Gen Z Memilih: Ini Kelebihan dan Kekurangan E-Voting untuk Pemilu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Metode pemungutan suara ke sistem internet voting alias e-voting sudah digaungkan seiring kemajuan teknologi informasi dan kian meratanya jaringan internetnya di tanah air. E-voting diharapkan bisa meningkatkan partisipasi pemilu. Terutama bagi Generasi Z yang melek teknologi sebagai pemilih pemuda.
Komisioner KPU Medan, Nana Miranti menilai e-voting tak tertutup kemungkinan bisa dilakukan. Tapi ada banyak hal yang harus disiapkan. Dan tentunya tak bisa dalam pemilu terdekat.
“Banyak hal yang harus disiapkan, baik itu dari regulasi, juga situasi dan kondisi saat ini. Indonesia cukup luas, wilayahnya cukup bervariasi dan geografisnya cukup beragam. Ketersediaan internet juga tidak merata. Sehingga menjadi sebuah perjalanan yang cukup panjang,” ucap Nana saat diskusi Gen Z Memilih: Gen Z Gunakan Hak Pilih, Kenapa Enggak? yang digelar Rabu (8/3/2023).
1. E-voting masih dalam pertimbangan
Saat ini, penggunaan secara konvensional untuk langsung datang ke TPS dinilai masih efektif. Untuk itu KPU terus gencar melakukan sosialisasi.
"Di beberapa negara salah satunya Jerman, pernah menerapkan E-voting. Namun, alhasil kembali lagi ke konvensional karena dinilai tidak efektif dan diperlukan dana yang cukup banyak," kata Nana.
Baca Juga: KPU dan Parpol Perlu Lakukan Pendekatan Digital untuk Rangkul Gen Z
2. Hasil pemilu yang menjadi nilai dasar adalah kepercayaan masyarakat baik dilakukan e-voting atau konvensional
Sehingga, Nana menilai dasarnya adalah kepercayaan masyarakat, kalau masyarakat tidak percaya dengan hasil pemilu maka akan selalu ada perdebatan dan tanda tanya.
“Baik menggunakan e-voting atau pemilih konvensional dengan datang langsung ke tps itu sebenarnya ada plus dan minus tersendiri. Jadi, untuk melakukan e-voting diperlukan persiapan yang cukup matang,” kata Nana.
Kemudian dari persoalan selama ini, Nana mengatakan tidak menjadi hambatan masyarakat untuk datang ke TPS. Artinya, dalam e-voting maupun secara konvensional akan ada kelebihan dan kekurangan setiap pelaksanaan tersebut.
3. E-voting dinilai memiliki banyak kekurangan dan kelebihan untuk tahap pemilu
Sementara itu pengamat politik, Fernanda Putra Adela mengatakan hal senada. E-voting kelebihannya akan cepat terpublikasi hasil perolehan dibandingkan sistem konvensional. Namun, kembali lagi bahwa nilai kepercayaan masyarakat menjadi penentu dalam hasil perolehan tersebut jika dilakukan e-voting ataupun konvensional.
Sementara itu, untuk kekurangan e-voting, Fernanda mengatakan akan ada kurangnya transparansi seperti saksi caleg dan lainnya. Kemudian jika diterapkan e-voting, KPU akan membutuhkan vendor dan menjadi celah timbulnya masalah serta potensi konflik.
Fernanda memberikan catatan, jika nanti akan diterapkan maka ada tahapan secara perlahan yang harus dilakukan sekaligus membangun kepercayaan masyarakat.
“Kalau saya berpikir, menuju e-voting ini harus bertahap tidak bisa secara radikal dan memberikan pendidikan politik yang terus menerus kepada publik khususnya gen Z,” ucap Fernanda.
Baca Juga: KPU dan Parpol Perlu Lakukan Pendekatan Digital untuk Rangkul Gen Z