhan minyak goreng di Sumut. 

"Sumatra Utara, itu rakyatnya 15,1 juta, dan Sumut itu sudah dapat minyak menurut hitungan saya dalam 30 hari terakhir, tanggal 16 kemarin itu adalah 60.714.896 liter," kata Luti,  Jumat (18/3/2022).

Menurut Lutfi, jumlah stok tersebut telah melebihi angka kebutuhan minyak goreng di Sumut.

Namun kenyataannya di pasar sempat kosong saat Mendag melakukan survei ke Medan pada 26 Februari lalu. Kemudian saat pemerintah mencabut subsidi minyak goreng kemasan, tiba-tiba stok minyak goreng di pasar modern tersusun rapi. Apa yang terjadi?

1. Menyerah pada mafia dan spekulan

Migor di Sumut Surplus tapi Harga Meroket, Hati-hati Jebakan BatmanIlustrasi minyak goreng (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Pengamat Ekonomi Lufriansyah mengatakan fenomena tersebut terjadi karena Kementerian Perdagangan tidak mampu mengalahkan dominasi dan spekulan dalam kasus minyak goreng.

 “Kelangkaan minyak goreng disaat kebijakan HET 14.000/liter , dan ketika harga dikembalikan ke mekanisme pasar dalam beberapa hari ini malah minyak goreng berjajar rapi di rak-rak pasar modern, sehingga saya menduga benar pemerintah melalui kementerian perdagangan tidak mampu mengalahkan dominasi mafia dan spekulan yang bermain dalam kasus ini, seharusnya satgas-satgas dapat dibentuk untuk menghindari kelangkaan ini,” kata Lufriansyah. Sabtu (19/3/2022).

Baca Juga: Jelang Ramadan, Polisi Awasi Distribusi dan Harga Migor di Sumut

2. Awas 'Jebakan Batman'

Migor di Sumut Surplus tapi Harga Meroket, Hati-hati Jebakan BatmanIlustrasi minyak goreng. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Minyak goreng yang sebelumnya memiliki harga eceran tertinggi berkisar Rp14 ribu per liter, kini ini mencapai Rp23 ribu per liternya.  Lufriansyah menilai kasus ini hanya ‘jebakan Batman’ pemerintah dalam mengawasi kelangkaan minyak goreng di mana mana.

“Saya juga sempat berfikir tidak mungkin sekaliber pemerintah menyerah pada mafia dan spekulan yang bermain, bisa jadi ini hanya "jebakan Batman" sambil mengawasi siapa sebenarnya yang sudah "bermain" terhadap kelangkaan ini, sehingga nantinya pemerintah akan dengan mudah menetapkan para tersangka atas kasus ini. Pemerintah hanya menunggu dari mana pasokan minyak goreng ini keluar ke permukaan,”kata Lufriansyah.

3. Jelang Ramadan, Lufriansyah sebut bisa jadi strategi politik pencitraan

Migor di Sumut Surplus tapi Harga Meroket, Hati-hati Jebakan BatmanPixabay.com

Menjelang bulan suci Ramadan, Lufriansyah juga mengira akan dibuat pasar murah yang digelar oleh pemerintah. Ini akan memunculkan persepsi masyarakat soal kepedulian pemerintah. 

“Solusi pasar murah tampaknya juga bakal meramaikan suasana keriuhan sebelum Ramadan, dengan label 'pasar murah pemerintah' ini akan menjadi politik pencitraan yang ingin mengesankan kepedulian pemerintah terhadap masyarakat. Maka akan terlihat kembali semrawutnya antrean ibu-ibu yang berebut paket sembako, jika tidak bisa diatur dengan sedemikan rupa,” kata Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMSU ini.

Baca Juga: 3 Juta Ha Kebun Sawit di Sumut, Edy: Gak Alasan Minyak Goreng Langka

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya