Ulos dan Songket Diva Hutabarat Sudah Terbang Sampai ke Australia
Impian terbesar bisa pameran di luar negeri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pepatah buah tak jatuh jauh dari pohonnya, sepertinya juga berlaku untuk Diva Hutabarat. Lahir dari keluarga penenun ulos, Diva kini eksis membuka bisnis wastra khas Batak sendiri dengan label Diva Ulos dan Songket di Tapanuli Utara.
Di daerah tersebut, memang sebagian besar masyarakatnya menenun ulos dan songket untuk membantu perekonomian mereka. Rata-rata kaum perempuan.
"Mamak kami penenun. Istilahnya sejak dalam kandungan sudah menenun. Jadi dari kecil saya sudah belajar menenun," kata Diva ditemui di Expo HUT ke-43 Dekranas di Medan, Kamis (18/5/2023).
Baca Juga: 17 Tahun Batik Trusmi, Digitalisasi Jadi Kunci untuk Berkembang
1. Berbagai jenis ulos dan songket yang dijual
Sejak kecil Diva pun membantu ibunya. Mulai dari memintal, kemudian menatan hingga mulai menenun dengan motif adalah tahap-tahap yang dilaluinya.
"Sejak 2002 saya mulai menenun sendiri tak lagi dengan bantuan orangtua saya. Semuanya saya pelajari mulai dari mamutik, hingga terjadi ulos," beber perempuan berusia 44 tahun itu.
Diva kemudian mulai pede menjual kain-kain ulos itu. Hingga akhirnya dia membuka craft store sendiri dengan nama Diva Ulos dan Songket. Berlokasi di Lumban, Partali Toruan, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut.
Dia menjual berbagai produk ulos dan songket. Mulai dari tumtuman, jugia, mangiring, harungguan, bintang maratur, sibolang dan lainnya. "Ada belasan motif. Paling murah Rp200 ribuan itu ulos hande hande. Kalau paling mahal itu tumtuman," kata Diva.
Yang membuat tumtuman mahal menurut Diva karena menggunakan pewarna alam. Proses yang lama menjadi alasan ulos tersebut dihargai lebih tinggi hingga jutaan rupiah.
"Mencelup benangnya saja berbulan-bulan. Makanya harganya mahal. Kalau dipesan bisa kok," kata Diva.
Baca Juga: Cara BRI Meningkatkan Literasi Keuangan dan Bantu Modal UMKM di Sumut