Tayang di Serial Netflix, Ini Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser

Jadi Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2004

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia yang luasnya mencapai 1.094.692 hektar. Pemerintahannya berada di dua provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara. 

Menariknya cerita soal TNGL akan diulas dalam seri Netflix bertajuk "Our Great National Parks". Film ini akan dipandu Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama.

Beriku sejarah soal Taman Nasional Gunung Leuser yang perlu kamu tahu.

1. Berubah menjadi Taman Nasional pada tahun 1980

Tayang di Serial Netflix, Ini Sejarah Taman Nasional Gunung LeuserTaman Nasional Gunug Leuser (https://www.instagram.com/p/B9bveDiAGPo/)

Hutan ini dominan di Aceh Timur, Aceh Selatan dan Langkat Sumatera Utara. Hutan hujan tropis ini membentang di Pegunungan Barisan dan mencakup tiga taman nasional utama yaitu Bukit Barisan Selatan, Kerinci-Seblat, dan Gunung Leuser.

Pada tahun 1973 sebuah organisasi Swiss mendirikan pusat rehabilitasi orangutan di Bukit dengan tujuan untuk merehabilitasi orangutan yang dilepaskan dari penangkaran. Penjaga hutan di pusat tersebut mengajari orangutan semua keterampilan yang diperlukan untuk bertahan hidup di alam liar. 

Setelah masa karantina yang intens, penyesuaian kembali ke habitat alami dan reintegrasi ke populasi semi-liar, orangutan dilepaskan kembali ke hutan. Semua orangutan yang dilepasliarkan masih dipantau oleh para ranger dan tetap diberikan makanan tambahan di tempat pemberian pakan sampai orangutan menjadi mandiri sepenuhnya.

Pada tahun-tahun setelah kedatangan pusat rehabilitasi, semakin banyak wisatawan yang menemukan akses ke Bukit Lawang dan menjadi salah satu tujuan paling populer di Sumatera. 

Didirikan pada tahun 1980, Taman Nasional Gunung Leuser meliputi area seluas 1.092.692 hektar di dua provinsi yaitu Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Gunung Leuser sebagian besar terletak di wilayah Aceh Tenggara yang meliputi wilayah Aceh timur, Aceh selatan, dan Langkat (bagian dari Sumatera Utara), serta lebih dari 100 kilometer dari Pegunungan Bukit Barisan.

Berdasarkan penjelasan itu juga, tidak heran jika taman nasional ini terdiri dari daerah pegunungan yang curam dan hampir tidak dapat diakses, dengan ketinggian berkisar dari 0 meter di Kluet hingga 3.381 meter di puncak Gunung Leuser (Aceh Tenggara).

Taman nasioanl ini dahulunya terdiri dari berbagai cagar alam: Cagar Alam Gunung Leuser, Cagar Alam Kappi, Cagar Alam Kluet, Suaka Margasatwa Sikundur Langkat, Stasiun Penelitian Ketambe, Singkil Barat dan Dolok Sembilin.

2. Terjadi Banjir Bandang Bukit Lawang pada tahun 2003

Tayang di Serial Netflix, Ini Sejarah Taman Nasional Gunung LeuserKapal Bambu Restoran Bukit Lawang (tripadvisor)

Banjir bandang melanda Bukit Lawang pada 2 November 2003 dengan gelombang pasang air setinggi sekitar 20 meter. Banjir tersebut memusnahkan semua yang dilaluinya. Bencana yang diakibatkan oleh illegal logging tersebut menghancurkan tempat-tempat wisata lokal dan berdampak buruk pada industri pariwisata lokal dan bangkit kembali pada Juli 2004.

3. Ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2004

Tayang di Serial Netflix, Ini Sejarah Taman Nasional Gunung LeuserPotret perkebunan milik warga berbatasan langsung Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). (Saddam Husein for IDN Times)

Bersama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Leuser adalah Situs Warisan Dunia UNESCO yang terdaftar pada tahun 2004. Pada tahun 2011,  Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera ini ditetapkan sebagai daftar situs warisan dunia hampir punah.

Mencakup hingga 7927 km2 dan melintasi perbatasan provinsi Sumatera Utara dan Aceh, ini adalah salah satu tempat terakhir di dunia dengan orangutan yang terancam punah yang hidup di alam liar. Wilayah ini juga merupakan habitat satwa liar lainnya: Gajah, badak, harimau, siamang, monyet daun Thomas, kera dan owa hanyalah segelintir dari ribuan spesies yang ditemukan di ekosistem unik ini. 

Berbagai ekosistemnya terdiri dari sungai, gunung berapi, dan danau. Hutan hujan ini sangat beraneka ragam, menampung sekitar 750 spesies hewan yang berbeda dan kekayaan jenis tumbuhan yang sangat banyak dengan sekitar 10.000 spesies tanaman, termasuk Rafflesia Arnoldi dan Amorphophallus titanum.

Baca Juga: Galeri Ulos Sianipar, Pasarkan Kerajinan Tradisional Lewat Cara Modern

Topik:

  • Arifin Al Alamudi
  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya