Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Millennial Sasar Bisnis Angkringan di Medan, Omzet Capai Rp22 Juta

Suasana angkringan di Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Medan, IDN Times - Bisnis Food and Beverage atau sering disebut dengan FnB, kini kian menjamur di Kota Medan. Bisnis ini banyak ditemukan dengan konsep angkringan, tempatnya kawula muda untuk nongkrong bersama teman-temannya atau sekedar mencari suasana bermain game pada malam hari.

Angkringan ini memang sudah lama ada sejak tahun 2019, dan mulai nge-trend kembali pada bulan November 2023 hingga saat ini.

Beberapa titik angkringan di Kota Medan ada di sekitaran Istana Maimun, Nusa Dua Heritage, Jalan Dr. Mansyur, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Pattimura.

Berikut cerita para pelaku FnB yang melek akan bisnis angkringan malam hari dengan usia rata-rata 24 tahun.

1. Alasan membuka bisnis angkringan karena melihat potensi yang bagus

Suasana angkringan di Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Andri (24 tahun) salah satu owner angkringan, bersama temannya bernama Iqbal (24 tahun) mencoba membuka bisnis angkringan dengan melihat adanya potensi yang bagus.

Angkringannya bernama Mixador Coffee yang berlokasi di Jalan Guru Patimpus Kota Medan, buka mulai pukul 20.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB, dan Komplek Cemara Asri buka mulai pukul 11.00 WIB hingga 18.00 WIB. Setiap hari buka terkecuali hari Senin.

“Jadi kami lihat daripada kami nongkrong, mending buka sajalah,” ucapnya.

Untuk lahan tempat jualan ini, Andri menjelaskan lahan ini dibayar sebesar Rp1,5 juta per bulan.

Dia mengatakan potensi yang dimaksud saat melihat angkringan yang sebelumnya berada di Merdeka Walk tahun 2019, lalu di Kesawan dan ditutup, pindah ke Merdeka Walk ditutup.

“Terus disini kosong jadi disini itu ada kami dapat kabar mau buka juga angkringan, yaudah yang pastinya yang lain cariin nih semua pelanggan dan orangnya yang sering duduk malam. Yaudah kami buka, disitu lah potensinya lihat yang lain tutup, kami buka,” ucapnya yang buka sejak bulan 11 dengan fokus menu minuman.

Lanjutnya, bahwa animo anak Medan sangat tinggi untuk nongkrong di angkringan. Sebab, ketertarikannya untuk nongkrong itu karena mereka main game meski angkringan tidak menyediakan WiFi tapi mereka mencari suasananya.

Menu yang paling Best seller sering dipesan adalah sanger dan kopi susu, kopi karamel ada juga cuma yang berminat kendalanya harga.

2. Omzet bisa mencapai Rp22 juta per bulan

Suasana angkringan di Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Andri dan Iqbal memang memiliki basic Food And Beverage (FnB). Berawal saat hanya nongkrong saja disatu tempat, jadi karena sudah lama nongkrong keduanya meracik sendiri ditempat nongkrongnya. Dari sini bekal mereka membuka usaha angkringan.

Omzet yang didapat Andri dan Iqbal sebesar Rp18 juta per bulan itu paling rendah, dan paling tinggi Rp22 juta per bulan dengan dua tempat meskipun belum balik modal.

Rencana kedepannya, Mixador Coffee akan membuka cabang. Namun, kendalanya sulit mencari tempat di Medan karena setiap yang ramai dipastikan sudah penuh.

Andri memiliki sampingan desain grafis freelance, dan temannya bernama Iqbal sebagai konten kreator.

“Kepikiran membuka angkringan karena bosan nongkrong terus, jadi buka sendiri. Tutup pukul 03.00 WIB,” pungkasnya.

3. Buka angkringan dengan berbekal menjadi barista

Suasana angkringan di Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Hal yang sama juga pada pelaku bisnis angkringan, bernama Ari Ritonga berusia 24 tahun. Ia merupakan owner dari salah satu angkringan yang berada di Jalan Gatot Subroto Medan.

“Alasan membuka angkringan, kalau Coffeeshop itu udah mulai sunyi dan sekarang orang pun sudah lebih suka duduk di angkringan gini karena harganya terjangkau. Kadang tutup sampai pukul 01:00 WIB, sedangkan kalau coffeeshop pukul 10:00 WIB,” jelasnya.

“Dulu saya awalnya barista, daripada kerja sama orang bagus kerja sendiri. Barista 5 bulan di salah satu coffeeshop. Disini udah 2 bulan, awalnya di Krakatau angkringan juga,” tambah Ari.

Ramainya para pelanggan berada di pukul 22.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB.

Sedangkan untuk lapak, Ari tidak membayar alias gratis. “Kalau di sini gak ada bayar. Tapi yang lain kurang tahu, mungkin ada yang bayar. Sampah bawa pulang sendiri untuk menjaga kebersihan. Barang saya titip di belakang, ada tempat. Mereka-mereka sebagian ada yang bawa pulang,” katanya.

Ari yang juga masih kuliah, menyisihkan waktunya malam hari berdagang angkringan. Jadi waktu istirahat siang sampai sore habis magrib, Ari sudah kemas-kemas untuk berjualan.

“Daripada kemana-mana, bagus jualan seperti ini positif. Cari duit daripada habisi duit,” tuturnya.

Omzet yang didapat Ari mencapai Rp8 juta hingga Rp9 juta per bulan. Bersih mencapai Rp6 juta per bulan. Nantinya, Ari akan membuka menu makanan khas Kalimantan. Nasi telur Kalimantan.

Share
Topics
Editorial Team
Indah Permata Sari
Arifin Al Alamudi
Indah Permata Sari
EditorIndah Permata Sari
Follow Us