Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMN

Keisengan yang berbuah manis

Berkebun lemon di Kota Padangsidimpian sempat dianggap pekerjaan gila,
Namun seorang pria bernama Prima tetap teguh pendirian.
Kini FESMON, produk UMKM dari olahan lemon buatannya go digital setelah digeber rumah BUMN.

---

Prayugo Utomo, IDN Times

Sinar matahari terasa makin terik, Prima Arief Hidayat bergegas ke ladang lemon yang tak begitu jauh dari rumahnya. IDN Times yang baru tiba, langsung diajaknya ke ladang.

“Kita ke ladang langsung saja, Di sana enak tempatnya,” ujar Prima saat ditemui akhir Januari 2021 lalu.

Jarak kebun sekitar tiga kilometer dari kantor PLN Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Padangsidimpuan, Kelurahan Batunaduajae, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, Sumatra Utara.

Begitu tiba, pria berambut gondrong itu mengambil parang dan langsung masuk ke kebun lemon yang berada di dataran agak miring. Prima mengayunkan parangnya, membersihkan ilalang yang mulai meninggi.

Kebun prima ada di ketinggian 500 Mdpl. Dari atas kebun pemandangan Kota Padangsidimpuan cukup menghibur mata.

Begitu melihat buah yang menguning, Prima memetiknya. “Belum semua kuning ini, kita harus pakai yang sudah matang untuk bikin sirop,” imbuhnya.

Sekitar dua jam ada di kebun, sekitar tiga kilogram lemon berhasil dikumpulkan. Prima langsung mengajak bergegas ke rumahnya. Selama ini, rumah Prima memang menjadi lokasi produksi sirop lemon yang diberi nama FESMON.

Cerita di balik lahirnya FESMON

Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMNPrima Arief Hidayat sedang memanen lemon di kebunnya untuk dijadikan FESMON. (IDN Times/Prayugo Utomo)

FESMON tidak ujuk-ujuk menjadi produk turunan dari buah bernama lain Citrus Limun itu. Ada cerita menarik hingga Prima memutuskan membuatnya menjadi sirop.

Ide membuat sirop itu berawal dari keisengannya. Lantaran, keluarga Prima memang suka mengonsumsi minuman kesehatan. Khususnya dari buah-buahan. Ayahnya juga sering mengonsumsi perasan lemon untuk kesehatan.

“Di awal terinspirasi dari ibu yang iseng-iseng suka bikin minuman kesehatan. Terus kepikiran, karena punya kebun lemon, kenapa gak bikin minuman kesehatan yang dari lemon. Berupa sirop. Kalau sari Lemon kan sudah biasa,” ujar Prima.

Apalagi Pandemik COVID-19 melanda. Prima butuh minuman yang praktis untuk menjaga kesehatan tubuh.

Medio 2020 lalu, Prima mulai mencari cara membuat sirop secara daring. Lemon jadi bahan bakunya. Setiap kali sudah menjadi sirop, Prima memberikan sampel kepada teman-teman untuk mendapat masukan. Setelah lebih dari enam kali mencoba, barulah Prima menemukan resep yang pas.

Sirop lemonnya diberi kayu manis supaya aromanya lebih nikmat. Mengimbangi aroma lemon yang asam. Teman-temannya pun memberi respon jika lemon dan kayu manis adalah kombinasi resep yang paling pas. FESMON akhirnya diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak akhir Desember 2020.

Nama FESMON pun tidak langsung ada. Nama itu awalnya digagas oleh sang ibu. Bukan FESMON melainkan Firstmon atau First Lemon. Filosofinya adalah lemon pertama yang diproduksi jadi minuman kesehatan dari kebun untuk masyarakat.

“Supaya lebih mudah dan dikenal banyak orang maka kita buat menjadi FESMON,” katanya.

Proses Pembuatan FESMON

Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMNPembuatan FESMON masih dikerjakan secara manual oleh Prima dan dibantu oleh ibunya. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di rumahnya, Prima langsung mencuci lemon yang diambil dari ladang. Ibunya juga membantu mempersiapkan berbagai peralatan. Setelah dicuci, lemon langsung dipotong menjadi dua bagian. Prima langsung memerasnya.

Semua proses pembuatan FESMON masih manual. Untuk memeras lemon, Prima menggunakan perasan jeruk biasa. Air perasan lemon langsung diproses. Dimasukkan ke dalam panci dan dimasak dengan api sedang.

Sambil Prima mengaduk lemon, ibunya ikut menambahkan gula dan kayu manis. Air lemon pun dimasak hingga cukup kental.

Sambil menunggu air lemon dingin, Prima menyiapkan botol. Membersihkan dan  menyeterilkannya supaya bersih. Air perasan yang sudah dingin langsung dituang ke dalam botol. Setiap botolnya juga ditambahkan kayu manis lagi. Prima langsung menempelkan label dan mengemasnya ke dalam kotak.

Sempat disebut gila karena menanam lemon di Padangsidimpuan

Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMNPrima tengah memanen lemon di kebunnya untuk dijadikan FESMON. Keluarganya sempat disebut gila karena menanam lemon di Kota Padangsidimpuan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kebun Lemon milik keluarga Prima sudah ada sejak lama. Kebun itu dibeli sang ayah, Rusli Latief untuk mengisi waktu setelah pensiun dari JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi. Selain lemon, ada banyak tanaman lain seperti mangga, jambu, durian dan lainnya. Hasil kebunnya juga dijual. Termasuk lemon yang ditanam mulai 2016 lalu. Saat itu Prima baru saja lulus dari program studi Akuntansi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) di Bandung. 

Sejumlah orang sempat menyebut jika keluarga Prima gila karena menanam lemon di Padangsidimpuan.  Lantaran memang lemon bukan komoditas yang sering ditanam di sana. Namun keluarganya acuh dengan cibiran orang lain.

Melihat kesuksesan kebun lemonnya, beberapa orang mulai membuka kebun lemon di sana. Bahkan keluarga Prima juga tak keberatan jika dimintai pendapat soal menanam lemon.

Prima pun mengaku sempat berjualan lemon. Dalam sebulan, tiga hektare lemonnya bisa memproduksi 200 Kg. Saat awal pandemik COVID-19, permintaan lemon meningkat. Prima pun sempat berjualan lemon dengan cara mengecernya ke pedagang buah.

Orangtuanya juga  sudah menyerahkan pengelolaan kebun lemon kepada Prima. Laki-laki kelahiran Lhokseumawe, Desember 1994 itu pun terkejut. Lantaran dia sama sekali tidak punya keahlian berkebun. Apalagi dia juga lulusan Akuntansi.

“Tapi itu membuat saya tertantang. Saya harus belajar terus. Supaya bisa menghasilkan lemon yang terbaik,” katanya.

Berkenalan dengan Rumah BUMN dari obrolan warung kopi

Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMNPrima dibantu oleh ibunya dalam meracik FESMON agar memiliki citarasa yang pas. Sang ibu mendukung anaknya supaya menjadi pelaku ekonomi kreatif dengan FESMON. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Prima pun berkisah awal pertama dia bisa mengenal Rumah BUMN. Pada 2018, setelah Prima dan keluarga menetap di Padangsidimpuan, Prima iseng mencari warung kopi untuk tempat nongkrong. Lantas banyak orang yang merekomendasikannya untuk datang ke Warung Angkola Kopi Sipirok (AKS). Saat itu dia bercerita ke barista di AKS bahwa dirinya berasal dari Lhokseumawe, Aceh. Saat itu juga Amila Sholi Pohan, pemilik AKS mendengarnya.

“Rupanya Bang Sholi juga dari Arun. Karena berasal dari daerah yang sama, kami jadi lebih gampang untuk kenal. Bahkan akhirnya saya dekat dengan Bang Sholi. Kami sering diskusi bareng. Sampai akhirnya Bang Sholi menjadi pengurus Rumah BUMN,” ungkapnya.

Sebelum ada FESMON, Prima banyak terlibat dengan Rumah BUMN. Dia pun sering berdiskusi soal perkebunan dengan Sholi. Karena memang Sholi sedikit banyak paham soal perkebunan. Sholi memang sempat didapuk sebagai konsultan pengembangan masyarakat kopi di Gayo sewaktu bertugas di salah satu organisasi non pemerintah.

“Karena kebun sudah mulai panen banyak, makanya kita terpikir untuk bikin produk turunan. Saat itu muncul ide FESMON,” imbuhnya.

Baca Juga: [INVESTIGASI] Kami yang Hidup dari Mangrove

Rumah BUMN genjot FESMON jadi produk unggulan

Pernah Disebut Gila, FESMON Go Digital Digeber Rumah BUMNPrima menunjukkan produk FESMON bikinannya di depan Rumah BUMN Padangsidimpuan. Rumah BUMN menjadi etalase sejumlah produk ekonomi kreatif dari daerah berjuluk kota salak itu. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga punya tanggung jawab dalam melakukan pengembangan masyarakat. Salah satu yang digagas adalah pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Rumah BUMN pun diluncurkan sebagai media peningkatan kualitas UMKM.

Rumah BUMN-pun terus melakukan berbagai inovasi untuk mendorong UMKM sebagai tonggak perekonomian rakyat. Di rumah BUMN, para pelaku UMKM disediakan wadah untuk berkumpul, belajar dan mendapat begitu banyak manfaat lainnya.

FESMON menjadi salah satu produk unggulan di Rumah BUMN yang dikelola PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumatra Utara. Prima sendiri sudah merasakan betul manfaat sejak dia bergabung menjadi anggota di Rumah BUMN Padangsidimpuan.

Kata Prima, selama menggarap FESMON, dia selalu bertukar pikiran dengan pengelola Rumah BUMN. Di sana dia mendapatkan pemahaman bagaimana menjalankan usaha yang baru dirintis.

“Kita selalu berbagi pemahaman. Misalnya, untuk mendiskusikan kemasan FESMON, kita mendapat banyak masukan hingga urusan design branding,” ungkapnya.

Selain itu, Prima juga diajari bagaimana untuk melakukan pemasaran produk yang baik. Kemudian melakukan digitalisasi pasar lewat berbagai teknologi yang ada.

“Kita diberikan pengetahuan, bagaimana mengemas produk untuk bisa unggul di marketplace. Soal digitalisasi marketting ini memang sangat penting bagi saya yang masih sangat baru di dunia usaha. Harus saya akui, ada peningkatan dalam penjualan FESMON selama bergabung di Rumah BUMN,” ujarnya.

UMKM memang menjadi sektor yang punya potensi besar dalam menyangga perekonomian. Terbukti, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 lalu, di Indonesia ada 64 juta UMKM. Tentunya ini jumlah yang signifikan.

Di Rumah BUMN, pendampingan dilakukan supaya kelak UMKM tidak tertutup kemungkinan bisa bersaing di tingkatan global. Rumah BUMN menjawab tantangan utama pengembangan usaha UKM dalam hal peningkatan kompetensi, peningkatkan akses pemasaran dan kemudahkan akses permodalan.

Di Rumah BUMN Padangsidimpuan, saat ini sudah ada 163 UMKM yang teregistrasi menjadi anggota. UMKM yang tergabung di Padangsidimpuan di antaranya terdiri dari sektor makanan, peternakan, pertanian, fesyen hingga kerajinan tangan dan lainnya. Selain di Padangsidimpuan, PLN tengah mengelola Rumah BUMN di Kota Sibolga.

Senior Manager SDM dan Umum PT PLN (Persero) UIW Sumut Eddy Irawan menjelaskan, Rumah BUMN juga melakukan evaluasi rutin terhadap UMKM dampingannya. Analisis pasar juga dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan UMKM yang didampingi.

“Seperti FESMON. Ini merupakan pilot project kita yang terus kita pantau perkembangannya. Karena ini UMKM rintisan. Pelakunya juga millennial yang punya semangat tinggi dalam berkreatifitas,” ungkap Eddy.

Selain FESMON, ada sejumlah UMKM lainnya yang akan dijadikan pilot project. PLN berharap, seluruh pelaku UMKM bisa melek dengan digitalisasi marketting.

“Ini menjadi satu tantangan kita juga dalam melakukan pengembangan UMKM. Dari pilot project ini nantinya kita bisa melakukan sharing knowledge dan berbagi peluang usaha di daerah lainnya,” imbuhnya.  

PLN pun terus melakukan pelatihan-pelatihan rutin tentang kewirausahaan. Mereka melibatkan berbagai UMKM rintisan yang sudah menuai sukses. Rumah BUMN juga menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) PLN.

“Kita harus mengantarkan produk ini sampai memang betul betul go digital. Kami ingin Rumah BUMN ini bisa membantu. Targetnya adalah UMKM bisa menjadi pendongkrak perekonomian,” pungkasnya.

Baca Juga: Cerita Icha, Mencari Makna Kesempurnaan lewat Buku 360 Derajat

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya