Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot Bunga

Dipecat dari pekerjaan karena pandemik

Medan, IDN Times - Pandemik COVID-19 tak hanya menjadi teror bagi dunia kesehatan. Namun, juga mengubah situasi. Dari kelas karyawan hingga buruh lepas mengalami kesulitan ekonomi. 

Tidak hanya mereka yang berpenghasilan tetap bulanan yang kehilangan pekerjaan. Hal ini juga sangat berdampak kepada buruh-buruh maupun jasa tenaga kerja lepas di Kota Medan.

Seperti cerita Ronal Sopi Sultan (30) seorang mantan pekerja pabrik kerupuk yang kini coba bertahan demi kelangsungan hidup di tengah pandemik COVID-19 dengan membuka usaha pot bunga.

1. Ronal merasa down saat dapat kabar pekerja akan diberhentikan

Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot BungaRonal, mantan buruh pabrik yang kini buka usaha pot bunga (IDN Times/Indah Permata Sari)

Ronal yang sudah menjadi pekerja di pabrik kerupuk ini sempat merasa down. Tak sampai satu tahun dia diberhentikan. Ada kesepakatan antara karyawan dan pihak perusahaan untuk tak dapat melanjutkan kerja lagi sebab perusahaan mengalami kerugian. 

"Merasa down, karena dampak pandemik COVID-19. Sebelumnya sudah dibilang dari perusahaan sebulan sebelumnya sudah bilang ke kami kalau perusahaan mengalami kerugian besar dan memang sudah gak buka lagi sampai sekarang," kata Ronal.

Ronal harus rela menerima gaji terakhir. Itupun gak penuh. Dari Rp1,5 juta menjadi Rp800 ribu.

2. Mencoba lempar lamaran ke berbagai perusahaan namun belum ada panggilan

Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot BungaRonal, mantan buruh pabrik yang kini buka usaha pot bunga (IDN Times/Indah Permata Sari)

Menganggur sejak Februari 2021, Ronal pun coba mencari pekerjaan baru. Dia pun melempar lamaran ke sana ke sini, namun belum mendapatkan panggilan dari kantor-kantor yang ia lamar.

"Dampak kehilangan kerja sekarang sudah susah cari kerjaan, melamar sana sini. Paling kadang kawan manggil kerja borong-borongan begitu. Itu pun gak sampai tiap bulan. Dapatnya kadang seminggu kerja, setelah itu udah gak ada lagi," ujarnya.

Baca Juga: 5 Lowongan Freelance Terkini, Ada Content Writer hingga Tutor!

3. Meski tak mencukupi kebutuhan, Ronal tak ingin mencoba pinjaman

Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot BungaPot bunga bikinan Ronal mantan buruh pabrik (IDN Times/Indah Permata Sari)

Selama masa pandemik COVID-19 dan kehilangan pekerjaan, Ronal mengakui dari kerjaan lepas itu, harus pandai-pandai mencukupi kebutuhan. "Sebenarnya gak cukup, cuma kalau dipaksa-paksa ya harus cukuplah. Kemaren sempat gadai emas. Tapi udah dibayar, setidaknya dari jualan kecil-kecilan. Itulah menutupi untuk makan sehari-hari," jelasnya.

Ronal juga berusaha menghindari utang, karena ia takut tak dapat membayarnya. Saat ini tanggungannya adalah diri sendiri dan kedua orangtuanya. Dia pun akhirnya berjualan es.

4. Hingga mendapat ide berjualan pot bunga hasil kreasi sendiri

Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot BungaPot bunga bikinan Ronal mantan buruh pabrik (IDN Times/Indah Permata Sari)

Ronal menceritakan ide awal dirinya menjadi pegiat pot bunga. Awalnya ia iseng-iseng 'nongkrongin' media sosial facebook. 

"Ada orang yang share buat pot bunga karena lagi heboh bunga. Saya lihat bagus. Tapi modelnya gak seperti ini, biasanya lurus. Lalu saya liat di Youtube ternyata ada, jadi belajar dari situlah. Bahan dari semen sama kain, untuk bentuk dari ember atau toples," katanya.

Untuk tarif harga pada pot bunga yang dibuat olehnya bervariasi mulai dari ukuran kecil Rp10 ribu, sedang Rp15 ribu, dan hingga Rp100 ribuan.

"Meski sekarang yang pesan satu dua per hari, tapi ya dari itu dicukup-cukupi. Kadang ada kadang enggak ada," ungkap Ronal.

5. Terkadang Ronal menjadi buruh kasar panggilan demi kelangsungan hidup

Cerita Mantan Buruh Pabrik Kerupuk, Bertahan Hidup Jual Pot BungaPot bunga bikinan Ronal mantan buruh pabrik (IDN Times/Indah Permata Sari)

Saat ini pendapatan Ronal tak dapat dipastikan. Namun, ia tetap berusaha demi kelangsungan hidup. Terkadang juga buruh kasar panggilan bersama teman-temannya.

"Seminggu sekitar Rp250 ribu, itupun satu minggu aja. Minggu lain kadang ada kadang enggak," pungkasnya.

Baca Juga: Usaha Pahotan Pardede Lestarikan Ulos Meski Dihantam Pandemik

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya