TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Judo Raih 1 Perak 5 Perunggu PON 2024, PJSI Sumut Sorot Kualitas Wasit

Terutama saat penilaian nage no kata dan ju no kata

Aksi pejudo Sumut Fadli Ardiansyah Manik dan Krisjon Simorangkir pada kelas nage no kata PON 2024 di Gor Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (13/9/2024) (IDN Times/Doni Hermawan)

Banda Aceh, IDN Times- Cabang olahraga judo Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 telah berakhir Sabtu (14/9/2024). DKI Jakarta menjadi juara umum dengan raihan 7 emas, 3 perak dan 4 perunggu. Sementara Sumatra Utara harus puas dengan raihan 1 perak dan 5 perunggu.

Diketahui atlet Sumut yang meraih medali adalah Diki Hartato meraih perak di kelas -81 kg, Nanda Olivia Banurea perunggu di kelas -70 kg, Helena Susyen perunggu di kelas -78 kg, Willi Pratama perunggu di kelas -90 kg, M Okky Wicaksono perunggu di kelas -100 kg dan Fadli Ardiansyah Manik/Krisjon Simorangkir di kelas nage no kata.

Capaian ini mengakhiri paceklik medali cabor judo yang terakhir diraih pada PON 2012 Riau. Saat itu Sumut meraih 1 perak lewata Riki Ramadhani.

Ketua Pengprov Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Sumatra Utara Muhammad Arief Fadhillah mengatakan peluang mereka meraih emas terkubur, terutama di kategori kata yang jadi tumpuan. Ia menyoroti kepemimpinan wasit.

"Satu perak dan lima perunggu kita syukuri, tapi terus terang jauh dari target kita tiga emas. Harusnya kita dapat. Mungkin ini pertandingan dari planet lain. Dari PON ini terlihat matinya sportivitas di judo," kata Arief, Minggu (15/9/2024).

1. Keputusan pengadil mencederai sportivitas

Ada beberapa hal yang disebut Arief mencederai nilai-nilai sportivitas. Yakni bersumber dari keputusan pengadil yang menurutnya merugikan Sumut saat penilaian kelas nage no kata dan ju no kata (seni gerak putra dan putri). Diketahui untuk nage no kata Jawa Timur meraih emas, Jawa Barat perak, Sumut dan Jawa Tengah meraih perunggu. Sementara ju no kata, emas diraih Bali, perak milik Jawa Barat, perunggu diraih Jawa Tengah dan Banten.

Saat itu Sumut mendapat penilaian yang jauh dari ekspektasi. Padahal dengan performa yang sudah maksimal. Nage no kata akhirnya meraih perunggu. Sementara ju no kata tidak lolos penyisihan. Sejauh ini mereka sudah berlatih 2 bulan di Bali dan 2 bulan Vietnam.

"Pertama dari ju no kata dan nage no kata kita yang memang prioritasnya emas yang memang levelnya udah levelnya Asia Tenggara. Sebelum even PON ini kita beberapa bulan lalu ikut kejuaraan South East Asia di Bali. Saat itu meraih perak. Saingannya cuma Vietnam yang dapat emas. Ketua Dewan Juri Kata Asia Tenggara sebut level kita sudah di atas. Tapi di PON ini, atlet kita yang biasanya nilainya cuma 400-an di PON bisa hanya 337. Entah darimana penilaiannya kita gak tahu," kata Arief.

2. IJF sudah memberlakukan beberapa variasi teknik gerakan baru

Arief memertanyakan sistem penilaian kata yang diterapkan PB PJSI selaku penyelenggara. Diketahui saat ini International Judo Federation (IJF) sudah memberlakukan beberapa variasi teknik gerakan baru.

"Apakah gak mau maju, tetap dengan sistem yang lama. Karena peraturan IJF dan segala macamnya itu sudah update. Berarti kalau memang seperti itu PB gak mau maju, tetap pakai sistem yang lama. Kalau begini gak bakal bisa Indonesia untuk berpeluang medali di SEA Games atau yang di atas level internasional, karena jauh juga ketertinggalan Indonesia," kata Arief.

Kemudian ada beberapa hal kontroversial lainnya dari keputusan wasit saat kategori tarung yang dianggapnya merugikan Sumut.

"Kesalahan kecil kita dibuat fatal, kesalahan orang gak dihitung mereka. Puncaknya pada beregu campuran, kita ada peluang perunggu. Di situ, pada saat kedudukan 3-3. Secara technical handbook dan peraturan jelas tertulis, dilakukan drawing untuk pertandingan penentu dengan kelas yang diacak berdasar undian. Pada saat dicabut keluar angka -90 kg. Di mana kelas itu kita punya pejudo terkuat Diki Hartato (peraih perak kelas -81 kg). Namun tiba-tiba panpel bilang hanya tes, kemudian diulang dan keluarlah kelas -57 kg. Pada akhirnya kita kalah di situ sehingga perunggu jadi milik Jawa Timur," kata pria yang berprofesi sebagai notaris itu.

3. PJSI Sumut akan memersiapkan kekuatan terbaiknya untuk PON berikutnya

Begitupun meski membawa pulang kekecewaan, PJSI Sumut akan berbenah memersiapkan kekuatan terbaik untuk PON berikutnya.

"Judo Sumut gak akan mundur membuat perubahan. Kalau kami dibuat seperti ini, kita lihat lagi ke depan. Saya akan buat tim Sumut ini dua tingkat di atas Indonesia. Biar jelas menangnya mutlak, jadi gak ada lagi wasit bisa mengintervensi," tambahnya.

Sementara Sekretaris PJSI Sumut yang juga pelatih Kata Sumut Josef Yus mengaku sangat kecewa dengan kualitas perwasitan judo di Indonesia. Dari hasil PON, kiblat kata Indonesia masih kabur.

"Hasil kata sangat mengecewakan, menunjukkan kualitas perwasitan di Indonesia yang sangat lemah dan tidak punya kiblat mau ke mana, Kalau dikatakan kita IJF. Anak-anak kita harusya dapat poin yang baik. Karena saat kejuaraan tingkat ASEAN di Bali dengan wasit Asia Tenggara. Anak-anak Sumut bisa mendapat nilai yang tinggi. Sewaktu kita di Penang Open, wasitnya IJF, juga dapat juara 1 nageno kata, dan peringkat 2 ju no kata. Tapi di negara sendiri, kita bahkan seperti tidak ada apa-apanya," katanya.

Padahal menurutnya dari pandangannya dan masukan dari Ketua Dewan Juri Kata Asia Tenggara Tai Tahn Nguyen, teknik yang dikeluarkan pada pejudo Sumut sudah benar. Sementara banyak penampilan pejudo dari daerah lain yang salah. Namun justru mendapatkan gelar juara.

"Saya bagian dari juri kata Indonesia bingung. In kiblatnya ke mana?Mau main sendiri? Ikut kodokan (teknik lama) tidak. Hasilnya latihan kodokan atlet DKI, mereka tersingkir mudah. Kalau IJF berarti sesuai apa yang diajarkan Sensei Tai selaku Direktur Kata Asia Tenggara. Sekarang SEA Games Indonesia gak pernah juara. Mau dibawa ke mana kata Indonesia ke tingkat internasional. Apakah kita puas dengan mengakali judo di Indonesia ini?," pungkasnya.

Baca Juga: Sumut Tambah 2 Medali Perunggu Judo PON 2024

Berita Terkini Lainnya