Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City Walk

Akhir pekan, seperti lautan manusia di KCW

Medan, IDN Times – Kerumunan di Kesawan City Walk (KCW) yang digagas oleh Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution terus menuai kerumunan di tengah pandemik COVID-19. Ribuan orang menyemut di dalam kawasan yang disebut sebagai pusat kuliner itu.

Seperti yang terjadi pada, Sabtu (1/5/2021) malam. Para pengunjung sampai berdesakan di dalam kawasan KCW. Sejumlah petugas Satuan Tugas COVID-19 terus mengingatkan pengunjung, namun kerumunan tetap tidak terelakkan.

Pengunjung didominasi oleh muda mudi. Ada yang sekedar untuk menikmati suasana KCW, ada juga yang ingin mencoba kuliner di sana.

“Cuma mau jalan-jalan saja di sini. Tapi padat sekali. Khawatir juga kena COVID-19,”  ujar Rudi bersama sejumlah teman-temannya.

1. Warga juga berkerumun di pintu masuk KCW

Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City WalkKerumunan di Kesawan City Walk berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Kota Medan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pantauan IDN Times di lokasi, membludaknya pengunjung juga membuat macet jalanan sekitar KCW. Beberapa jalan di kawasan itu juga dijadikan lapak parkir.

Selain di dalam areal, kerumunan juga terjadi di sejumlah pintu masuk. Pengunjung dilarang masuk dengan dalih di dalam areal masih padat. Namun pelan-pelan pengunjung diperbolehkan masuk.

Untuk pengecekan suhu tubuh dilakukan secara acak. Tidak semua orang di tes suhu tubuhnya.

2. Petugas kelimpungan urai kerumunan, jam operasional langgar PPKM Mikro

Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City WalkKerumunan di Kesawan City Walk berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Kota Medan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di lokasi, sejumlah petugas Satgas COVID-19 dan Satpol PP hilir mudik dengan pengeras suara. Mereka mengingatkan pengunjung supaya tidak berkerumun. Ada juga yang langsung meminta supaya kerumunan diberi jarak. Namun setelah petugas pergi, kerumunan terjadi lagi.

“Kami berkolaborasi dengan OPD yang lain. Kita mengupayakan protokol kesehatan tetap berlangsung di area ini. Saat ini pintu sudah kita tutup semua. Dan  pengunjung kita batasi. Itu salah satu upaya yang sungguh-sungguh,” ujar Kepala Satpol PP Medan M Sofyan di lokasi.

KCW juga diduga melanggar jam operasional selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yakni pukul 22.00 WIB. Pantauan di lokasi hingga pukul 22.30 WIB lebih, pengunjung masih berkerumun. Lapak-lapak pedagang masih menjajakan dagangannya.

Kata Sofyan, Satpol PP menurunkan 60 personelnya di sana.  Ditambah sejumlah petugas lain, mulai dari Kepala Lingkungan, Pihak Kelurahan hingga kecamatan. Sofyan tidak tahu pasti berapa jumlah petugas yang ada di lokasi. Namun di lokasi begitu terlihat jumlah petugas tidak sebanding dengan membeludaknya pengunjung. Sofyan pun berdalih saat menjawab pertanyaan soal kerumunan.

“Kita berusaha tidak terjadi kerumunan,” ungkapnya.

Baca Juga: KCW Picu  Kerumunan, Gubernur Edy Minta Tanggung Jawab Pemko Medan

3. Kamera pemantau yang bisa diakses publik di sejumlah titik di Kesawan mati

Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City WalkSalah satu kamera pemantau di Kesawan City Walk. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Fakta yang menarik juga terjadi di KCW. Sejumlah kamera pemantau yang biasa aktif untuk memantau arus lalu lintas tiba-tiba tidak bisa diakses publik. Pantauan dari laman milik Area Control Traffic System (ATCS) medan.marktel.com, setidaknya ada tiga titik kamera pemantau yang tidak aktif. Mulai dari persimpangan Kesawan, depan Rumah Tjong A Fie dan Persimpangan Gedung Lonsum-Lapangan Merdeka. Kamera pemantau itu mati sejak kerumunan di KCW ramai diberitakan dan menuai pro kontra publik. Ini menguatkan dugaan, kamera pemantau dimatikan untuk menghindari kritik publik soal kerumunan itu.

Kepala Dinas Perhubungan Medan Iswar Lubis yang dikonfirmasi terkait hal ini belum memberikan jawaban. Iswar juga tidak menjawab pesan singkat yang dilayangkan kepadanya.

4. Gubernur Edy ancam bubarkan KCW jika tidak patuh

Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City WalkKerumunan di Kesawan City Walk berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Kota Medan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Soal kerumunan di KCW, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi sebenarnya sudah berulang kali mengingatkan. Edy tidak ingin, kerumunan malah menjadi klaster penularan baru seperti yang terjadi di India. Edy pun mengancam akan membubarkan KCW, jika tidak mengindahkan peraturan.

“Saya sudah sampaikam dengan wali kota. Dia sudah diatur,  sedang dikaji dan kalau dia tidak bisa diatur, memang ini sudah ketentuan, melewati waktu ya kita bubarkan. Kita hentikan," ujar Edy, Senin (3/5/2021).

Soal jam operasional yang melewati aturan PPKM Mikro, Edy berjanji akan mengeceknya. Meski pun Edy sebelumnya sudah memberikan ultimatum supaya KCW tidak melanggar aturan PPKM. Edy juga meminta masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Itu dilakukan untuk memperkecil potensi penularan.

5. KCW bisa berpotensi jadi klaster baru penularan COVID-19 dalam jumlah besar

Jadi Pusat Kerumunan, Gubernur Edy Ancam Bubarkan Kesawan City WalkKerumunan di Kesawan City Walk berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Kota Medan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kondisi kerumunan KCW sebenarnya sudah banyak dikritik. Namun nampaknya, evaluasi terhadap program gawean menantu Presiden Joko Widodo itu tidak memberikan perubahan berarti. Kerumunan masih saja terjadi.

Situasi pelik ini menjadi sorotan Ahli Epidemiologi Dicky Budiman. Praktisi dan peneliti Global Health Security dan Pandemi pada Center for Environment and Population Health di Griffith University Australia itu mengatakan, kerumunan di KCW sangat berpotensi menjadi klaster penularan baru COVID-19 di Medan.

“Berisiko sekali, jadi ini yang situasi seperti ini yang terjadi di negara yang mengalami pandemik atau perburukan situasi pandemiknya,” ujar Dicky kepada awak media, Selasa (27/4/2021) lalu.

Pemerintah pun harusnya tegas menyikapi ini semua. Kata Dicky, jangan sampai pemerintah juga sudah merasa aman sehingga membuat kelonggaran. “Saya ingatkan, mall dibuka ataupun aktivitas ekonomi dibuka, bioskop buka itu bukan tanda sudah aman. Tapi itu tanda bahwa ekonomi lagi makin terpuruk dan harus dibuka itu untuk kepentingan ekonomi gitu. Bukan tanda aman. Tanda aman itu adalah, indikator epidemiologi,” ungkapnya.

Saat ini, kata Dicky, masyarakat yang abai sudah merasa aman. Padahal rasa aman itu hanyalah semu. Ada yang menganggap karena sudah dilakukan vaksinasi sehingga merasa aman. “Atau pun mungkin adanya sinyal rasa aman itu datang dari pemerintah setempatnya. Ini makanya pemerintah kabupaten/kota harus terus di manapun, di Indonesia ini belum ada yang aman. Ini ada peran dari pemerintah daerah untuk terus menjaga kewaspadaan publik,” tegas Dicky.

Dengan rasio positivity rate yang masih tinggi itu, risiko paparan juga akan semakin tinggi. Ditambah dengan kerumunan yang disebabkan banyak faktor. “Kita tidak bisa mendeteksi siapa aja yang bawa virus. Inikan berisiko sekali,” tukasnya.

Dalam sebagian besar kasus COVID-19, penderita acap kali tidak menunjukkan gejala apapun. Ini jauh lebih berbahaya karena potensi untuk menyebarkan kepada oranglain lebih besar tanpa disadari.

“Tak bergejala ini bukan berarti tak sakit, tidak bergejala ini tetap ditemukan setengah dari kasus OTG ini mengalami gangguan di organ tubuhnya yang jelas itu paru dan jantung. Itu menandakan kita tak bisa abaikan itu,” ujarnya.

Dicky pun selalu mengingatkan jika menjalankan protokol kesehatan pun tidak bisa menjamin untuk tidak tertular COVID-19. Protokol kesehatan hanya bisa mengurangi potensi untuk tidak terdampak.

Sungguh paradoks jika dilihat di KCW. Petugas mengingatkan, untuk menjalankan 5M mencakup aktivitas memakai masker, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan serta membatasi mobilisasi. Sementara kerumunan masih saja terjadi. 

Untuk diketahui, KCW diresmikan langsung oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution ditengah pandemik COVID-19, tepatnya pada 28 Maret. KCW menjadi salah satu program prioritas Bobby. Dia ingin menjadikan KCW sebagai "The Kitchen of Asia".

"Semua terkenal lezat dan lezat sekali. Selain kelezatan, hal yang dapat menambah nilai adalah mempertontonkan cara memasaknya. Dapur yang dulu di belakang dan tertutup, kini dibuka sehingga orang dapat melihat cara kuliner itu dibuat. Ini akan menjadi entertainment yang dapat menambah nilai kuliner tersebut. Ditambah banyaknya bangunan tua yang memiliki nilai estetika dan sejarah yang tinggi di sepanjang Kesawan. Kita branding program ini sebagai The Kitchen of Asia,” kata Bobby saat peresmian.

Hingga saat ini, kasus COVID-19 di Kota Medan masih terjadi. Sampai saat ini ada 15.378 kasus COVID-19 (data 2 Mei 2021). Medan masih menjadi penyumbang terbanyak kasus di Sumut. Dari jumlah kasus itu, 502 orang meninggal dunia, 649 (positif COVID-19) masih dirawat. Ditambah 732 suspek yang masih dirawat.

Baca Juga: Gubernur Edy Ultimatum Kesawan City Walk Harus Tutup Jam 10 Malam

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya