Suami Diopname, Istri Ditemukan Tewas Tergantung di Rumah

Suami mendapat kabar istrinya lewat panggilan video

Serdangbedagai, IDN Times – Seorang suami di Kabupaten Serdang Bedagai berinisial JS  berduka. Istrinya harus meninggal dengan cara yang tragis.

Sang istri yang berinisial MP (25) ditemukan gantung diri di dalam rumahnya di kawasan Kecamatan Perbaungan. Jenazah MP ditemukan tergantung pada Senin (8/11/2021) petang.

1. Sang suami sedang dirawat di rumah sakit saat istrinya gantung diri

Suami Diopname, Istri Ditemukan Tewas Tergantung di RumahIlustrasi rumah sakit. IDN Times/Arief Rahmat

Kepala Seksi Humas Polsek Perbaungan Ajun Komisaris Sopiyan menjelaskan, awalnya mereka mendapat informasi dari masyarakat terkait ada orang yang gantung diri. Polisi kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi.

Mereka bertemu dengan JS, suami pelaku gantung diri. Dari JS siketahui bahwa informasi soal istrinya gantung diri didapatnya dari panggilan video.

“Saat itu, JS sedang dirawat di rumah sakit di Perbaungan. Kemudian dia mencoba melakukan penggilan video ke ponsel korban,” ungkap Sopiyan, Selasa (9/11/2021).

Baca Juga: 5 Tempat Makan Paling Hits di Tebing Tinggi, Wajib Singgah!

2. Anak JS memperlihatkan ibunya yang sudah meninggal dalam keadaan tergantung

Suami Diopname, Istri Ditemukan Tewas Tergantung di RumahPexels/ Ivan Samkov

Panggilan video itu diangkat oleh anak JS yang masih berusia empat tahun. JS bertanya di mana keberadaan ibunya.

Anak korban kemudian mengarahkan kamera ponsel ke ibunya yang sudah tergantung di pintu dapur.

JS kemudian bergegas pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ternyata dalam keadaan terkunci. Dia kemudian mendobrak pintu dan berhasil masuk. Dia lantas mengevakuasi jenazah istrinya.

3. Polisi mengevakuasi jenazah ke rumah sakit

Suami Diopname, Istri Ditemukan Tewas Tergantung di RumahIlustrasi jenazah (IDN Times/Sukma Shakti)

Polisi yang datang langsung membawa korban ke  RSUD Sultan Sulaiman untuk dilakukan autopsi.

"Dari TKP petugas mendapatkan barang bukti berupa 1 (satu) buah kain panjang/gendong warna biru dengan panjang 2 meter, 3 (tiga) buah bantal kepala,  4 (empat) buah bantal guling, 1 (satu) buah boneka bantal leher,” ujar Sopiyan.

Baca Juga: Pasutri Ini Kawinkan Emas Peparnas, Sudah 13 Medali Koleksi Sumut

4. Depresi bisa berujung pada bunuh diri

Suami Diopname, Istri Ditemukan Tewas Tergantung di RumahIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Depresi dan bunuh diri adalah isu kesehatan mental yang kerap menjadi topik yang kurang disoroti dan mendapat perhatian serius di masyarakat maupun pemerintah. Tak sedikit pengidap depresi diberi label oleh masyarakat sebagai pribadi yang lemah secara fisik dan psikis.

Padahal, depresi jauh lebih kompleks dari hal itu. Menurut ahli kesehatan jiwa, Nova Riyanti Yusuf, depresi dan gangguan bipolar adalah dua penyakit mental yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri. Bipolar sendiri sederhananya adalah penyakit kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis.

Di ranah global, depresi sendiri memang jadi isu penting. Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization), menyebutkan depresi menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi kedua di dunia setelah penyakit jantung.

Bunuh diri, yang biasanya diawali depresi, turut menjadi isu penting. Menurut data dari Into The Light Indonesia, komunitas pencegah bunuh diri di Indonesia, sebanyak 800 ribu jiwa meninggal dunia per tahunnya karena bunuh diri, yang berarti bunuh diri telah merenggut 1 nyawa tiap 40 detik.

Angka kasus bunuh diri di Indonesia sendiri sulit diperoleh. Dikutip dari WHO, data terakhir yang tercatat di badang kesehatan dunia milik PBB tersebut, ada 840 kasus yang terjadi di Indonesia, namun itu adalah data 2013. Bahkan, pada 2005, angka bunuh diri di Indonesia pernah menembus angka 30.000 kasus.

Bunuh diri di Indonesia layak jadi perhatian serius karena menurut Into The Light Indonesia, penanganan yang kurang tepat dan kurang bijak dalam menangani isu ini, akan membuat Indonesia kehilangan sumber daya manusia unggul.

Maka itu, untuk tahap awal memahami apa itu depresi, kita wajib mengetahui apa faktor penyebab penyakit kejiwaan tersebut. Sebagai referensi, menurut Nova Riyanti, faktor lingkungan adalah penyebab terbesar seseorang mengalami depresi. Misalnya faktor ekonomi, perceraian orangtua, hingga perasaan bersalah terhadap sesuatu.

Bagaimana jika keluarga kita sendiri yang menyebabkan depresi? Apa solusinya? Apa yang harus dilakukan?

Satu hal penting dan sangat krusial dari depresi yang dialami seseorang, mereka harus punya teman berbagi cerita, karena itu sangat membantu berproses untuk sembuh seperti sedia kala.

Depresi yang dialami banyak orang membuat mereka berpikir untuk bunuh diri. Butuh waktu berbulan-bulan untuk benar-benar sembuh dan bisa pulih lagi seperti sedia kala secara mental, bagi mereka yang terkena depresi.

Satu pesan penting bahwa depresi tak ada hubungannya sama sekali dengan hal spiritual.

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Baca Juga: Warga Langkat yang Terseret Arus Sungai di Aceh Sudah Ditemukan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya