TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Ahmad, Lulusan S2 yang Jadi Pengusaha Laundry Sepatu

Modal awal hanya Rp5 juta

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Medan, IDN Times - Jika lulusan sarjana sudah bingung mau kerja apa setelah lulus. Hal itu tidak berlaku bagi Ahmad Pramana Siregar (28). Ia bahkan melanjutkan studi S2-nya dengan jurusan yang sama yaitu manajemen. Tapi bukan untuk mencari pekerjaan, ia hanya ingin membuka bisnis dan lapangan kerja. 

"Aku ingat sewaktu S2. Ada dosen yang selalu influence, mau jadi apa hari ini?".

Kata Ahmad, kalimat itu yang menjadi penyemangatnya untuk menjadi pengusaha hingga kini. Ia memulai bisnis laundry sepatu pada Oktober 2019 lalu. Saat ditemui di garasi rumahnya, Selasa (24/11/2020), ia sedang beraktivitas dengan empat pemuda setempat yang diberdayakan.

Berikut cerita yang dibagikan pria lulusan S2 Manajemen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini kepada IDN Times. Yuk simak!

1. Lima jenis usaha sudah dijalani, hingga pada akhirnya ia menangkap peluang untuk menjalani bisnis laundry sepatu di Kota Medan

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Ditemui di garasi rumahnya Selasa (24/11/2020), ia mulai bercerita sudah lama menyukai dunia bisnis. Jatuh bangun dalam membuka usaha sudah dirasakannya di usia muda. Lima jenis usaha sudah dijalani, hingga pada akhirnya ia menangkap peluang untuk menjalani bisnis laundry sepatu di Kota Medan. 

"Sejak SMA sudah menyukai bisnis. Awalnya bisnis sisha, es tebu, risol, bakpao muslim buka franchise . Berjalan-berjalan, kalau keuntungan hanya sedikit. Pernah juga, ngeberanikan diri buka barbershop, itu pakai rumah teman, kita renovasi. Sulit juga karena bisnisnya bertiga. Sebelum kolaps, kita sempat jual," katanya.

2. Ia bercerita, ide yang didapat bermula dari pelanggan setianya saat jualan bakpao

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Ia bercerita, ide yang didapat bermula dari pelanggan setianya saat jualan bakpao. Kala itu, si pelanggan sedang mereparasi tasnya dan menyarankan untuk membuka bisnis tersebut. Melihat tahun lalu bisnis laundry sepatu masih jarang di Kota Medan. 

"Awal mulanya dari pelanggan di bakpao, yang sedang reparasi tas. Dia tanya mau buka usaha apa selain ini, dia menyarankan untuk buka laundry sepatu. Kebetulan satu tahun lalu masih jarang bisnis ini. Nah, pas setahun lalu, kita kepikiran buka laundry sepatu," tuturnya.

Baca Juga: 7 Strategi agar Bisnis Kamu Lancar Beradaptasi di saat Pandemik

3. Untuk modal awal dalam bisnis ini hanya sekitar Rp5 juta

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Katanya, untuk modal awal dalam bisnis ini hanya sekitar Rp5 juta. Dengan modal yang sedikit, ia mengaku keuntungan yang dihasilkan banyak karena melihat peluangnya masih besar. Bahkan, saat ini ia sudah memberdayakan 4 orang pemuda yang berada di sekitarnya. 

"Aku udah coba semuanya, bahkan barbershop modal puluhan juta kan. Aku dapat feel-nya di sini, peluangnya masih besar. Dengan peralatan yang gak terlalu mahal bisa dapat untung," katanya.

"Untuk ini, gak butuh toko. Ini main di garasi rumah. Melihat kebutuhan manusia yang suka dimanjain dan orang Medan aku lihat begitu, ya sudah aku buat gratis antar jemput sampai 6 kilometer. Sepatu ini kan beda ya sama baju, kalau gak dicuci juga masih bisa dipakai," tambahnya.

4. Menjadi pengusaha memang tak mudah. Berani menghadapi risiko harus siap dirasakan

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Menjadi pengusaha memang tak mudah. Berani menghadapi risiko harus siap dirasakan. Belum lagi jika bisnis yang dijalani kolaps di tengah jalan. "Sebelum kolaps, kepikiran buka bisnis ini. Langsung belajar dari youtube dan teman-teman yang buka bisnis sama. Untuk kebutuhan awal, ya belanja online," ujarnya.

5. Mencoba bertahan di tengah pandemik COVID-19

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Ahmad menuturkan, terhitung sudah setahun ia membuka bisnis laundry sepatu ini. Ia juga merasakan dampak adanya pandemik COVID-19. Namun sebagai pengusaha, ia mencoba bertahan dalam kondisi sulit ini. 

"Aku bukanya di bulan Oktober, sudah setahun. Sekitar beberapa bulan buka langsung pandemik COVID-19. Di bulan lima itu benar-benar kosong. Hanya dua orang yang cuci sepatu. Karena mungkin orang lebih milih beli beras daripada cuci sepatu. Tapi kita coba buat bertahan," ceritanya.

6. Beberapa bulan terakhir ini omzet yang didapat bisa mencapai Rp5 juta-Rp6 juta karena gencar promosi lewat Instagram

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Ahmad berujar, beberapa bulan terakhir ini omzet yang didapat bisa mencapai Rp5 juta-Rp6 juta. Hal tersebut didapatkan karena gencar promosi lewat konten di Instagram. 

"Naiknya dari pandemik ini, lebih banyak dari sebelum pandemik COVID-19," katanya.

"Aku gak sia-siain customer baru. Before dan after-nya aku fotoin. Lalu kita minta tolongin upload, karena mau tak mau itu pasti ada yang lihat. Kemudian, marketingnya cari selebgram. Relasi dengan barter voucher cuci sepatu".

"Sekarang aku melihat digital marketing itu sangat penting. Aku belajar sendiri, mau gak mau harus bisa, cari tahu dari google dan youtube ya dapat," tambahnya. 

Baca Juga: Masa Pandemik, Henny Beralih Profesi dari EO Jadi Jual Sayur Online

Berita Terkini Lainnya