TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jamu, Minuman Tradisional Berkhasiat yang Masih Digemari

Berbahan dasar alami dan menyehatkan

Jamu Wak Sodi (IDN Times/Yurika Febrianti)

Sebagai minuman tradisional, jamu dinilai baik bagi kesehatan tubuh. Pembuatannya yang masih menggunakan bahan-bahan tradisional seperti rempah dan akar-akaran terbukti efektif mengobati beberapa jenis penyakit sekaligus. Nah, masih ingat kapan terakhir kali minum jamu? atau sama sekali belum pernah mencicipi minuman berkhasiat tersebut?

Meski tergolong ‘lama’, siapa bilang di era millennial yang sudah serba instan ini tak butuh sesuatu yang ‘lama’? Bila jamu begitu bermanfaat bagi kesehatan, akan sangat disayangkan bila jamu harus ditinggalkan begitu saja.

1. Jamu bahan dasar alami

Jamu Gendong Kholidi dari Kampung Jamu Sumber Husodo Desa Sumbersari Kelurahan Wonolopo Mijen dijual di Pasar BK Simongan Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sri Muliani, salah seorang warga jalan Meranti, Sampali yang rutin mengonsumsi jamu. Daripada mengonsumsi suplemen kesehatan, menurutnya lebih baik meminum jamu secara rutin.

“Suplemen dari dokter biasanya mahal dan kadang belum tentu cocok di tubuh. Jadi sudah mahal, bahan dasarnya tidak alami pula (kimia),” kata Sri Muliani.

Meski demikian, Sri menambahkan jika terkadang dirinya merasa khawatir ketika minum jamu. “Takut juga kalau jamu yang saya minum asal jadi ataupun oplosan, karena sekarang sedang marak pemalsuan,” tambahnya.

Baca Juga: Resep Jamu Kunyit yang Baik untuk Menjaga Imunitas Tubuh

2. Jamu diwariskan oleh nenek moyang sejak abad 15 masehi

liquor.com

Sudah diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun sejak dulu, jamu umumnya terbuat dari bahan-bahan alami seperti rimpang (akar-akaran), dedaunan, kulit batang, dan buah. Beberapa kalangan menambahkan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing, empedu ular, atau tangkur buaya demi memaksimalkan manfaat yang bisa diperoleh. Seringkali kuning telur ayam kampung atau bebek juga digunakan sebagai campuran saat minum jamu.

Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah jamu berasal dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”. Djampi berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan sedangkan Oesodo berarti kesehatan. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah Oesodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah Jampi semakin popular di kalangan keraton.

3. Tukang jamu pekerjaan fleksibel

Jamu Wak Sodi (IDN Times/Yurika Febrianti)

Bukti bahwa jamu sudah ada sejak zaman dulu dapat dilihat pada relief Candi Borobudur (Kerajaan Hindu-Budha tahun 722 M).Relief tersebut menggambarkan kebiasaan meracik dan meminum jamu. Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan Prasasti Madhawapura (Kerajaan Hindu-Majapahit) yang mencatat adanya profesi tukang meracik jamu atau Acaraki.

Acaraki di era kini juga masih ada, salah satunya Wak Sodi yang biasa berjualan menggunakan gerobak di Jalan Irian Barat Sampali. Sodi mengaku jika pelanggan selalu mengeluh dengan pengobatan dokter yang mahal. Profesinya sebagai tukang jamu sudah ditekuni nya sejak 30 tahun lalu,  ia menganggap ini sebagai pekerjaan yang fleksibel, tak diatur oleh siapapun namun tetap dicari.

“Ini merupakan pekerjaan dimana kita yang dikejar-kejar pelanggan, bukan kita yang mengejar pelanggan. Banyak yang cari jamu karena selain menyehatkan juga mampu membuat tubuh terasa segar,” kata laki-laki berusia 71 tahun tersebut.

Baca Juga: 5 Resep Jamu yang Dipercaya Bisa Melangsingkan Tubuh, Sudah Coba?

Berita Terkini Lainnya