Inflasi Sumut Melambung, Pengamat: Kado Pahit Tahun Baru
Sumut masuk dalam rentang hitungan terburuk inflasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times- Laju inflasi Sumatra Utara (Sumut) di akhir tahun pada Desember 2022 sebesar 1,5 persen secara month to month (mtm), dan merealisasikan angka sebesar 6,12 persen secara year on year (yoy).
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, capaian inflasi tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 0,56 persen. Katanya, ia meyakini di bulan Desember lalu, Sumut akan merealisasikan inflasi dikisaran 0,5 persen.
"Jadi inflasi bulan Desember yang melebihi ekspektasi dan realisasi nasional, saya nilai sebagai kado pahit bagi Sumut di tahun baru," katanya kepada IDN Times, Selasa (3/12/2022).
Baca Juga: Inflasi Sumut 1,50 Persen, Tomat dan Cabai Merah Jadi Pemicu
1. Sumut masuk dalam rentang hitungan terburuk inflasi saat harga BBM bersubsidi dinaikkan
Menurut Gunawan, Sumut masuk dalam rentang hitungan terburuk inflasi saat harga BBM bersubsidi dinaikkan. Saat itu, ia memperkirakan bahwa inflasi setelah BBM subsidi naik sekitar 30 persen, maka akan memicu inflasi dalam rentang 5,7 persen hingga 6,4 persen.
Ia menjelaskan, inflasi pada bulan September di Sumut awalnya menyentuh 1 persen. Memang sangat tertolong dengan penurunan harga cabai, di mana kelompok bahan pangan hortikultura mengalami penurunan (deflasi).
Setelah kenaikan laju tekanan inflasi pada September tersebut, Sumut justru mencatatkan deflasi pada bulan oktober sebesar 0,51 persen. "Hal ini dapat menjadi modal oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan inflasi 2023," ucapnya.
Baca Juga: Inflasi Sumut 1,50 Persen, Tomat dan Cabai Merah Jadi Pemicu