TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Buruh dan Petani Demo di DPRD Sumut, Minta PP Tapera Dibatalkan

Sebut Tapera tak menjamin buruh punya rumah

Massa aksi buruh dan petani demo di DPRD SUMUT, bawa tuntutan batalkan Tapera, Selasa 11/06/2024 (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Medan, IDN Times - Partai Buruh Sumatra Utara bersama dengan kelompok buruh hingga petani beramai-ramai menggeruduk kantor DPRD Sumatra Utara, Selasa (11/06/2024). Hal tersebut merupakan bentuk protes para buruh terkait diterbitkannya peraturan pemerintah tentang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). 

Kebijakan pemerintah tentang pemberlakuan Tapera dinilai mereka dapat mencederai kelangsungan hidup buruh. Mereka sepenuhnya tidak terima gaji mereka nantinya dipotong 2.5 persen, apalagi program tersebut diwajibkan.

1. Potongan Tapera 2.5 persen dinilai tak bisa memastikan buruh memiliki rumah

Ketua Partai Buruh Sumatra Utara, Willy Agus Utomo, menyoroti kebijakan Tapera yang dinilai dapat membuat para buruh sengsara. Potongan sebesar 2.5 persen baginya juga belum bisa memastikan buruh memiliki rumah.

"Kami elemen partai buruh Sumut yang di dalamnya itu ada serikat buruh, petani, nelayan, hingga rakyat kecil di Sumut, menolak keras PP Tapera ini. Di mana PP tapera mengakibatkan ada pemotongan yang begitu besar kepada kaum buruh, menambah tergerusnya upah buruh sehingga buruh itu hari ini yang miskin tambah miskin lagi," kata Willy.

Dirinya menyangsikan program Tapera ini yang sewaktu-waktu bisa saja menjadi lahan korupsi para pejabat negara.

"PP Tapera ini mengundang lahan korupsi bagi pejabat. Di mana tidak ada uang pemerintah, yang ada hanya uang buruh yang begitu besar. 2,5 persen buruh dan 0.5 persen pengusaha, ini dikelola pemerintah dan itu juga belum memastikan kita punya rumah. Kalau kita hitung pun, itu masih kecil. Tak sanggup beli rumah sederhana versi pemerintah sendiri. Kami tolak tegas dan minta agar dibatalkan kebijakan Tapera tersebut," tambahnya.

2. Jika pemerintah ngotot menjalankan Tapera, buruh akan berencana melakukan boikot dan penolakan keras

Willy mengatakan jika pemerintah akan ngotot menjalankan kebijakan Tapera, ia dan jajarannya tak sungkan untuk menolak tegas. Bahkan berencana melakukan boikot.

"Kami akan boikot dan kami akan menolak untuk dipotong (gaji buruh) dari pengusaha. Akan kami lakukan boikot kalau ada pemaksaan dari pemerintah," kecamnya.

Selain menyuarakan penolakan yang kencang terhadap Tapera, massa aksi juga menyoroti harga beras yang mahal. Mereka mendesak agar DPRD beserta Kepala Bulog agar bisa menurunkan harga jual beras.

"Kita juga punya tuntutan lokal. Di mana harga beras di Sumut naik secara signifikan selama setahun ini. Kita minta tegas kepada Kabulog Sumut untuk merivisi kenaikan harga beras. Yang katanya menguntungkan petani dengan kenaikan ini, namun nyatanya tidak seperti itu. Kami di petani menolak kenaikan harga beras karena harga gabah tak dibeli dengan harga yang mahal juga. Untul itu kami minta di DPRD sumut dilakukanlah RDP jumpa Kabulog agar bisa diturunkan harga beras di Sumut," pungkasnya.

Berita Terkini Lainnya