TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tahun 2022, Masyarakat Bisa Punya Saham di Bank Sumut

Workshop dan gathering IWO Medan dan Bank Sumut

Dirut Kepatuhan Bank Sumut, Eksir saat Workshop dan Media Gathering Bank Sumut-IWO Medan di Berastagi, Rabu (29/12/2021). (Dok.IDN Times/istimewa)

Medan, IDN Times - Bank Sumut akan memberi kesempatan kepada masyarakat memiliki sahamnya mulai tahun 2022. Hal itu akan terwujud setelah proses Initial Public Offering (IPO) atau melantai di Bursa Efek Indonesia. 

Hal itu disampaikan Direktur Kepatuhan PT Bank Sumut, Eksir. Ia mengatakan, prosesnya sedang dilakukan sesuai tahapan.

"Kita akan IPO 2022. Prosesnya terus dilakukan, kita harapkan sesuai schedule," kata Eksir saat membuka Workshop dan Media Gathering Bank Sumut dengan Ikatan Wartawan Online Kota Medan (IWO) bertema "Optimalisasi Digital Perbankan di Bank Sumut" di Berastagi, Tanah Karo, Rabu (29/12/2021).

Lantas apa tujuan IPO? Menurut Eksir, Bank Sumut akan lebih transparan ke publik. "Jadi masyarakat punya kesempatan untuk mendapat kepemilikan. Mereka bisa punya saham Bank Sumut. Pastinya tata kelolalnya jauh lebih baik. Pengawasan lebih besar," tambahnya.

1. Publik bisa menghadiri RUPS, dana dari publik bisa untuk pembangunan daerah

Dirut Kepatuhan Bank Sumut, Eksir berbicara pada Workshop dan Media Gathering Bank Sumut-IWO Medan di Berastagi, Rabu (29/12/2021). (Dok.IDN Times/istimewa)

Nantinya publik punya hak menghadiri RUPS meski tidak punya hak suara. Lebih penguatan dan transparan. "Tambahan modal kurang lebih 1 triliun mau kita ambil serat dari masyarakat untuk pengembangan bisnis, terutama ekspansi kredit," bebernya. Jika sudah melantai, maka Bank Sumut makin mudah dalam membangun Provinsi Sumut. Seperti membangun infrastruktur dan Pemda dapat mengajukan kredit dalam membangun wilayahnya.

"Jika Bank Sumut berkembang maka rakyatpun juga ikut maju. Kita berharap dalam proses ini semoga berjalan dengan lancar," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Eksir juga menyebut asset Bank Sumut saat ini sebesar Rp41 triliun. Sedangkan untuk dana pihak ketiga berkisar Rp29 triliun. "Bank mana yang melakukan CSR lebih besar dari Bank Sumut sebesar lebih dari 20 miliar? Saya kira tidak ada. Bank Sumut juga tiap tahunnya membagikan deviden Rp300 miliar kepada pemerintah Sumatera Utara," kata Eksir. 

Dikatakannya, jika masyarakat Sumut menjadi nasabah, maka dipastikan pembangunan Sumut semakin berkembang. Saat ini baru sekitar 2,1 juta nasabah. "Rasio rekening penduduk atas BPD di atas 50 persen. Keberpihakan itu perlu untuk kemajuan daerah," bebernya. 

Baca Juga: Laba Bank Sumut Tumbuh 12,65 Persen, Digitalisasi Jadi Kunci

2. Bank Sumut di era digital menargetkan Gen Y dan Gen Z jadi nasabah perioritasnya

Workshop dan Media Gathering Bank Sumut-IWO Medan di Berastagi, Rabu (29/12/2021). (Dok.IDN Times/istimewa)

Sementara itu  Pemimpin Bidang Pengembangan Produk Divisi Dana dan Jasa PT Bank Sumut, Hendy Arief mengatakan bahwa saat ini Bank Sumut juga berupaya untuk pindahsudah melakukan sistem online.

"Bank Sumut berbenah dan berusaha untuk mempersiapkan layanan digitalnya. Karena memang ke depan target nasabah ada di  Gen Y (26-39) dan Gen Z (10-25). Jika kami tidak berbenah dan mempersiapkan. Kita harus bisa memenuhi kebutuhan customer. Untuk Layanan digital sudah bisa menyentuh ke berbagai kebutuhan mulai dari bayar pajak, hingga bidang pendidikan karena kita sudah kerja sama dengan berbagai instansi," kata Hendy.

"Nasabah sudah bisa men-download aplikasi Bank Sumut Mobile Banking untuk mempermudah transaksi, namun khusus pembayaran pajak daerah nasabah masih datang langsung ke Bank Sumut," ujarnya.

Tapi memang diakuinya tantangannya cukup besar. Bank Sumut harus bisa menumbuhkan kepercayaan ke masyarakat. "Ya pastinya ada kendala, misalnya soal jaringan, juga harus sosialisasi dan edukasi. Terutama di daerah-daerah," bebernya.

Sementara itu Pengamat ekonomi Unimed, DR Azizul Kholis bahwa menurutnya terkait digitalisasi, uang cash sudah sulit dilihat, sebab untuk melakukan semua transaksi sudah melalui digital.

"Saran saya jika anda ingin menulis tentang ekonomi maka dimulai dari kita tidur, bangun, tempat tinggal kita, daerah, provinsi, negara hingga dunia, maka tulisan tersebut lebih gampang dimengerti pembaca," ujarnya.

3. Pentingnya Brand journalism untuk mendongkrak image perusahaan

Humas Bank Sumut, Sulaiman (tengah) saat Workshop dan Media Gathering Bank Sumut-IWO Medan di Berastagi, Rabu (29/12/2021). (Dok.IDN Times/istimewa)

Sementara itu Pimpinan Unit Layanan Pengaduan Nasabah dan Pusat Informasi, Erwinsyah menjabarkan soal brand journalism yang sangat penting untuk mendongkrak image sebuah perusahaan agar mendapat tempat dari audience

Selain itu jurnalis harus bisa mengemas berita perbankan dengan lebih bisa diterima masyarakat. Termasuk yang tidak paham ekonomi. "Jangan hanya menggambarkan data-data dengan bahasa ekonomi yang sebenarnya gak semua orang paham. Tapi bisa dengan story telling," katanya.

Perlu Kreativitas agar tidak kaku memvisualisasikan data. "Angka-angka dibalut dalam  cerita, ada unsur manusianya. Bagaimana bank berjuang mempertahankan NPL-nya," bebernya.

Menurutnya kedudukan jurnalis memang mulai tergerus di era digital karena perusahaan mulai membangun medianya sendiri, baik lewat medsos maupun website. Untuk itu jurnalis harus bisa berinovasi.

"Saat ini perusahaan sudah punya akun medsos sendiri dan jika websitenya bisa dikemas dengan menjangkau lebih banyak tentu jadi ancaman bagi jurnalis. Tapi saat ini belum karena perusahaan masih butuh peran jurnalis," bebernya.

Baca Juga: Bank Bukan Bank: Pengertian dan Contohnya

Berita Terkini Lainnya