Moses Katanasah Tarigan Gelar Pameran Tunggal di Taman Budaya Sumut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Moses Katanasah Tarigan seorang seniman asal Medan menggelar pameran tunggal pertamanya di Taman Budaya Sumatera Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan.
Pameran tunggal Moses resmi dibuka pada Senin (18/2) oleh Kepala UPT Taman Budaya Sumatera Utara Denny Elpriansyah.
Berjudul Simerawana, Moses menghadirkan goresan-goresan tangan yang dikerjakannya selama empat tahun, sejak menduduki bangku Sekolah Tinggi Kejuruan (SMK) hingga semester akhir di bangku kuliah jurusan seni rupa.
Dibuka untuk umum secara gratis, pameran Simerawana ini berlangsung pada 18-27 Februari 2019.
Pada Senin (18/2), IDN Times mengunjungi pameran tunggal perdana Simerawana tersebut. Apa makna Simerawana? Berikut ulasannya!
1. Wujud Simerawana, setiap orang berbeda sudut pandang
Moses menjelaskan, bahwa Simerawana merupakan suatu bentuk yang dipercaya keberadaan dan kekuatannya namun tak berwujud.
"Kalau melihat wujud, tergantung sudut pandang pada setiap individu ataupun senimannya, tentu setiap orang berbeda sudut pandang," ujarnya kepada IDN Times.
Namun secara garis besar lukisan yang hadir di sini adalah Simerawana, setiap lukisan ini memberikan deskripsi lebih rinci.
"Aku mendeskripsikannya lagi sebagai sebuah cerita dan merangkai bentuknya menjadi bagian dari cerita itu," jelasnya.
Jadi, sebenarnya Simerawana adalah yang terkuat pada masa itu, karena ia adalah Tuhan.
Baca Juga: Faisal Walad, Ubah Koran Bekas Jadi Miniatur Boneka Tradisional
2. Konsep Simerawana sama dengan yang digambarkan Leonardo da vinci
Kata Moses, konsep Simerawana ini sama dengan yang dikenal kaum nasrani sekarang, wujud yang digambarkan Leonardo da vinci pada abad-15.
"Jadi yang digambarkannya adalah mungkin sosok tuhan yang kita rindukan selama ini," pungkasnya.
3. Simerawana ini hadir karena pemujanya tidak memiliki kesepemahaman walaupun dengan konsep yang sama
Namun di sisi lain, lanjutnya, Simerawana ini hadir karena pemuja nya tidak memiliki kesepemahaman walaupun dengan konsep yang sama untuk menyembah berhala, namun dengan rupa yang tak sama.
Jadi garis besarnya bahwa wujud Simerawana ini tergantung pada pribadi setiap individu yang menafsirkan dan mempercayainya, bukan mempercayai apa yang ada.
"Mungkin dari situlah saya berangkatlah dari semua goresan-goresan di ruangan ini," ujarnya.
Moses mengutarakan, tak menutup kemungkinan jika orang menggambarkan bentuk yang berbeda sebagai Simerawana.
"Karena itulah Simerawana baginya," tutur Moses.
4. Untuk perupa Kota Medan, agar lebih bebas dan berani bergerak dalam berkarya
Moses berharap, agar perupa Kota Medan bisa lebih bebas dan berani bergerak dalam berkarya.
Baginya, sebuah kota akan hidup jika ada sentuhan-sentuhan seni.
"Tak perlu menyalahkan kaum awam yang kurang mengapresiasi karya kita, seharusnya kita yang menonjolkan diri agar berbeda dari kota wisata seni lainnya," pungkas Moses.
Lanjut Moses, agar kedepannya lebih banyak lagi yang mengadakan pameran-pameran tunggal, jadi dorongan mengapresiasi lebih tinggi.
"Untuk pemerintah, saya berharap agar dikasih ruang atau dibuat event rupa tahunan atau dua tahun sekali. Kalau kita lihat seni musik dan tari ada eventnya, tapi seni rupa tidak ada," tutupnya
Baca Juga: Sebut Polda Lakukan Kriminalisasi, Ketua KNPI Sumut Diperiksa Polisi