Dampak Kabut Asap, Nelayan di Langkat Sudah 3 Pekan Tak Melaut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Langkat, IDN Times - Ratusan nelayan di pesisir pantai khusususnya di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumut, takut melaut. Hal ini disebabkan kabut asap yang membatasi jarak pandang saat berada di tengah laut.
Asal kabut asap sendiri diketahui akibat kebakaran hutan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan. Termasuk juga wilayah Tapteng dan kawasan hutan Danau Toba.
1. Jarak pandang berkisar 200-300 meter
Salah seorang nelayan Desa Jaring Halus Muhammad Nahar (35) mengakui, selain dirinya, nelayan lain juga sudah tiga minggu tidak melaut disebabkan takut tidak tahu jalan pulang. Selain itu, kabut asap yang cukup tebal, dapat menimbulkan kecelakaan ditengah laut.
"Sudah lama kalilah kami tidak melaut bang, kalau tidak salah sudah tiga mingguan ini. Karena jarak pandang cukup menghawatirkan bang. Jarak pandang berkisar 200-300 meter dan ini dapat menimbulkan kecelakaan," kata dia.
2. Berdampak pada perekonomian masyarakat
Disebutkan Nahar, dampak dari tidak melaut itu sangat terasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena nelayan yang tidak melaut banyak yang hanya duduk-duduk di pelantaran. Sementara sebagian lagi ada yang memperbaiki perahu dan alat tangkap.
Meski demikian, masih ada juga nelayan yang berani melaut dan itupun hanya di pinggiran saja tidak seperti biasa sampai ke tengah laut.
"Jika tidak melaut, tentunya perekonomian kami hancurlah bang. Soalnya, masyarakat disini pencarian utamanya hanya sebagai nelayan saja. Meskipun tidak melaut, kami kebanyakan memperbaiki alat menangkap ikan dan perahu," terang dia.
Baca Juga: Kabut Asap Pekat di Tapteng, Bandara Berlakukan Status Buka Tutup
3. Cari pekerjaan sampingan untuk kebutuhan makan
Di tempat yang sama, salah satu nelayan Rizal mengaku, selain memperbaiki alat untuk melaut. Keseharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya harus mencari pekerjaan samping. Salah satunya menjadi kuli bangunan.
"Mau gimana lagi bang, dari pada tidak makan, makanya mengakalinya saya mencari pekerjaan lain bang, semua saya kerjakan yang penting halal," tuturnya.
4. 99 persen penduduk mencari makan di laut
Plt Kepala Desa Jaring Halus Adek Agustiani ketika dikonfirmasi, membenarkan kalau warganya sudah lama tidak melaut dikarenakan kabut asap yang tebal sehingga mengganggu jarak pandang.
"Desa Jaring Halus jumlah penduduknya 875 kepala keluarga dan 3.350 jiwa, sementara 99 persen berprofesi sebagai nelayan karena Desa Jaring Halus termasuk desa pulau," beber Adek.
Dengan kondisi ini, dirinya mengharapkan agar permasalahan cepat terselesaikan. Sehingga, masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Dan perekonomian di pesisir pantai ini dapat segera pulih seperti biasa.
"Saya juga menghimbau, agar masyarakat jangan banyak beraktivitas dil uar rumah khususnya anak-anak. Jikapun ada melakukan aktivitas, diharapkan menggunakan masker untuk mengantisifasi hal yang tidak diinginkan seperti gangguan pernafasan," tegas dia.
Baca Juga: [BREAKING] Dampak Tebalnya Kabut Asap, Pemkab Paluta Liburkan Sekolah