Jeritan Hati Para Pedagang di Pasar Aceh Jelang Lebaran

Omzet turun hingga 50 persen

Banda Aceh, IDN Times - Rinai masih saja membasuh bumi hingga Sabtu (16/5) malam menjemput Minggu (17/5) dini hari. Padahal hujan deras telah mengguyur Kota Banda Aceh sejak kurang dari pukul 16.00 WIB.

Keadaan itu membuat ruas jalan pertokoan yang ada tepat di sisi utara pagar Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh, sedikit basah. Bahkan sebagian badan jalan dari salah satu pusat pasar tradisional yang dikenal dengan nama Pasar Aceh itu tampak ada genangan air.

"Piyoh bang, piyoh. Peu minta bang? Baje uro raya, lue, sepatu? Piyoh bang, piyoh (Singgah bang, singgah. Cari apa bang? Baju hari raya, celana, sepatu? Singgah bang, singgah)." Suara para pejajak baju maupun kelengkapan fesyen lainnya itu akan terdengar saling secara bergantian dari tumpukan barang yang hanya bertudung terpal biru pada langit-langitnya. Terutama saat ada warga atau calon pembeli yang melintas.

Aktivis perdagangan seperti itu di lokasi pasar tersebut memang tidak seperti hari-hari biasa. Bisa dikatakan hanya dapat dilihat ketika Ramadan saja. Bahkan, Sabtu malam tadi merupakan hari kedua bagi para pedagang menjajakan barang dagangannya hingga larut malam.

1. Lesunya aktivis perdagangan baju lebaran menjelang Idulfitri tahun ini

Jeritan Hati Para Pedagang di Pasar Aceh Jelang LebaranSalah satu tempat penjual baju yang ada di Pasar Aceh, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Meski telah dua hari buka hingga larut malam, ternyata aktivis perdagangan seperti ini bisa dikatakan telat jika dibandingkan dengan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya.

Oky, salah seorang pedagang baju mengatakan, biasa suasana pasar sudah mulai tampak ramai sejak awal Ramadan. Akan tetapi tahun ini dikatakannya terbilang telat.

"Gak tahu lagi bilang, biasanya tiga atau sepuluh 10 hari puasa, sudah ramai pembeli, namun sekarang tujuh hari menuju lebaran baru ramai. Beda memang dengan tahun ini," kata Oky saat dijumpai di pusat pasar yang terletak di ibu kota Provinsi Aceh tersebut, Sabtu (16/5).

Baca Juga: Sudah 5 Hari, Aceh dan 2 Provinsi Ini Nol Tambahan Positif Corona

2. Omzet penjualan menurun drastis hingga 50 persen

Jeritan Hati Para Pedagang di Pasar Aceh Jelang LebaranSalah satu tempat penjual baju yang ada di Pasar Aceh, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Dampak dari ketakutan bahaya Virus Corona atau COVID-19 serta penerapan pembatas aktivis sosial, diakui oleh pria seperempat abad ini menjadi salah satu penyebabnya.

"Untuk penjualan kali ini di Pasar Aceh memang sangat kurang bang, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Karena dampak dari Corona serta (penerapan) Lockdown ini memang membuat sangat-sangat kurang (pendapatan) para pedagang, terutama bagi kami pedagang kecil," ungkapnya.

Oky menyebutkan, jika pada Ramadan di tahun-tahun lalu, dirinya bisa menargetkan omset penjualan hingga Rp 200 juta. Akan tetapi sejak kasus virus mematikan itu mulai merebak, diperkirakan tahun ini pendapatannya pun turun drastis.

"Pada (Ramadan) tahun biasanya, kami bisa mendapatkan target penjualan hingga Rp 200 juta, sekarang gak tembus. Cuma bisa dapat sekitar Rp90 juta. Diperkirakan lebih 50 persen berkurang," ujar Oky.

3. Pembeli memang sepi, namun tidak begitu berdampak bagi sebagian grosir

Jeritan Hati Para Pedagang di Pasar Aceh Jelang LebaranSalah satu tempat penjual hijab yang ada di Pasar Aceh, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Nasib usaha Haji Muchtar mungkin sedikit berbeda dengan Oky. Grosir yang menjual berbagai jenis hijab di Pasar Aceh ini mengaku jika sepinya pembeli menjelang Idulfitri tidak begitu mempengaruhi usaha miliknya.

Banyaknya permintaan pasar untuk hijab dari berbagai daerah yang ada di Aceh membuat usaha penjualan sekaligus pemasok barang milik Haji Muchtar ini tidak begitu berdampak besar.

"Memang terasa lah, tetapi karena kami banyak langganan di daerah jadi tidak begitu terasa. Selain itu, kami juga bukan pedagang eceran, kalau yang pedagang eceran memang down (menurun) gitu. Kawan-kawan memang kurang, tetapi kita ya Alhamdulillah," kata Haji Muchtar saat dijumpai di tempat usahanya.

4. Pengiriman barang menjadi risiko di tengah pandemik

Jeritan Hati Para Pedagang di Pasar Aceh Jelang LebaranSuasana Pasar Aceh ketika malam di Bulan Ramadan (IDN Times/Saifullah)

Secara jujur, pria paruh baya ini mengaku bahwa dampak dari pandemik COVID-19 di Aceh juga memengaruhi pendapatan dari usahanya.

"Memang ada kurang (dibandingkan tahun lalu), cuma tidak begitu. Kalau dihitung per harinya memang tidak berkurang."

Selain itu, hal yang paling ditakutkan pengusaha hijab ini adalah susahnya mendapatkan barang dari para distributor. Sebab, beberapa distributor atau tempat mereka mengambil barang tidak beroperasi selama pandemik berlangsung.

"Cuma masalah (pengiriman) barang yang susah. Karena di Jakarta (tempat eceran) tutup, tetapikan kita ada langganan konveksi jadi barang-barangnya dikirim langsung. Kalau kita andalkan beli di toko memang tidak akan ada barang," imbuh Haji Muchtar.

Baca Juga: Kenduri Nuzulul Qur'an, 25 Belanga Kuah Beulangong untuk Warga Aceh

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya