Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran Mesin

Opak jadi usaha sampingan yang menjanjikan

Suara musik dari mini compo di dalam rumah samar terdengar. Dewa 19 dengan Roman Picisannya menjadi penghibur Herlina yang tengah sibuk.

Perempuan 45 tahun itu cukup telaten. Memindahkan adonan opak yang baru direbus di dalam dandang yang berasap tebal ke tatakan penjemuran.

“Ini namanya rigen,” sebut Herlina menunjukkan tatakan penjemuran opak terbuat dari daun kelapa.

Herlina bergegas menjemur opak yang sudah disusunnya di atas rigen. “Kalau kena hujan, rigen ini langsung rusak daunnya. Opaknya juga bisa berjamur. Hari ini panasnya pol. Tiga sampai empat jam biasa opak bisa kering,” sambung Herlina.

Sedari pagi, Herlina ditemani Endang. Seorang warga yang membantunya mencetak adonan ke loyang. Sambil mengobrol, tangan Endang terus bergerak. Menyusun loyang ke dalam rak. Lina langsung menyambut rak yang sudah penuh. Memasukkannya ke dalam dandang kukusan.

“Ini usaha sendiri. Sejak 2011 kami merintisnya,” ujar Lina, sapaan akrabnya saat membuka obrolannya kepada IDN Times beberapa waktu lalu.

Sebelum tahun itu, Lina adalah seorang pembuat sekaligus penjual kue. Beberapa bulan berjualan kue, Lina melihat usaha jualan pisang Acep Rahmansyah, mulai lesu. Lantas Lina mulai memutar otak. Mencari sumber cuan yang baru. Lina memutuskan menjual opak tradisional sejak itu.

1. Berawal dari usaha patungan

Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran MesinGeliat kaum ibu pembuat opak tradisional di Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Selasa (23/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Usaha opak yang kini dijalani Lina berawal dari ajakan Leni. Kerabat Lina yang juga membuat opak. Dari situ Lina belajar. Bagaimana membuat panganan berbahan dasar ubi kayu itu. Termasuk soal resep yang dipertahankannya sampai saat ini.

Berbekal ilmu yang didapat selama belajar membuat opak, Lina memberanikan diri mulai membangun usaha. Meski pun awalnya dia patungan dengan Yanti. Saudara persepupuan dari kakeknya.

“Kalau dapat hasilnya berapa, nanti dibagi dua. Karena patungan. Saya loyangnya, nanti yang lain dandang, rigen dan lainnya,” ungkap perempuan beranak tiga itu.

Beberapa kali produksi, pendapatan Lina tidak cukup banyak. Karena harus dibagi juga kepada Yanti. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuka usaha produksi opak masing-masing. Begitu juga dengan tetangga-tetangga Lina di Jalan Sekip, Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

Rata-rata rumah di gang tempat Lina Tinggal memiliki usaha produksi opak. Wajar saja jika datang ke sana pada siang hari, akan diperlihatkan dengan pemandangan penjemuran opak di mana-mana. Jangan heran juga, jika di musim produksi, bakal banyak asap mengepul di rumah-rumah itu. Begitu juga dengan suara mesin penggiling ubi, yang saling bersahutan.

2. Kesabaran membuat usaha Lina semakin berkembang

Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran MesinLina mengangkat adonan opak dari dalam dandang. Usaha opak tradisional yang digelutinya mampu menjadi pemasukan tambahan sebagai ibu rumah tangga. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dari 2011, usaha Lina masih bertahan hingga kini. Konsistensi dan kesabaran menjadi kunci utama Lina.

Usaha Lina pun terus berkembang. Pesanannya semakin banyak. Mulai dari pedagan pasar hingga penjaja opak siap makan. Dari yang mulanya hanya memproduksi 20 Kg, kini bisa menembus lebih dari 100 Kg per produksi.

Saat pendemik COVID-19, usaha Lina dan para tetangganya bisa bertahan. Bahkan orderannya terbilang moncer.  

“Pas COVID-19 itu kan banyak orang yang di PHK. Jadi banyak juga yang memilih berjualan opak. Waktu itu orderan lumayan,” kata Lina.

3. Jadi usaha sampingan yang cukup menjanjikan

Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran MesinGeliat kaum ibu pembuat opak tradisional di Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Selasa (23/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sudah 12 tahun Lina berjualan opak kering. Suka duka sudah dialaminya. Dia mengaku jika usaha opak tradisional, begitu membantu perekonomian keluarga.

“Memang keuntungannya gak begitu besar. Tapi usaha ini cukup untuk membantu. Seminimalnya untuk uang jajan sekolah anak. Opak menjadi usaha sampingan. Selain suami juga kerja,” ungkapnya.

Dari usahanya ini Lina juga memberikan dampak. Dia memberikan kesempatan kepada ibu-ibu lainnya untuk mendapat penghasilan tambahan. Karena dia memberdayakan para tetangga yang tidak memiliki usaha, untuk bekerja membantunya.

Endang yang bekerja di tempat Lina mengaku begitu terbantu dengan bekerja mencetak opak.  Endang mau bekerja mencetak opak untuk membantu keuangan rumah tangga.

“Saya kerja mencetak, kalau suami kerjanya kuli bangunan. Paling tidak, bisa untuk uang jajan anak,” ungkap Endang.

Bagi Lina, usaha opak merupakan sampingan yang cukup menjanjikan. Namun tidak bisa berharap banyak jika harus dijadikan usaha utama.

Jika ingin menjadikannya usaha utama, butuh modal besar. Apalagi sampai produksi yang mencapai berton-ton. Harus menggunakan mesin.

“Kalau opak ini mau jadi usaha utama. Kalau ini manual, gak bisa jadi usaha utama. Memang sejak awal hanya untuk usaha sampingan saja,” katanya.

Memang, industri opak mesin skala besar  menjadi saingan serius. Dengan teknologi yang mumpuni, para pelaku opak mesin bisa memroduksi dalam jumlah besar dalam sehari.

Meski begitu, Lina tetap Optimis. Di tengah gempuran industri opak mesin, dia tetap konsisten dengan cara manual.

4. UMKM terbantu dengan upaya peningkatan kualitas dari BRI

Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran MesinGeliat kaum ibu pembuat opak tradisional di Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Selasa (23/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Berjalannya waktu, semakin banyak yang membuka usaha opak. BRI kemudian melirik potensi pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu. Lewat pemberdayaan kluster usaha, Leni dan 13 pelaku opak tradisional dibentuk menjadi satu kelompok.

Lina mengaku, BRI sudah beberapa kali memberikan bantuan hibah dana pemberdayaan. Salah satunya, bantuan Rp25 juta yang dibagi untuk 14 orang. Namun uang itu harus digunakan untuk membeli kebutuhan perlengkapan di industri opak.

“Pejabat-pejabat BRI juga sudah sering ke sini. Melihat usaha kami,” kata Lina.

Untuk mengembangkan usahanya, Lina juga mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Dia mengaku BRI memberikan kemudahan dalam mengakses KUR.

“Bunganya juga kecil. Daripada kita pinjam ke rentenir. Bunganya terlalu besar. Gak sanggup kita membayarnya nanti,” katanya.

Keuntungan lainnya selama bermitra dengan BRI, Lina dan klaster usaha opaknya bisa promosi gratis. Mereka selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan BRI. Termasuk peningkatan kapasitas sebagai pelaku UMKM.

“Kalau acara-acara BRI, kami itu diikutkan. Itu misalnya ada ulang tahun BRI, kami diajak. Ada pesta rakyat BRI, kita menjadi peserta bazar UMKM-nya,” imbuhnya.

5. Prospek UMKM diprediksi kian moncer

Geliat Kaum Ibu Pembuat Opak, Bersaing di Tengah Gempuran MesinGeliat kaum ibu pembuat opak tradisional di Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Selasa (23/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

BRI sudah sejak lama memberikan fokus pada segmen UMKM. Berbagai program yang dilakukan selalu menyasar pada pemberdayaan UMKM.

 Indeks Bisnis UMKM triwulan I-2023 dan ekspektasi triwulan II-2023 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui BRI Research Institute menggambarkan ekspansi bisnis UMKM terus berlanjut. Indeks Bisnis UMKM triwulan I-2023 berada pada level 105,1.

Direktur Utama BRI Sunarso dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu mengatakan, sektor UMKM masih memiliki prospek yang cerah ke depannya. Prospek UMKM terdapat pada bisnis yang dekat dengan kebutuhan hidup, seperti makanan serta makanan dan hulu hilirnya.

"Hulu hilirnya di antaranya pertanian pangan, produksi pangan, industri berbasis pangan, distribusi pangan, serta perdagangan pangan. Namun makan saja tidak cukup, harus sehat makanya kami dukung industri kesehatan," kata Sunarso awal Mei 2023 lalu.

Ekspansi bisnis UMKM didukung dengan faktor daya beli masyarakat. Hasil riset mengungkapkan ekspansi bisnis UMKM terjadi di sebagian besar sektor usaha UMKM pada kuartal pertama tahun ini.

Menyambut triwulan kedua tahun ini, pelaku UMKM tetap optimis aktivitas usahanya akan terus meningkat. Ini digambarkan dari peningkatan ekspektasi indeks bisnis UMKM tiga bulan mendatang yang meningkat menjadi 131,9 dari ekspektasi indeks pada periode sebelumnya sebesar 130,1.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya