TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Helaian Daun Pandan Temani Tarian Jemari Para Puan Berdaya

Menganyam pandan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

Penggerak KBA Desa Pantai Cermin Kanan dan Pencetus KPKK Eva Harlia (IDN Times/Indah Permata Sari)

Serdang Bedagai, IDN Times - Selamat datang di “Tanah Bertuah Negeri Beradat” kalimat ini sebagai awal untuk masuk di Kabupaten Serdang Bedagai. Jumat (6/9/2024), IDN Times berkesempatan mengunjungi salah satu desa yang terkenal dengan mata pencarian sebagai pengrajin anyaman pandan, yakni Desa Pantai Cermin Kanan di Kecamatan Pantai Cermin, Serdang Bedagai, Sumatra Utara.

Bagi masyarakat Melayu di Pantai Cermin Kanan, kegiatan menganyam pandan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Kemudian, desa ini mulai semakin berkembang melalui Galeri Eva Harlia bernama Menday Galeri and Souvenir. Menday Galeri dan Souvenir ini termasuk salah satu Kampung Berseri Astra (KBA), yang merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas mengintegrasikan empat pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan di dalam satu lingkungan kampung.

Dalam setiap helaian daun pandan seirama menemani tarian jemari para puan, yang tengah membuat anyaman dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Sesekali, desir ombak bertamu ke pesisir pantai, KBA Desa Pantai Cermin Kanan, Sumatra Utara, memberikan suasana damai yang mengiringi cengkerama Kelompok Perempuan Kanan Kreatif (KPKK), yakni komunitas yang membina 350 anggota perempuan sebagai perajin anyaman.

KBA Desa Pantai Cermin Kanan, merupakan salah satu dari 27 KBA di Sumatra Utara yang dibina Astra untuk menjadi kampung mandiri dengan masyarakat yang produktif, kreatif, dan inovatif.

Pembinaan dilakukan oleh Grup Astra Wilayah Medan melalui pelatihan, pendampingan, perluasan akses permodalan, pemasaran, dan bantuan prasarana kepada tokoh penggerak untuk disalurkan kepada warga sekitar.

Di tangan Penggerak KBA Desa Pantai Cermin Kanan dan Pencetus KPKK Eva Harlia, terbukti bahwa dia berhasil melestarikan dan mewariskan nilai budaya yang sudah turun-temurun hingga menjadi bisnis yang sudah ke pasar internasional melalui bersama, berkarya dan berkelanjutan.

1. Eva dibekali tekad dan kemampuan anyaman sebagai generasi ketiga

Sebagai wilayah yang kaya akan tanaman pandan, kerajinan anyaman merupakan sebuah warisan turun-temurun di kehidupan masyarakat KBA Desa Pantai Cermin Kanan.

Siang itu, hembusan angin pesisir dengan cuaca terik matahari terasa diatas kepala. Namun, didalam ruangan yang berukuran sekitar 3 kali 3 meter, Eva bersama ibu-ibu sekitar tampak sibuk tanpa memperdulikan kondisi panas yang tampaknya memang mereka sudah terbiasa untuk tetap menganyam dengan penuh semangat.

Sejak galeri ini terbentuk, Eva hanya dibekali dengan tekad yang bulat dan kemampuannya sebagai seorang pengrajin anyaman generasi ketiga di keluarga besar. Dia ingin membuktikan, untuk terus menjalankan sekaligus menjaga tradisi anyaman yang sudah mulai memudar ini.

Eva merasa bahwa, pilihannya ini dapat banyak menyadari pentingnya melestarikan warisan budaya yang kini kian punah. Sehingga, mengawalinya dengan doa dan rasa percaya untuk tetap optimis. Hal ini juga untuk mengembangkan kerajinan anyaman pandan, agar tetap relevan di era modern. 

2. Berdayakan kaum perempuan lewat anyaman pandan

Eva mempekerjakan kaum perempuan untuk menganyam pandan, menjadi sebuah karya yang mempunyai nilai jual.

Melalui Kelompok Perempuan Kanan Kreatif (KPKK), Eva membentuk ruang kreasi untuk melestarikan kebudayaan anyaman agar tidak punah dalam melewati lintas generasi.

Diketahui, KPKK lahir sejak tahun 2010, berawal dari kumpulan ibu rumah tangga, kini para remaja tingkat sekolah menengah atas (SMA) turut mengikuti jejak Eva.

Tidak hanya dibekali edukasi, Eva turut membina keterampilan kepada perempuan yang tersebar dari empat desa KBA Desa Pantai Cermin Kanan, untuk merambah produk anyaman dengan bahan baku lain.

Seperti halnya memadukan produk dengan kerajinan tenun, purun, pelepah pisang, dan bambu, serta teknik ecoprint yang sengaja diproduksi untuk memenuhi arus pasar.

Hingga saat ini, KPKK berhasil mendirikan badan usaha bernama Menday Gallery and Souvenir, tempat untuk memproduksi ribuan jenis anyaman dari berbagai bentuk.

Mulai dari gantungan kunci, tas, pelapis makanan, varian box, serta produk unggulan seperti tikar duduk berwarna yang telah dipasarkan hingga ke Malaysia dan Singapura.

Sampai saat ini, ada sebanyak 5.000 produk terjual setiap bulannya, atau setara dengan nilai pemasukan sekitar Rp55 juta.

Seperti seorang nenek bernama Asmaria. Dia menceritakan, anyaman ini sudah menjadi makanan sehari-hari sejak duduk dibangku kelas 3 SD hingga saat ini terlah berusia 66 tahun.

“Kelas 3 SD udah nganyam, orang mamak dulu tukang jual tikar,” jelasnya yang memang sudah pekerjaan keluarga sejak dulu.

Biasanya Asmaria bisa mengerjakan ukuran 16 kaki dalam seminggu atau 7 hari, sebab metodenya dimulai dari mencuci bahan anyaman berbahan pandan duri, selanjutnya direbus, diwarnai (jika ada yang meminta warna tikar), dan dijemur. Lalu, anyaman diproses menjadi sebuah produk seperti tikar, tas, topi dan lainnya.

3. Tidak hanya menganyam tikar secara tradisional, tapi juga menciptakan produk anyaman lain

Selain ruangan itu, di samping terdapat rumah tinggal yang juga dimanfaatkan sebagai tempat jahit dan ecoprint. Ecoprint adalah teknik cetak yang menggunakan bahan alami untuk membuat pola pada kain atau bahan lainnya.

Nurbaiti, seorang perempuan yang berperan menjadi tukang jahit ini juga sebelumnya berkegiatan menganyam. Ditemui, saat ia sedang menyelesaikan jahitan pesan 80 pcs goodie bag mini dari bahan dasar anyaman yang dilapisi busa T1 lalu dijahit.

Goodie bag atau tas goodie biasanya digunakan sebagai suvenir atau hadiah untuk tamu pada acara tertentu, seperti pernikahan, ulang tahun, acara perusahaan, konferensi, atau acara promosi lainnya.

“Kalau jahit ini hampir 2 tahun, kalau menganyam (belajar anyam dari SMP 15 tahun),” kata Nurbaiti yang memiliki 3 anak.

Penghasilan sehari untuk menjahit sebesar Rp70 ribu sampai dengan Rp80 ribu perhari (tergantung pesanan), upah ini dimanfaatkan Nurbaiti untuk menambah kelengkapan rumah tangganya dan membantu suaminya sebagai nelayan.

Artinya, seiring dengan perkembangan zaman warga Desa Pantai Cermin Kanan ini tidak hanya menganyam tikar secara tradisional, tetapi juga telah menciptakan produk anyaman lainnya seperti tas. Perluasan produk anyaman ini bertujuan untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.

Dengan memanfaatkan teknologi yang pesat, pengrajin anyaman di desa ini memasarkan produk-produknya melalui bazar, pameran, dan media sosial seperti Instagram dan Facebook.

4. Jejak anyaman kini sudah di tangan generasi ketiga

Generasi pertama adalah neneknya yang menganyam tikar untuk kebutuhan sendiri. Kemudian dilanjut oleh Ibunya menjadi generasi kedua. Dari sini, Eva mengatakan sudah mulai menjual hasil anyaman keluar daerah.

“Berkembangnya itu hanya sajadah, itu pun bentuk lembaran dan itu turun temurun dilakukan masyarakat ini," cerita Eva.

Dilanjut oleh Eva dengan penuh ketekunan dan kreativitasnya, kini ia berhasil mengembangkan produk anyaman menjadi berbagai macam kerajinan yang lebih modern di pangsa pasar.

Produk lain yang telah berhasil hingga ke luar negeri adalah sandal. Produk ini sampai ke Singapura dan tikar ke Yunani serta Amerika dengan bantuan pihak ketiga.

“Dulu, anyaman hanya sebatas tikar. Tapi sekarang, kita sudah bisa membuat tas, dompet, dan berbagai produk lainnya. Bahkan, produk kita sudah sampai ke luar negeri seperti Yunani dan Singapura," katanya.

Meski menurut Eva, generasi muda kurang tertarik dengan kerajinan anyaman. Namun, peluang bisnis ini sangat menjanjikan.

Dia berharap dengan dukungan dari berbagai pihak, kerajinan anyaman pandan di Pantai Cermin Kanan dapat terus berkembang dan menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat.

“Saya berharap agar produk-produk dari desa kami ini dapat dipromosikan oleh Astra, sehingga memperoleh perhatian lebih dari masyarakat," pungkas Eva dengan penuh harapan.

5. Diharapkan program Astra di Desa Pantai Cermin Kanan menjadi contoh bagi desa lain

Head of Internal Communications Astra, Wisnu Wijaya mengungkapkan harapannya agar program-program yang dijalankan Astra di Desa Pantai Cermin Kanan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain.

“Kami berharap tulisan ini dapat mengangkat aspirasi masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan dan solusi apa yang dapat diberikan oleh program-program Astra," ujar Whisnu.

Menurutnya, desa ini memiliki potensi yang sangat besar, terutama dalam bidang kerajinan anyaman pandan. "Dengan potensi yang ada, kami yakin program-program Astra dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi desa," tambah Wisnu.

Astra, melalui program Kampung Berseri Astra (KBA), telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan. Program-program yang dilaksanakan fokus pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas hidup, dan pelestarian lingkungan.

“Kami ingin memastikan bahwa program-program kami benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kami selalu melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program," jelas Whisnu.

Anyaman pandan merupakan salah satu potensi unggulan Desa Pantai Cermin Kanan. Dengan dukungan Astra, kerajinan anyaman pandan diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat.

Whisnu berharap melalui program-program KBA, masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan dapat semakin mandiri dan sejahtera. Selain itu, ia juga berharap desa ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengembangkan potensi lokal.

“Kami berharap kisah sukses Desa Pantai Cermin Kanan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki," tutup Whisnu.

Desa Pantai Cermin Kanan memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri anyaman dan produk lokal lainnya. Pengrajin dan warga desa berharap agar dukungan dari Astra dan pemerintah dapat terus diberikan agar desa ini dapat terus bertumbuh dan berkembang.

Baca Juga: Penutupan PON 2024 Aceh-Sumut Meriah, Sampai Jumpa di NTT-NTB 2028

Berita Terkini Lainnya