Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota Medan

Sampah merupakan bahan baku untuk industri lanjutan

Medan, IDN Times - Permasalah sampah di Indonesia memang tak ada habisnya. Banyaknya sampah rumah tangga dan industri pabrik tentunya semakin membuat perkotaan banyak menghasilkan sampah.

Belum lagi, masyarakat yang kurang menyadari bahwa sampah dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang.

Nah, melihat permasalahan tersebut Bank Sampah Induk Sicanang hadir untuk mengatasi sampah-sampah khususnya di kota Medan. Seperti apa program Bank Sampah? Berikut informasi yang didapat IDN Times saat berkunjung ke Sicanang, Medan Belawan beberapa waktu lalu.

1. Berawal dari sebuah keprihatinan bahwa sampah di kota sudah sangat banyak dan belum banyak orang yang fokus untuk mengelolanya

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Armawati Chaniago, Direktur Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang mengatakan program Bank Sampah berawal dari program  Medan Unilever Indonesia pada tahun 2009.

Kala itu, Arma mengaku tidak mengenal program Bank Sampah seperti apa.

Berawal dari sebuah keprihatinan bahwa sampah di kota sudah sangat banyak dan belum banyak orang yang fokus untuk mengelolanya.

Lalu, pada tahun 2009 hingga 2010, Arma menuturkan, banyak para pengelola sampah yang rata-rata memiliki kegiatan terkait daur ulang sampah dan membuat membuat karya kerajinan tangan.

"Membuat kerajinan tangan seperti itu memang bagus tapi hal itu tak menyerap sampah dalam jumlah besar dan pemasaran di Medan belum bagus untuk produk tersebut karena desainnya juga belum baik," ujarnya.

Baca Juga: 7 Kopi Ini Mencerminkan Kepribadian, Kamu Sudah Tahu?

2. Belajar otodidak terkait sampah

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Nah, Arma menyampaikan, pada 2010 mulai belajar autodidak terkait sampah. "Jadi sewaktu saya ke Jogja, Jakarta dan ke Bandung saya melihat di sana ternyata ada program yang namanya Bank Sampah," katanya.

"Kebetulan program Bank Sampah baru diundang-undang kan pada tahun 2008 dan menjadi program nasional," katanya.

Arma menjelaskan, bahwa sampah itu sebenarnya bukan sampah sebelum kembali ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

"Sampah tersebut adalah sumber daya atau bahan baku untuk industri lanjutan," tuturnya.

3. Sadar bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Sumut adalah salah satu kota nomor dua di Indonesia untuk industri lanjutan dari daur ulang. Melihat hal itu, lanjutnya ia sadar bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi.

Lalu, yang menjadi permasalahan hingga kini melihat masyarakat yang sudah sadar akan sampah tapi sistem pengangkutannya masih dicampur begitu saja.

Terlebih Kota Medan baru-baru ini mendapat predikat Kota Metropolitan terkotor di Indonesia. Permasalahan sampah ini, menurutnya, tidak semata-mata salah pemerintah. Tapi harus ada kesadarann dari masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Nah, di sini program Bank Sampah bisa menjadi solusi.

"Tugas kami adalah menyelesaikan sampah yang berasal dari rumah tangga," ujar Arma.

Tentunya, dalam hal ini sampah bisa berakhir di industri daur ulang bukan berakhir di tempat sampah.

4. Memberi edukasi kepada masyarakat

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Pada 2012, Arma bersama timnya hanya memberi edukasi kepada masyarakat dan hingga saat ini pemberitahuan akan pentingnya tujuan Bank Sampah tersebut telah disambut dengan baik oleh masyarakat.

"Alhamdulillah kelompok peminatnya sudah 214 kelompok di dua Provinsi, Aceh dan Sumut dan anggota kita sudah lebih dari 13 ribu orang," ujarnya.

Arma menyebutkan, tahun lalu penghasilan dari program bank sampah telah mencapai 1,8 Miliyar.

5. Bank Sampah Induk pertama di Sicanang sekaligus pertama di kota Medan

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Lalu, pada tahun 2018, Bank Sampah bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan.

Nah, akhirnya dibangun lah Bank Sampah Induk pertama di Sicanang sekaligus pertama di kota Medan tepatnya di samping kantor Lurah Sicanang.

"Alhamdulillah hampir semua program bank sampah kini menyetor ketempat kita dan kemudian kita yang berurusan dengan industri daur ulang untuk memasarkannya," tutur Arma.

Saat ini, ia meneruskan, program bank sampah sudah semakin dikenal dan berkembang dalam skala masyarakat.

Dengan kemandirian masyarakat untuk berhubungan langsung dengan pabrik, Arma mengaku bahwa bank sampah induk sudah mulai mengurangi jumlah penerimaan dari Bank Sampah Unit.

"Jadi dari masyarakat rumah tangga menyetor ke Bank Sampah Unit, dari Unit menyetor ke Induk. Nah kami di induk," katanya.

6. Pentingnya kesadaran masyarakat bahwa sampah adalah permasalahan bersama

Bank Sampah, Solusi Bersama untuk Atasi Joroknya Kota MedanIDN Times/Masdalena Napitupulu

Arma berharap agar masyarakat bisa berpikir kreatif terkait pengelolaan sampah untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA.

Lanjutnya, pentingnya kesadaran masyarakat bahwa sampah adalah permasalahan bersama.

"Kita harus bertanggung jawab kita yang buat sampah dan perlu diketahui 50 persen sampah di dunia berasal dari rumah tangga. Bukan dari pabrik atau pasar," katanya.

Arma menyampaikan bahwa, masyarakat tidak bisa menuntut pemerintah saja untuk peduli karena semua lapisan masyarakat adalah penghasil sampah.

"Kita semua harus bergerak memikirkan dan berbuat bahwa sampah harus dikelola dan tidak menjadi masalah lingkungan," pungkasnya.

Baca Juga: Viral Foto Penampakan Kuntilanak, 13 Komen Netizen Ini Kocak Abis

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya