Merajut Sejahtera Lewat Kelompok Jahit Onekhe Malo

PTAR tingkatkan skill Perempuan di desa lingkar tambang

Tapanuli Selatan, IDN Times – Environmental, Social, and Governance (ESG) memang hanya terdiri dari tiga kata. Namun dalam praktiknya penerapan seluruh aspek ESG oleh perusahaan swasta bukan hal yang mudah. Setidaknya ada lebih dari 30 aspek yang masuk dalam kategori ESG.

Semua lini kehidupan masuk dalam aspek ESG dan salah satunya yang paling sering terlupakan adalah dalam hal Pemberdayaan Perempuan. Salah satu perusahaan yang paling konsisten menerapkan ESG khususnya aspek Pemberdayaan Perempuan adalah PT Agincourt Resources.

Pengelola Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan ini selama 12 tahun beroperasi sangat konsisten melakukan Pemberdayaan Perempuan di 15 desa lingkar tambang. Salah satunya adalah pendampingan Kelompok Penjahit Perempuan di Desa Batu Horing, Tapanuli Selatan.

Kelompok Jahit ini memproduksi kerajinan dengan nama Onekhe Malo. Sebuah penamaan mewakili identitas Batak Toba dan Nias yang artinya mahir dan pintar itu, betul-betul diarahkan.

“Total ada tiga kelompok jahit Perempuan di desa lingkar tambang, yang terbaru didampingi oleh PTAR adalah Onekhe Malo di Batu Horing,” jelas Nurlailah, Supervisor-Business Development & Analyst, Community Development PTAR pada IDN Times beberapa waktu lalu.

Kelompok Jahit Onekhe Malo terdiri dari 15 anggota yang semuanya adalah ibu rumah tangga. Mereka menjadi penjahit pakaian untuk membantu perekomian keluarga. Dimana Sebagian besar kepala rumah tangga di desa ini adalah petani.

Untuk mendukung bisnis dan meningkatkan skill anggota Kelompok Jahit Onekhe Malo, PTAR memberikan pelatihan dan membantu pengadaan 4 unit mesin jahit Listrik. Selain itu PTAR juga membantu bahan baku serta memfasilitasi kelompok penjahit Onekhe Malo mengembangkan kreativitas menjahit dengan mendatangkan pelatih kompeten.

Merajut Sejahtera Lewat Kelompok Jahit Onekhe MaloLedis Hutabara, Pengurus Kelompok Jahit Desa Batuhoring di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pengurus Kelompok Jahit Onekhe Malo, Ledis Hutabarat bercerita awalnya kelompok jahitnya hanya menghasilkan kreasi jahitan kebaya. Setelah didampingi PTAR sejak pertengahan tahun 2023, produksi Onekhe Malo lebih bervariasi. Sehingga membuka pasar pembeli yang lebih luar.

“Sekarang ini jenis produksi menjadi lebih bervariasi, kreatif dan juga inovatif. Tidak lagi hanya fokus kebaya-kebaya gitu aja, tapi sudah ke jenis produksi lainnya, seperti tas berbagai ukuran dan mode, dompet, tandok, dan banyak lagi di sini yang semuanya bermotifkan ulos,” kata Ledis Hutabarat.

Anggota kelompok jahit lainnya, Devi Telaumbanua mengaku tak menyangka bisa dirangkul PTAR. Karena kelompok ini hanya terdiri dari 15 orang dan produksinya juga tidak besar. Selama ini permintaan ke Kelompok Jahit Onekhe Malo hanya kebaya dan paling banyak pesanan menjelang Natal.

Sejak didampingi PTAR, mereka lebih kreatif sehingga jumlah pesanan juga meningkat.

“Awalnya belum terpikirlah bisa buat tas dan memang juga karena keterbatasan alat dan bahan. Sekarang beberapa pesanan tas sudah mulai mengalir dari tetangga dan sahabat.  Seperti tas sandang ini, kan ke gereja juga bisa, ke pesta atau ke acara santai juga bisa dipakai. Kita pun memakainya sekedar untuk promosi. Dari hasil menjahit bisa lah bantu-bantu penghasilan keluarga,” kata Devi.

Pendampingan yang dilakukan PTAR juga jangka panjang. Untuk memudahkan jangkauan pasar, PTAR membimbing para anggota kelompok jahit memasarkan hasil kreasi berbasis digital.

“Jadi sekarang kami udah mulai memperkenalkan dan menjual produk tas kami di sosial media seperti Instagram dengan nama akun @onekhe_karyakreatifnibat_2023,” jelas Devi.

Sebagai strategi pemasaran, para anggota kelompok jahit memakai tas buatan sendiri setiap ke gereja atau ke acara-acara adat. Sehingga lebih banyak yang mengenal produk mereka dan jumlah pemesanan juga meningkat.

Kini, sambil mengurusi dokumen kelengkapan legal formal badan usaha mikro kecil bersama PTAR, Jelompok Jahit sudah berencana masuk ke sistem e-katalog pemerintah.

“Mudah-mudahan karena ini masih awal ya, kami terus bisa mengembangkan kreasi. Kami terima kasih banyak ke Agincourt yang udah menyemangati dan membantu kami lebih serius lagi,” sebut Ledis.

Nurlailah mengakui terjadi perkembangan pesat di kelompok jahit Onekhe Malo. Awalnya produk penjahit terbatas pada jenis kebaya saja, kini sudah ada belasan kreasi jahit yang berhasil mereka buat.

“Mereka punya skill yang bagus. Jadi awalnya mereka ada 15 orang, dan kita mulai coba kembangkanlah skill mereka, sehingga tidak terbatas pada satu produksi aja,” ujar Nurlailah.

Setelah ada pengembangan kapasitas dan juga bantuan PTAR, kelompok penjahit tersebut mulai memproduksi bervariasi, seperti aksesori tas, dompet dan ainnya untuk pelengkap pakaian.

“Tinggal mereka yang kita dorong konsisten ya sehingga bisa lebih kompetitif lagi karena memang pasar mereka cukup besar,” ujar Nurlailah. 

Ia menambahkan selanjutnya PTAR akan mendorong kelompok jahit ini untuk mengikuti pameran-pameran di berbagai event untuk memperkenalkan produknya. Kemudian memberikan pelatihan pemasaran digital sehingga jangkauan penjualan produknya bisa lebih luas lagi.

Selain itu, PTAR akan mensinergikan Kelompok Jahit Desa Batuhoring dengan kelompok jahit, tenun dan pembuat ulos di desa lain dampingan PTAR. Sehingga bisa saling support.

“Ada 3 kelompok jahit di desa lingkar tambang. Tahun depan target kami melakukan program re-branding dan mendorong promosi ke pasar online. Mereka akan diberi pelatihan untuk memasarkan online ke e-commerce dan masuk ke e-catalog, sehingga produk mereka bisa dilirik oleh pemerintah,” terangnya.

Merajut Sejahtera Lewat Kelompok Jahit Onekhe MaloKelompok Jahit Desa Batuhoring di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Stella Septania selaku ESG and Sustainable Development Expert Team National Center for Sustainability Reporting (NCSR) Indonesia menilai Upaya pemberdayaan perempuan ini membuktikam komitmen kuat PTAR dalam menerapkan ESG dalam setiap operasionalnya.

Menurutnya Environmental, social, and governance (ESG) sebenarnya merupakan suatu standar untuk menilai kelakuan Perusahaan dan kelakuan ini ada indeksnya. Yang harus dipahami, ESG tidak hanya soal lingkungan saja. Ada yang terkait dengan tenaga kerjaan, kesehatan, keselamatan  bahkan hingga data privasi atau cyber security.

“Semuanya mungkin bisa dikategorikan sebagai ESG, termasuk mengenai perubahan iklim, soal kesempatan kerja, kesehatan atau bahkan pemberdayaan masyarakat lokal khususnya perempuan hingga terkait kesejahteraan karyawan. Itu ESG,” ungkap Stella dalam Bincang ESG, 27 Maret 2024.

Melihat apa yang telah dilakukan PTAR selama 12 tahun beroperasi, ia menilai Perusahaan tambang emas ini sudah cukup konsisten dan terukur dalam menerapkan ESG.

“PTAR sekarang ada di bawah Astra Group dan sudah ada payung besar yang mau dicapai secara grup. Kalau dari praktik sustainability saya lihat sudah punya target yang terukur karena tidak semua perusahaan punya target ESG dan punya target keberlanjutan yang terukur seperti Astra Group,” ungkapnya.

Dalam hal mengomunikasikan kinerja ESG menurut Stella ada tiga hal utama. Yakni harus transparan, harus otentik, satu lagi harus konsisten.

“ESG itu marathon, enggak ada perusahaan yang langsung perfect, pasti perlahan-lahan karena ada salah sini salah situ. Itu biasa. Yang penting ada perbaikan berkesinambungan di perusahaan itu. Seperti yang pernah dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Amina Mohammed bahwa sustainability itu akan gagal ketika semua tidak berperan, tidak bisa pemerintah dibiarkan sendiri, perusahaan-perusahaan juga harus ikut, harus bergotong-royong. Perusahaan-perusahaan harus bisa mendorong individu-individu dalam perusahaannya alias kita semua juga paham ESG dan sustainability itu apa. Karena ESG harus jadi lifestyle dan jadi bagian gaya hidup,” pungkas Stella.

Baca Juga: Menilik Langkah Kolaborasi PTAR dalam Mengendalikan Sampah Plastik

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya