Gus Yahya: Mungkin Sudah Banyak Juga Copet yang Merasa NU

Pidato Ketum PBNU dalam Rakernas LPTNU di Medan

Medan, IDN Times - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengungkap soal perkembangan organisasi yang dipimpinnya sejak awal berdiri hingga sekarang. Gus Yahya –sapaan akrabnya—mengatakan, perkembangan NU dalam seabad terakhir begitu masif.

Hal itu dikatakannya dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) di Kota Medan, Rabu (8/3/2023). Kata dia, saat ini NU merupakan Organisasi Muslim terbesar di dunia dari negara mayoritas muslim.

Dulu, kata Gus Yahya, di era 1950-an masuk menjadi anggota NU adalah hal yang sulit. Jika seseorang ingin masuk NU, harus melalui berbagai tahapan. “Harus dikurasi beberapa bulan oleh para ulama, sebelum dinyatakan sebagai anggota NU. Itu tahun 1950-an. Karena waktu itu NU merasa berkepentingan sekali menegaskan cirinya sendiri yang membedakan dari yang lain, ungkapnya.

1. Perkembangan pesat dimulai saat NU mulai masuk ke ranah politik

Gus Yahya: Mungkin Sudah Banyak Juga Copet yang Merasa NURapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT-PBNU) di Medan, Rabu (8/3/2023). (Adytias Agung Ramadhan for IDN Times)

Pada 1955 menjadi awal perkembangan NU yang cukup pesat. NU menjadi peserta pemilu saat itu. NU mendapat perolehan suara 18,41 persen. Menduduki posisi ketiga perolehan suara tertinggi setelah PNI dan Masyumi.

Sejak itu, NU terus berkembang. Bahkan, kata Gus Yahya, dari lembaga survei  yang ada menyatakan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia mengaku sebagai warga NU.

“Dulu itu kalau gak nyantri, di pesantren, kuliah ikut PMII itu gak NU. Sekarang HMI ajah dianggap orang NU. Sekarang mungkin sudah banyak juga copet yang merasa NU,” ujar Gus Yahya disambut tawa para undangan.

Baca Juga: Pesan Wapres Ma’ruf, PTNU Butuh Perbaikan Kuantitas dan Kualitas

2. Rakernas harus hasilkan sesuatu yang konkret untuk pendidikan

Gus Yahya: Mungkin Sudah Banyak Juga Copet yang Merasa NUVideo Wapres Ma'ruf Amin memberi kata sambutan dalamRapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT-PBNU) di Medan, Rabu (8/3/2023). (Adytias Agung Ramadhan for IDN Times)

Masifnya perkembangan kuantitas warga NU menjadi aset yang tidak boleh disia-siakan.  Gus Yahya ingin, NU menjadi solusi bagi perkembangan peradaban di Indonesia. Termasuk dalam hal pendidikan.

Dia ingin, ilmu pengetahuan dimanfaatkan sebagai upaya untuk mencapai kemuliaan bagi masa depan umat manusia.

“Dari waktu ke waktu banyak sekali gagasan-gagasan yang luar biasa, yang ada di dalam benak para pemikir, para cendekiawan NU ini, mudah-mudahan rakernas ini bisa menghasilkan sungguh-sungguh hal-hal yang bukan hanya indah di dalam konsep tetapi suatu rencana konkret yang sungguh-sungguh bisa dikerjakan dan bisa kita ukur hasilnya menuju perbaikan,” ungkapnya.

Selain itu, Yahya juga menyatakan bahwa banyaknya lembaga-lembaga pendidikan tinggi di bawah naungan NU perlu dipersatukan menjadi satu sistem dalam membangun kekuatan bersama sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan.

“Bagaimana mengonsolidasikan lembaga-lembaga yang ada itu menjadi satu sistem sehingga bisa bergulat sebagai kekuatan bersama, dalam akumulasi kekuatan bersama dalam mencapai sasaran-sasaran yang lebih strategis,” tegasnya.

3. NU harus memberikan kontribusi untuk kemaslahatan peradaban

Gus Yahya: Mungkin Sudah Banyak Juga Copet yang Merasa NURapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT-PBNU) di Medan, Rabu (8/3/2023). (Adytias Agung Ramadhan for IDN Times)

Lewat dinamika panjang dan sejarah besar, kata Gus Yahya, NU harus semakin memberikan kontribusi kepada kemaslahatan.

"Tidak boleh hanya jadi organisasi canggih saja, karena kalau hanya berfikir begitu maka yang menerima maslahat hanya kaum elit. Sementara, massa rakyat yang luas akan terlalu lama menunggu untuk mendapat maslahat dari pegulatan NU. Agar jangkauan pergulatan lebih luas kita harus membangun format peradaban, dalam arti menyumbangkan sesuatu yang maslahat untuk peradaban dunia," ujarnya.

Jangan sampai NU melulu memukirkan pergulatan politik di kaum elit. Format politik harus memberikan kemulian bagi bangsa.

"LPTNU tidak cukup hanya berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam ilmu pengetahuan, namun juga berfikir bagaimana ilmu pengetahuan dapat memberikan kemuliaan bagi bangsa Indonesia. Hal ini harus dilakukan dengan senantiasa mengamalkan mandat akhlak mulia," pungkasnya.

Baca Juga: Gus Yahya Sebut Medan dan Sumut Punya Sejarah Penting untuk NU

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya