Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang Terlupakan

Nama C Simanjuntak menjadi nama jalan di Yogyakarta

Bagi warga Yogyakarta, nama Cornel Simanjuntak sangat familiar. Karena nama Cornel Simanjutak atau yang sering disapa C Simanjuntak menjadi nama jalan di Kota Yogyakarta. Yakni berada di Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman.

Ia merupakan seorang pencipta lagu-lagu heroik dan patriotik Indonesia dan juga ikut bertempur melawan penjajah. Salah satu lagunya yang popular hingga saat ini adalah Maju Tak Gentar.

Cornel meninggal dunia pada 15 September 1946 saat usianya masih 25 tahun. Berstatus lajang atau belum pernah menikah. 

Awalnya ia dimakamkan di Pemakaman Kerkop Yogyakarta. Namun pada 10 Nopember 1978, kuburannya dibongkar. Tulang belulangnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Semaki, Yogyakarta.

Ia dianggap sebagai pahlawan sehingga tak perlu heran jika namanya dijadikan nama jalan di Yogyakarta.

Meski lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, namun nama pahlawan bersuku Batak Toba ini bak dilupakan. Di Kota Medan, ibu kota Sumut, tidak ada satu jalanpun yang menggunakan nama Cornel Simanjutak.

Berdasarkan penelusuran IDN Times, selain di Jogja, nama Cornel Simanjuntak hanya ditemukan di Kota Pematang Siantar, tepatnya di Kelurahan Martimbang, Kecamatan Siantar Selatan.

Yuk simak perjalanan hidup Cornel Simanjuntak, pencipta lagu dan pahlawan bersuku Batak Toba yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Yogyakarta.

1. Tak pernah sekolah musik secara formal

Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang TerlupakanCornel Simanjuntak (Dok. Wikipedia)

Cornel Simanjuntak lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara tahun 1921 dari keluarga pensiunan polisi kolonial.

Cornel tamatan HIS St. Fransiscus Medan, 1937, HIK Xaverius College Muntilan 1942.

Kemudian Ia menjadi guru di Magelang beberapa bulan. Lalu pindah ke Jakarta dan menjadi guru SD Van Lith.

Namun karena bakat seninya yang besar, ia beralih profesi ke Kantor Kebudayaan Jepang, Keimin Bunka Shidosho. Di sanalah ia menciptakan lagu propaganda Jepang antara lain: Menanam Kapas, Bikin Kapal, Menabung — yang paling populer di antaranya berjudul Hancurkanlah Musuh Kita.

Guru musiknya adalah Pater J. Schouten dan Ray serta juga mendiang Sudjasmin.

Secara formal, Cornel Simanjuntak tidak pernah mengikuti pendidikan musik. Satu-satunya pendidikan musik yang pernah diterimanya hanya berupa pendidikan ekstrakurikuler musik yang terdapat di Xaverius College Muntilan.
 
Bermusik lewat ekstrakurikuler merupakan keistimewaan di Xaverius College. Para pengajar mewajibkan para siswa mendalami alat musik simfoni yang sudah tersedia. Kondisi inilah yang membuat Cornel Simanjuntak menggali bakat seni musiknya.

Kebetulan, di Xaverius College Muntilan saat itu ada seorang pengajar musik andal bernama Pater J. Schouten. Sosok Schouten sangat berpengaruh bagi Cornel Simanjuntak.

Ia dikenal sebagai pengajar yang senang berbagi dengan siswanya. Jika sedang tidak sibuk, ia biasanya mengajak beberapa siswanya, termasuk Cornel, yang dinilai berbakat untuk menggembleng pengetahuan musik mereka.

2. Bekerja dengan Jepang, namun menciptakan lagu-lagu propaganda

Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang TerlupakanTentara Jepang (Dok. boombastis.com)

Pada 1942, pasukan fasis Jepang masuk ke Pulau Jawa. Kehidupan di beberapa daerah termasuk Magelang menjadi kacau. Kegiatan sekolah dihentikan karena para pastor ditawan Jepang.

Cornel Simanjuntak yang sedang menempuh tahun pendidikan terakhir yang seharusnya ujian langsung dianggap lulus. Berbekal ijazah darurat, Cornel bisa menjadi guru di Magelang.

Sempat menjadi guru di Magelang, tetapi tak lama. Ia berhenti dan sempat tak ada kabar.

Cornel rupanya pindah pindah ke Jakarta pada 1943. Sempat menjadi guru di SD Van Lith, tetapi karena bakat seninya lebih menonjol ia kemudian bekerja di Kantor Kebudayaan Jepang (Keimin Bunka Shidosho).

Di Ibu Kota, Cornel bergaul dengan seorang komponis Jepang, Nobuo Lida. Di lembaga ini ia juga ditugasi membuat lagu-lagu propaganda.

Banyak lagu diciptakannya: "Menanam Kapas", "Menabung", "Bekerja", "Bikin Kapal, "Asia Sudah Bangun", "Hancurkan Musuh Kita", "Awaslah Inggeris dan Amerika", dan "Mars Pasukan Sukarela".

Bekerja dengan Jepang yang menyengsarakan rakyat Indonesia membuat Cornel dikecam oleh para aktivis anti-Jepang. Namun Cornel punya alasannya. Menurutnya lewat lembaga buatan Jepang ia bisa mendidik rakyat Indonesia.

Keinginan Cornel adalah tetap berkarya demi dirinya dan bangsa, jadi daripada dibungkam lebih baik ia mengikuti apa yang Jepang inginkan.

Pada akhir 1944, di bawah tekanan Jepang kehidupan rakyat Indonesia semakin terpuruk. Banyak orang kelaparan hingga meninggal karena beras susah didapat. Kesulitan itu juga dialami komponis Cornel Simanjuntak dan kawan-kawannya di Jakarta.

Cornel memang punya uang dari hasil kerjanya di Keimin Bunka Shidosho, tetapi itu belum cukup. Uang yang diperolehnya tidak bernilai, pedagang beras bahkan lebih suka menukar berasnya dengan barang berharga ketimbang uang. Oleh karena itu, Cornel lebih memanfaatkan honor yang ia dapat untuk membeli buku dan pakaian bekas.

Agar dapur tetap ngepul, Cornel bersama dua temannya Binsar Sitompul dan Gayus Siagian menjual arang. Mereka pun punya siasat agar arangnya cepat laris, yaitu menawarkan pada kenalan terdekat.

Salah satu sasaran Cornel ialah sesama pencipta lagu, Ibu Sud, yang tinggal di kawasan Menteng. Cornel sudah kenal Ibu Sud sejak lama.

Cornel banyak belajar musik dari Ibu Sud sejak pindah ke Jakarta. Ibu Sud menjadi orang pertama yang siap mendengar bila Cornel membuat lagu baru. Selain itu, Ibu Sud juga yang menganjurkan Cornel mengikuti les menyanyi pada Ny. Kempers, seorang guru musik berkebangsaan Belanda.

3. Ikut berperang dan kakinya tertembak

Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang TerlupakanCornel Simanjuntak (Dok. Wikipedia)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, api revolusi menggelora di setiap pemuda dan rakyat di mana saja. Cornel saat itu pun vakum sementara dari dunia musik karena memilih angkat senjata.

Sekitar tahun 1945-1946, ia berperang melawan tentara Gurkha/Inggris. Malang, dalam sebuah pertempuran di daerah Senen - Tangsi Penggorengan Jakarta, pahanya tertembak.

Ia terpaksa dirawat di rumah saki. Belum sembuh benar, ia diselundupkan ke Karawang karena Gurkha melakukan pembersihan.

Dari Karawang ia dikirim ke Yogyakarta. Di kota inilah kemudian lahir lagu-lagu yang heroik dan patriotik. Antara lain: Tanah Tumpah Darah, Maju Tak Gentar, Pada Pahlawan, Teguh Kukuh Berlapis Baja, Indonesia Tetap Merdeka.

Peluru di paha Cornel konon tetap bersarang ketika penyakit kronis TBC menyerangnya — dan langsung menumbangkannya ke liang lahat. Ia meninggal pada tanggal 15 September 1946 di Sanatorium Pakem, Yogya, dalam status perjaka. Ia dimakamkan di Pemakaman Kerkop Yogyakarta.

4. Kuburan C Simanjuntak dibongkar dan dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan

Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang TerlupakanTaman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta (Dok. Wikipedia)

Setelah 32 tahun kematiannya, seniman yang tergabung dalam ‘Sasana Vocalia Yogya’ mengusulkan makam Cornel Simanjuntak dipindahkan ke Makam Pahlawan. 

Namun terkendala Cornel tidak memiliki bintang jasa. Ia hanya mewariskan tanda kehormatan Piagam Satyalancana Kebudayaan yang dianugerahkan pada tahun 1961 oleh Pemerintah Indonesia.

Letkol Suharsono S., Dan Dim 0734 Yogya, menganggap Satyalancana itu setingkat dengan Bintang Gerilya atau bintang-gemintang lainnya. Jadi bisa dipakai sebagai tiket masuk Mahkam Pahlawan, asal ada izin keluarga.

Proses pemindahan akhirnya berhasil setelah KSAD Jenderal Widodo memberikan persetujuan.

Dari Kerkop, kerangka sempat diinapkan di Art Gallery Senisono di samping Gedung Agung. Gedung ini dianggap pusat kesenian Yogya. Selama itu lagu-lagu mendiang berkumandang terus-menerus dibawakan oleh sejumlah bocah dari Paduan Suara Bocah Bocah Sasana Vokalia.

Tanggal 10 Nopember 1978, serentetan tembakan salvo mendampingi prosesi ketika sisa-sisa tubuh Cornel Simanjuntak dalam liang lahat yang lebih terhormat di Taman Makam Pahlawan Semaki.

“Gugur sebagai seniman dan prajurit tanah air,” demikian kalimat di batu nisan Cornel Simanjuntak.

5. Berikut lagu-lagu Cornel Simanjuntak yang popular

Mengenal Cornel Simanjuntak, Pahlawan Asal Sumut yang TerlupakanCornel Simanjuntak (Dok. Wikipedia)

Sangat banyak lagu-lagu ciptaan Cornel Simanjuntak. Namun ini beberapa lagu ciptaannya yang paling dikenal:

  1. Maju Tak Gentar
  2. Bungaku
  3. Tanah Tumpah Darahku
  4. Kemuning
  5. Mekar Melati
  6. Oh, Angin
  7. Topan
  8. Pada Pahlawan
  9. Tjitra

Baca Juga: Jangan Lupakan Sejarah! Ini 12 Sosok Pahlawan Nasional dari Sumut

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya