TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Alasan Tak Perlu Buru-buru dalam Menyelesaikan Skripsi

Skripsi cepat selesai tak selalu menjamin kualitasnya baik

ilustrasi orang kebingungan (pexels.com/Anna Shvets)

Baru-baru ini, media sosial ramai membicarakan soal public figure yang menyusun skripsi hanya dalam waktu satu bulan. Pernyataan tersebut menuai banyak kontra dikarenakan amat bersebrangan dengan pengalaman orang pada umumnya, yang menyusun skripsi lebih dari satu bulan, atau bahkan menghabiskan waktu selama satu semester.

Ini menjadi topik yang menarik untuk dibahas karena seperti yang kita tahu bahwa skripsi adalah hal yang sakral dalam perkuliahan dan jelas membutuhkan pengerjaan yang serius dan lama. Sehingga, dapat dikatakan bahwa skripsi bukan hanya tentang kecepatan waktu selesainya, tetapi juga kualitasnya.

Dalam hal ini, kamu perlu tahu empat alasan mengapa tidak disarankan untuk terburu-buru dalam menyelesaikan skripsi. Yuk, disimak apa saja alasannya!

1. Hasil penelitian dan penyusunan skripsi lebih baik

Jangankan soal skripsi, masalah lain pun jika dikerjakan secara terburu-buru, dapat menimbulkan dampak buruk. Misalnya, kamu berangkat kuliah terburu-buru tanpa memeriksa kembali barang-barang yang dibawa atau hal lainnya. Kemungkinan besar yang terjadi adalah ada yang tertinggal atau kelupaan, seperti lupa bawa dompet, lupa mematikan lampu, dan lainnya. Dampak ini jelas bisa semakin memperburuk keadaan, bukan? Bisa merepotkan diri sendiri ataupun orang lain.

Nah, sama halnya dengan skripsi yang dikerjakan dengan buru-buru. Kemungkinan kamu akan mendapatkan banyak missed dari penelitian atau penyusunan tulisanmu. Sehingga, pada saat bimbingan dengan dosen pembimbing, ditemukan beberapa kesalahan, baik minor ataupun major. Belum lagi apabila misalnya kesalahan tersebut terjadi saat persidangan, jelas akan memancing rasa stres.

Jadi, akan lebih baik jika mengerjakan skripsi dengan lebih hati-hati dan teliti. Yang mana penelitianmu tidak dilakukan secara asal-asalan dengan maksud agar cepat selesai. Meskipun dilakukannya dengan pelan-pelan, tetap ingat target utama, yaitu lulus dengan tepat waktu!

2. Mencegah stres atau penyakit lainnya

Terlalu demanding atau mendorong diri kamu secara berlebihan, bisa memicu stres ataupun penyakit lainnya, lho. Dalam hal ini, karena ambisi yang terlalu tinggi untuk cepat selesai, membuatmu nonstop mengerjakan dan bisa mengundang penyakit datang. Misalnya, pola makan tidak teratur, kurang tidur, stuck dalam menemukan ide, dan lainnya.

Sehingga, itu jelas dapat memicu stres atau penyakit lainnya berdatangan. Perlu kamu ingat bahwa meskipun skripsi menjadi prioritas utama, tetaplah perhatikan kesehatan mental dan fisik. Sayangi diri sebelum nantinya terjadi hal tidak diinginkan.

Baca Juga: 7 Langkah Menyusun Rencana Karier Buat Mahasiswa Baru, Persiapkan Diri

3. Skripsi bukan ajang perlombaan

Terkadang sebagian orang merasa bahwa teman yang telah lulus atau skripsinya selesai lebih dulu adalah sebuah tekanan. Padahal sebenarnya skripsi bukan ajang perlombaan, jadi tidak ada menang dan kalah. Namun karena ada ambisi atau sikap FOMO yang kuat, menjadikan seseorang tidak mau kalah. Sehingga, terkadang menghalalkan segala cara untuk bisa cepat selesai juga, salah satunya dengan mengerjakan terburu-buru.

Justru sebenarnya skripsi adalah ajang perlombaan dengan diri sendiri. Sebagai contoh, kamu melawan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan skripsi karena kamu sadar akan dampak yang terjadi. Sehingga, kamu tidak memperlakukan diri dengan keras atau menyalahkan diri karena progresmu lebih lambat.

Verified Writer

Fatimah Tuzzahrah

hope my articles are beneficial for you (;

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya