Tantangan dan Kesempatan Bulog Jadi Pemimpin Rantai Pasok Pangan
Januari-Mei 2024 jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton
Jakarta, IDN Times - Tokoh penerima Nobel Ekonomi 2009, Elinor Ostrom yang dikenal atas teorinya mengenai sistem kepemilikan kolektif, mengatakan bahwa dalam mengelola sumber daya yang terbatas, manusia bisa saling bekerjasama sehingga masing-masing individu akan mendapatkan manfaat dari sumber daya tersebut.
Begitupun halnya dengan Perum BULOG yang memiliki visi menjadi pemimpin rantai pasok pangan tepercaya, kerjasama dengan para pemegang kebijakan, termasuk pembuat regulasi pangan, mitra produksi, mitra bongkar muat dan impor, haruslah saling bersinergi sehingga tercipta ketahanan pangan untuk kesejahteraan masyarakat.
Hal ini bisa menjadi satu kesempatan maupun tantangan. Terlebih lagi masih kurangnya pemahaman masyarakat atas mekanisme dan jargon rantai pasok pangan, termasuk mekanisme impor di mana termasuk di dalamnya terdapat jargon, demurrage dan despatch.
“Demurrage atau keterlambatan bongkar muat adalah hal yang biasa. Jadi misalnya dijadwalkan 5 hari, menjadi 7 hari. Mungkin karena hujan, arus pelabuhan penuh, buruhnya tidak ada karena hari libur, dan sebaigainya. Demurrage itu biaya yang sudah harus diperhitungkan dalam kegiatan ekspor impor. Adanya biaya demurrage menjadi bagian konsekuensi logis dari kegiatan eskpor impor. Kami selalu berusaha meminimalkan biaya demurrage dan itu sepenuhnya menjadi bagian dari biaya yang masuk dalam perhitungan pembiayaan perusahaan pengimpor atau pengeskpor,” ucap Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR, pada Kamis (20/6/2024).
1. Januari-Mei 2024 jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton
Saat ini, Perum BULOG masih memperhitungkan total biaya demurrage yang harus dibayarkan, termasuk dengan melakukan negosiasi ke pihak Pelindo, pertanggungan pihak asuransi serta pihak jalur pengiriman. Menurut Bayu, perkiraan demurrage yang akan dibayarkan dibandingkan dengan nilai produk yang diimpor sekitar 3%.
“Pemberitaan mengenai demurrage yang marak di media belakangan ini membuat bingung kami di Komisi IV, karena demurrage itu adalah biaya rutin yang lazim dilakukan pada saat kegiatan ekspor impor,”tambah Budhy Setiawan dari Partai Golongan Karya, yang memimpin persidangan.
Dalam kesempatan terpisah, Tito Pranolo, Pakar Pangan Indonesia mengatakan sebenarnya tidak lengkap membahas demurrage tanpa membahas despatch juga. Despatch adalah bonus yang diberikan karena bongkar barang terjadi lebih cepat.
"Tentunya keduanya pernah dialami oleh Perum BULOG sebagai operator pelaksana penerima mandat impor beras dari pemerintah dan selama ini Perum BULOG tidak pernah membebani masyarakat karenanya”.
Saat ini, Perum BULOG mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras sebesar 3,2 juta ton pada tahun 2024. Pada periode Januari-Mei 2024, jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton. Impor dilakukan oleh Perum BULOG secara berkala dengan melihat neraca perberasan nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah dalam negeri.
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh Perum BULOG adalah berkurangnya produksi dalam negeri. Menurut data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton.