Halua Kembar, Manisan Khas Melayu Keluarga Efrida Sejak 3 Dekade

Aktif dalam setiap pameran dan penjualan online

Binjai, IDN Times- Halua adalah panganan berbahan buah hingga sayur yang diendapkan dengan gula. Orang mengenalnya sebagai manisan. Hanya saja masyarakat Melayu memang biasa menyebutnya halua.

Di Binjai kamu akan dengan mudah menemukannya.Salah satu yang jadi favorit sejak dulu adalah Halua Kembar. Bisnis ini sudah berjalan turun temurun. Kini diteruskan Efrida, generasi ketiga.

Dari sebuah rumah di Jalan Hah Hasan, Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, halua diproduksi. Bisnis ini sudah berusia lebih dari tiga dekade.

Efrida mengisahkan jika dirinya membuat manisan sejak masih remaja. "Sudah lama ini ada, sejak tahun 90-an sejak dari nenek kami dilanjutkan ke orangtua. Saat itu saya masih gadis (remaja) sudah ikut buat," kata Efrida kepada IDN Times saat ditemui di rumahnya, Jumat (16/6/2023).

1. Seluruh saudara perempuannya juga menjual halua

Halua Kembar, Manisan Khas Melayu Keluarga Efrida Sejak 3 DekadeEfrida menunjukkan produk Halua Kembar, kuliner khas Melayu di Binjai (IDN Times/Doni Hermawan)

Menariknya Efrida tak sendirian dalam keluarganya yang menjual Halua ini. Seluruh saudara perempuannya juga menjual Halua dengan produksi masing-masing.

"Kami 8 bersaudara, 4 pria dan 4 perempuan. Semua perempuannya jual halua. Istri-istri dari saudara kami yang laki-laki juga kami ajari membuatnya hingga bisa untuk menambah pendapatan mereka. Masing-masing punya relasi," kata Efrida.

Efrida sendiri menamakan usaha miliknya Halua Kembar. Soalnya dia punya saudara kembar bernama Nurhaida yang juga menjual halua. Dia akrab dipanggil si Kakak. "Iya, sekarang saya yang menangani karena adik saya fokus dengan pekerjaannya sebagai guru," tambahnya.

Sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu, praktis Efrida mengandalkan berjualan halua untuk menafkahi keluarganya. 

Baca Juga: Upaya Kopi Tabo Selama 10 Tahun Bangun Ekosistem Petani di Tapsel

2. Ada belasan jenis halua yang diprediksi dari buah hingga sayur

Halua Kembar, Manisan Khas Melayu Keluarga Efrida Sejak 3 DekadeProduk Halua Kembar, kuliner khas Melayu di Binjai (IDN Times/Doni Hermawan)

Menurut Efrida, keunggulan halua adalah bisa tahan lama disimpan. Bahkan hingga berbulan-bulan. "Bisa sampai 3 bulan, kita juga produksi dengan gula murni," beber Efrida.

Ia juga memproduksi halua yang basah hingga kering. Keunggulan lainnya adalah jenis-jenis haluanya ada berbagai jenis mulai dari buah hingga sayur. Bahkan buah-buah yang jarang dikonsumsi. Misalnya buah renda, asam gelugur, pepaya, jipang, daun pepaya, pala, cabai, wartel, buncis, tomat, dan aneka jenis sayur lainnya.

Efrida mengatakan produksi dilakukan tidak setiap hari. Namun selama stok sudah kosong. 

"Kalau hari-hari biasa kan jarang pembeli. Kecuali ada untuk pesta. Acara-acara Melayu seperti hadap-hadapan," ucap Ibu dua anak itu.

Namun saat momen tertentu seperti Idul Fitri, Halua Kembar laris manis. Soalnya halua jadi panganan yang kerap disajikan untuk tamu di meja selain kue-kue kering.

"Lebaran kemarin laku sampai 800 kilogram. Ada juga yang bawa ke Bandung," ucapnya.

Untuk harga halua milik Efrida berkisar antara Rp65 ribu sampai Rp120 ribu per kg. Manisan cabai jadi yang termahal. "Itu karena harga cabai sering naik turun. Pembuatannya juga bisa sampai 10 hari, direndam dulu dengan air garam, dibuang bijinya," jelasnya.

Selain kemasan kiloan,  Efrida juga mengemasnya dalam bentuk kemasan  mini dalam mangkuk plastik seharga Rp10 ribu khusus untuk dipasarkan saat pameran.

3. Penjualan online dan sosialisasi QRIS

Halua Kembar, Manisan Khas Melayu Keluarga Efrida Sejak 3 DekadeProduk Halua Kembar, kuliner khas Melayu di Binjai (IDN Times/Doni Hermawan)

Efrida juga mengatakan aktif memasarkan lewat online. Biasanya lewat facebook. "Penjualan online lumayan juga. Selain itu kalau offline biasanya ikut pameran. Karena kita binaan BRI sering diajak acara BRI," katanya.

Pemasaran Halua Kembar sudah sampai ke luar kota hingga ke Aceh, hingga Pekanbaru. Untuk pengembangan usaha, pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI memang jadi pilihan. Selain itu yang terpenting menurutnya bunga KUR tipis.

"Ya kita ngajukan pinjaman juga. Memang banyak keuntungannya. Tak perlu agunan pakai surat tanah. Selain itu saat pameran difasilitasi, diantar jemput. Termasuk dibuat pembayaran digital QRIS. Sekarang kan pembayaran orang-orang jarang bawa uang tunai," tambahnya.

Baru-baru ini Halua Kembar menjadi satu dari empat UMKM yang diajak BRI pada acara Panen Hadiah Simpedes (PHS) di Warung Satria Binjai. 

Manajer Bisnis Mikro Branch Office BRI Binjai, Roni Oktavianus Sembiring mengatakan sejauh ini BRI selalu mengajak UMKM-UMKM binaannya dalam acara-acara yang digelar. Termasuk saat PHS beberapa waktu lalu.

Selain itu juga semakin menggencarkan sosialisasi pembayaran nontunai. Apalagi BRI juga gencar mempromosikan aplikasi Brimo.

"Kita juga mensosialisasikan cara bertansaksi non tunai dengan QRIS, sehingga penjual dan pembeli terbiasa mengaplikasikan QRIS," kata Roni.

Baca Juga: Kisah Siti Muslihah Bangun Kopi Tabo, Dari Sipirok Kini Sampai Inggris

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya