TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sempat Terpukul Pandemik, Uis Karya Bunda Bangkit dengan Inovasi

Adanya QRIS semakin memudahkan transaksi

Ade Fitri, ketua Klaster Bertenun Karya Bunda memamerkan produknya saat ditemui Selasa (12/6/2023) lalu (IDN Times/Doni Hermawan)

Binjai, IDN Times- Pandemik COVID-19 memukul berbagai sektor usaha. Tak terkecuali juga menghantam usaha tenun Uis (ulos khas Karo) di Binjai.

Usaha turun temurun yang kini sudah sampai generasi keempat itu sempat mati suri. Namun berhasil bangkit setelah mendapat pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2021 lalu.

"Waktu pandemik gak bisa jual barang. Seperti mati suri. Karena memang pasar sepi. Selain itu bahan baku mahal," kata Ade Ketua Klaster Penenun Karya Bunda, 12 Juni 2023 lalu.

1. Modal menipis, mulai mengajukan pinjaman

Seorang perempuan saat menenun di Galeri Uis Karya Bunda, Selasa (12/6/2023) lalu (IDN Times/Doni Hermawan)

Pada tahun 2021 dia melihat bisnis mulai bergeliat kembali. Namun modal mereka sudah menipis. Ade lalu memilih mengajukan pinjaman ke BRI. Hal itu karena menurutnya pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bank milik pemerintah itu murah dan prosesnya gak ribet.

"Mereka tanya usahanya apa, buat apa saja. Setahun orang BRI mengikuti dan awalnya dikasi pinjaman Rp25 juta. Dari situ kami bangkit dan usaha ini dijadikan klaster oleh BRI," kata perempuan 46 tahun itu.

Dengan klaster, ada berbagai usaha yang saling terkait bisa bergabung. Mereka menjadi lebih kuat dan tangguh dibanding dulu.

"Dulu jualan masih dari rumah ke rumah dan jual ke tengkulak, kita kerja capek dengan jual tenaga, hasilnya gak seberapa. Akhirnya pada waktu itu kepikiran bikin kelompok, buat struktur organisasinya, dari situlah kita jadinya bergabung," tambahnya.

Baca Juga: Kisah Siti Muslihah Bangun Kopi Tabo, Dari Sipirok Kini Sampai Inggris

2. Mulai inovasi dengan bikin produk turunan dari uis dan ulos

Ade Fitri, ketua Klaster Bertenun Karya Bunda memamerkan produknya saat ditemui Selasa (12/6/2023) lalu (IDN Times/Doni Hermawan)

Lalu mereka mulai memikirkan untuk inovasi produk. Soalnya jika hanya jual tenun uis saja, tak setiap saat bisa laku.

"Karena gak setiap saat ada pesta, jadi kita punya ide bagaimana agar dilirik pasar. Searching di internet lalu kami bikin lah produk turunannya. Kerjasama dengan penjahit, desainer hingga bisa buat macam-macam produk," kata alumni SMA Panca Budi Medan ini.

Di samping menjual uis sebagai pakaian, hasil tenun itu dijadikan menjadi berbagai barang seperti tas, kotak tisu, dompet dan lainnya. Tak hanya dengan uis tapi juga dengan ulos.

"Dari situ mulai dilirik buat even. Ternyata di produk turunannya itu yang banyak lalu. Kalau harga mulai Rp35 ribu sampai baju Rp1,5 juta," tambahnya.

Saat ini Uis Karya Bunda diperkuat sekitar 25 pengrajin yang aktif. Beberapa sebenarnya punya usaha sendiri, tapi akhirnya bergabung sehingga produk di Uis Karya Bunda bervariasi.

3. Jual online hingga dengan reseller

Produk-produk di Klaster Bertenun Karya Bunda (IDN Times/Doni Hermawan)

Selain menjual di galerinya yang berlokasi di Jalan Kutilang, Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai, penjualan online juga digeber. Mereka berjualan di market place maupun media sosial.

Mereka juga aktif mengikuti pelatihan digitalisasi. Salah satunya fast track yang digelar Pemprov Sumut, Maret 2023 lalu. "Waktu itu kami masuk 300 besar dari 1.000 UMKM. Katalog kita sudah ada online," tambahnya.

Dalam sebulan mereka bisa menjual puluhan hingga ratusan barang tergantung permintaan baik dari offline maupun online. Mereka juga mengembangkan sistem reseller.

"Kalau tas bisa sampai 30-40 pcs. Kalau kain sebulan bisa sampai 200 lembar. Itu sudah termasuk online. Reseller kita sudah ada di Kabanjahe, Pancur batu, Padangbulan, Kampung Lalang. Kalau luar provinsi ada juga reseller kita Pekanbaru. Dirata-ratakan omzet bisa sampai Rp60-70 juta," katanya.

Uis Karya Bunda juga aktif dalam setiap pameran yang digelar. Terutama BRI maupun kedinasan di Binjai. "Terbaru ini kamu buka stan satu bulan di PRSU (Pekan Raya Sumatra Utara)," tambahnya.

Dalam setiap pameran itu, Uis Karya Bunda selalu menyertakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

"Pertama kali pakai QRIS sejak kita dijadikan klaster usaha itu. Setiap pameran selalu kami bawa. Banyak juga yang pakai. Mudah cuma (scan) barcode. Zaman sekarang orang jarang ngantongin uang cash," katanya.

Baca Juga: Upaya Kopi Tabo Selama 10 Tahun Bangun Ekosistem Petani di Tapsel

Berita Terkini Lainnya