Mengenal Agama Pamena Dalam Budaya Masyarakat Karo

Ada beberapa pemahaman Dibata menurut orang Karo

Agama Pamena ini dianut kala itu karena masyarakat Karo belum mengenal ajaran beragama yang berketuhanan, tapi meyakini adanya Dibata yaitu pencipta langit bumi beserta isinya.

Dibata Nidah adalah makhluk ciptaan yang berarti Kalibumbu dalam silsilah Tutur Karo. 

Berikut beberapa hal seputar Agama Pamena.

Baca Juga: Resep Makanan Khas Karo Tasak Telu

1. Sejarah Suku Karo

Mengenal Agama Pamena Dalam Budaya Masyarakat Karocorrecto.id

Suku Karo merupakan percampuran dari ras Proto Melayu dengan ras Negroid (Negrito), percampuran ini disebut Umang. Hal ini terungkap dalam legenda Raja Aji Nembah yang menikah dengan Puteri Umang. Umang tinggal di dalam goa dan sampai sekarang masih dapat dilihat bekas-bekas kehidupan umang di beberapa tempat.

Pada abad pertama setelah masehi, terjadi migrasi orang India Selatan ke Indonesia termasuk ke Sumatera, mereka beragama Hindu.

Pada abad ke-5, terjadi gelombang migrasi India yang memperkenalkan Agama Budha dan Tulisan Nagari. Tulisan Nagari ini yang menjadi cikal bakal Aksara Batak, Melayu, dan Jawa Kuno. 

Orang-orang dari India Selatan yang datang ke Tanah Karo memperkenalkan ajaran Pamena yang artinya kepercayaan awal orang Karo atau pertama. Mereka juga memperkenalkan beberapa aksara yang kemudian menjadi Aksara Karo, akhirnya orang-orang Karo mulai mengenal agama dan menganutnya. 

2. Ada beberapa pemahaman Dibata menurut orang Karo

Mengenal Agama Pamena Dalam Budaya Masyarakat Karohttps://lirik-lagukaro.blogspot.com/2011/05/sembiring-meliala-mergana-si-telu-nini.html

Dibata, masyarakat Karo percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat adalah merupakan ciptaan Dibata. Ada pemahaman Dibata menurut orang Karo yakni:

Dibata Datas, disebut juga Guru Batara yang memiliki kekuasaan dunia atas(angkasa).

Dibata Tengah, disebut juga Tuhan Padukah Ni Aji yang menguasai dan memerintah di bagian dunia kita ini.

Dibata Teruh, juga disebut Tuhan Banua Koling yang memerintah di bumi bagian bawah bumi.

Selain itu ada dua unsur kekuatan yang diyakini yaitu Sinar Mataniari (sinar matahari) dan Si Beru Dayang. Sinar Mataniari adalah simbol cahaya dan penerangan, ia ada saat matahari terbit sampai matahari terbenam.

Dia mengikuti perjalanan matahari dan menjadi penghubung antara 3 Dibata, Si Beru Dayang sering terlihat dalam Pelangi. Ia bertugas membuat dunia tengah tetap kuat dan tidak digoncangkan angin topan.

3. Manusia dalam kepercayaan masyarakat Karo

Mengenal Agama Pamena Dalam Budaya Masyarakat Karoinstagram/ekisebayang

Manusia dalam kepercayaan masyarakat Karo terdiri dari: Tendi(Jiwa) Begu(Roh orang yang sudah meninggal/hantu) Kula(Tubuh)

Ketika seseorang meninggal, maka Tendi akan hilang dan tubuhnya akan hancur, namun Begu tetap ada. Tendi dengan tubuh merupakan kesatuan yang utuh, ketika Tendi berpisah dengan tubuh maka seseorang akan sakit. 

Pengobatan dilakukan dengan mengadakan pemanggilan Tendi, jika Tendi tidak kembali maka yang terjadi adalah kematian. Orang Karo meyakini alam semesta dipenuhi oleh Tendi, setiap titik di alam semesta mengandung Tendi. Kesatuan dari keseluruhan Tendi yang meliputi segalanya ini disebut Dibata, sebagai kesatuan totalitas dari alam semesta.

Setiap manusia dianggap sebagai semesta kecil. Manusia merupakan kesatuan dari Kula(Tubuh), Tendi(Jiwa), Pusuh Peraten(Perasaan), Kesah(Nafas), dan Ukur(Pikiran).

Setiap bagian berhubungan satu sama lain. Kesatuan ini disebut dengan keseimbangan dalam manusia. Daya pikir manusia dianggap bertanggung jawab keluar, guna menjaga keseimbangan dalam dan luar. 

Bentuk pemahaman ini menggambarkan manusia sebagai semesta besar. Manusia merupakan kesatuan dari dunia gaib, sosial, dan lingkungan alam sekitar. Hal ini menunjukkan suatu pandangan bahwa keseimbangan alam semesta kecil tidak akan sempurna tanpa tercapainya alam semesta luar.

Karenanya banyak orang karo melakukan acara-acara adat dengan tujuan mencapai keseimbangan pada diri manusia tersebut.

Baca Juga: Pasca Gunung Sinabung Meletus, Ini 7 Tempat Wisata Baru di Tanah Karo

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya