Wabah Babi Afrika, Edy Rahmayadi Belum Terima Salinan Keputusan Mentan

Kata Edy, rakyat tidak boleh rugi jika ada pemusnahan babi

Medan, IDN Times – Wabah yang menyerang ternak babi di Sumatera Utara terus merebak. Sudah 16 kabupaten yang terdampak. Totalnya sudah 30 ribu babi yang mati.

Awalnya, kematian babi itu disebut karena virus Hog Cholera. Meskipun sudah ada indikasi soal African Swine Fever (ASF). Virus yang menyerang babi dan belum ditemukan vaksinnya.

Belakangan, dokumen salinan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang pernyataan wabah penyakit demam babi afrika (African Swine Fever) di beberapa kabupaten/kota di Sumut beredar di media sosial. Khususnya di aplikasi percakapan Whatsapp.

1. Gubernur Edy Rahmayadi belum menerima salinan

Wabah Babi Afrika, Edy Rahmayadi Belum Terima Salinan Keputusan MentanPetugas melakukan penyemprotan disinfektan ke peternakan babi di Kabupaten Karo (Prayugo Utomo/IDN Times)

Hingga kini, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi belum menerimanya. "Saya belum (menerima), tapi saya sudah dengar. Itu perlu keabsahaan," kata Edy, Jumat (20/12).

Menurut Edy, konsekuensi keputusan itu adalah pemusnahan seluruh babi. Lalu kemudian baru diperbolehkan memelihara babi kembali.

Baca Juga: Sudah 30 Ribu Ekor Babi Mati di Sumut, Bio Security Masih Diandalkan

2. Rakyat tidak boleh rugi jika ada pemusnahan babi

Wabah Babi Afrika, Edy Rahmayadi Belum Terima Salinan Keputusan MentanPetugas BPBD menarik bangkai babi yang mengapung di Danau Siombak, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Jika nantinya akan dimusnahkan, rakyat yang memelihara babi tidak boleh dirugikan. Harus ada ganti rugi kepada masyarakat.

"Rakyat ini juga harus tahu,  jangan dengan demikian nanti menjadikan hal-hal yang tidak baik, terus dimasukkan babi-babi dari mana-mana, hanya sekedar untuk mengambil ganti rugi ini. Tapi saya yakin rakyat kita tidak demikian, ini adalah musibah untuk kita," ungkapnya.

Pihaknya juga akan mempelajari penetapan ASF. Supaya mereka tahu, sampai kapan wabah tersebut akan habis. Sedangkan untuk anggaran akan diterima dari pemerintah pusat.

“Kalau itu dari wabah nasional, pasti dari pusat lah. Pelaksanaannya daerah," katanya.

3. Kadis Pertanian juga belum tahu soal penetapan ASF

Wabah Babi Afrika, Edy Rahmayadi Belum Terima Salinan Keputusan MentanBangkai babi di Danau Siombak, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, diduga sengaja dibuang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab (IDN Times/Prayugo Utomo)

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap juga mengatakan hal yang sama dengan Edy. Pihaknya belum menerima salinan Kepmentan soal ASF.  

"Deklarasi apa itu? Mana? Sampai saat ini belum. Kalau deklarasi kan diumumkan, bukan diberikan," katanya.

Azhar mengaku tidak tahu dari mana salinan Kepmentan yang beredar itu berasal. Jika nanti diumumkan, pihaknya akan melakukan konfirmasi.

Soal pengendalian wabah, Pihaknya masih mengandalkan Bio Security. Mulai dari melarang lalu lintas keluar masuk babi, penyemprotan disinfektan dan lainnya.

Saat ini, tercatat sudah 30 ribu ekor babi yang mati. Dairi, Karo dan Deli Serdang termasuk kasus kematian yang terbanyak.

Baca Juga: Selain Hog Cholera, Babi di Sumut Diindikasi  Kena Demam Babi Afrika

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya