Ekspor Mandek di Masa Pandemik, Karet Sumut Menggunung di Pabrik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times – Pandemik corona yang belum menunjukkan tanda berakhir berdampak parah pada ekspor. Misalnya pada ekspor karet.
Di Sumatera Utara, karet menumpuk di pabrik. Ekspor ke luar negeri mandek karena dampak corona.
1. Ekspor paling cepat bisa dilaksanakan Juni 2020
Penundaan ekspor membuat bisnis karet di Sumut terganggu. Omzet perusahaan pun mandek. Ekspor baru diperkirakan paling cepat dikapalkan pada Juni 2020.
"Stok semakin menumpuk karena di tengah ekspor terganggu, produksi bertambah juga karena sebagian pabrik tetap membeli karet petani langganannya," ujar Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, seperti dilansir dari ANTARA, Selasa (20/5).
Baca Juga: [BREAKING] Oknum TNI di Tapteng Diduga Bunuh Istrinya Sendiri
2. Ekspor tertunda, harga karet naik
Diperkirakan stok masih akan menumpuk, karena selain banyak importir menunda impornya, juga permintaan diprediksi belum berjalan normal pascapandemik COVID-19.
Akibat ekspor terganggu, harga jual tren stabil dengan kecenderungan naik atau 1,08 dolar AS per metrik ton. "Adapun harga karet alam SIR20 dengan kadar kering 100 persen di pabrikan berkisar Rp12.800-Rp13.300 per kg," katanya.
Harga terlihat meningkat mulai untuk pengapalan Juni atau 1,09 dolar AS per kg dan naik terus hingga untuk November 1,17 dolar AS per kg.
"Gapkindo berharap ekspor segera pulih agar kesulitan keuangan perusahaan teratasi," ujarnya.
3. Pembelian ke petani terus berjalan
Meski ekspor terganggu, pembelian karet ke petani jalan terus untuk diproduksi. Keuangan pengusaha pun terganggu.
Dia menjelaskan pada April, volume ekspor karet sudah turun 25 persen dibandingkan dengan posisi Maret.
"Pada Mei pun diperkirakan ekspor masih melemah karena importir meminta penundaan pengiriman dampak COVID-19," ujar Edy.
Baca Juga: [BREAKING] Melonjak! Kasus Positif COVID-19 di Indonesia Tembus 19.189